23 Dua puluh tiga

"Pak Raja, Meera," deg, itu suara mas Adrian, ini sudah ketiga kalinya mas Adrian melihat ku bersama Raja, semoga ia tidak mencurigai hubungan kami.

"Wah akhir-akhir ini kita sering bertemu secara kebetulan ya, pak Raja." mas Adrian duduk di samping ku. Tuhan, perasaan ku tidak karuan.

"Aku ambilkan minum ya mas." semoga mas Adrian tidak mendengar percakapan ku dengan Raja tadi.

"Iya sayang."

Raja sedikit keras kepala dibanding mas Adrian, dia lebih suka bersaing terang-terangan dari pada sembunyi-sembunyi seperti ini. Raja pernah nekat datang ke rumah di pagi buta, untuk memberitahu mas Adrian tentang hubungan kami, beruntung aku masih bisa mencegahnya. Aku meminta Ambar untuk membuatkan kopi. Kenapa Ambar lama sekali? aku harus segera ke mereka.

"Ambar ...."

"Iya mba."

"Lama banget sih, sini kopinya."

" Maaf mba, ini."

Aku berusaha setenang mungkin. Tarik nafas, lepaskan. Tarik nafas, lepaskan.

"Mas, kopinya."

"Terima kasih."

"Pak Raja nya pulang?"

"Iya, ayo, kita juga pulang, sudah sore."

Kira-kira di cafe tadi mereka mengobrol apa saja ya? mas Adrian, dia tidak banyak bicara sejak pulang sore tadi.

******

Drrrrt drrrttt Suami, memanggil ....

"Iya mas,"

"........"

"Aku di cafe, kenapa?"

"........."

"Aku ke kantor sekarang, tidak apa aku naik ojek online saja." bahaya kalau sampai Mama tau aku dan mas Adrian tidak tidur satu kamar.

"Mama mau menginap, aku pulang ya."

"Aku antar."

"Jangan, aku ke kantor mas Adrian dulu, abang ojol juga sepertinya sudah sampai, bye ..."

"Oh iya Meera, bilang Adrian, aku mencintai istrinya."

"Raja ...."

"Iya Ratu ku, hati-hati."

******

Di dalam lift aku bertemu seorang wanita seumuran Fitri sepertinya. Aku baru melihatnya, mungkin dia karyawan baru.

"Mba karyawan baru ya? Saya baru ngeliat" apa dia menanyaiku? Sepertinya iya, karena hanya kami berdua di dalam lift.

"Eehh saya?"

"Iya mba, saya juga karyawan baru. Saya dengar sih bosnya baik, ganteng, tapi suka jaga jarak sama karyawan katanya. Orang kaya emang gitu ya mba, suka memandang rendah sama karyawan biasa kaya kita ini"

"Bukan memandang rendah mba, siapa?"

"Kiki."

"Mba Kiki, tapi, jarak antara atasan dengan bawahan itu kadang memang perlu, selagi si atasan tidak berbuat semena-mena saya rasa tidak masalah, ayo kita sudah sampai."

"Mba benar, mari."

Aku melihat banyak map menumpuk di meja Fitri, mas Adrian ini, seenaknya saja memberi pekerjaan sebanyak itu, aku memanggilnya tapi dia tidak mendengar saking fokus, biarlah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, sini." dia menepuk tempat kosong di sampingnya.

"Kapan Mama ke sininya mas?"

"Besok, halo Fit, bawakan minum untuk Meera ya!" kalau Mama kesini besok, untuk apa dia memintaku datang ke sini?

"Aku tau apa yang kau pikirkan Meera, aku meminta mu ke sini karena rindu, sudah lama kita tidak berduaan begini, aku sibuk dengan ini, dan kau sibuk dengan cafe. Oh ya, bagaimana kabar cafe di Bandung?"

"Tya mengurus cafe Love dengan baik," tidak lama Fitri masuk dengan membawa minuman dan kue untukku, dia juga minta maaf karena tidak mendengar ketika aku memanggilnya tadi.

Kami hampir tidak pernah kehabisan topik pembicaraan. Dari pekerjaan, film terbaru, sampai gosip para selebritis selalu menjadi topik yang menarik. Aku tidak mau membahas tentang perasaannya, aku tidak mau.

From: Mama

Sayang, Mama sedang dalam perjalanan, Mama ke sana sekarang.

Aku menunjukkan pesan dari Mama Mila, "Mas, Mama sedang ke sini sekarang, aku pulang ya."

"Sekarang? ya sudah kau bereskan kamarmu lalu pindah ke kamar ku."

"Kenapa tidak di kamar ku?"

"Akan terasa aneh kalau kita menempati kamar tamu, sedangkan kamar utama malah kosong, aku langsung pulang kalau ini selesai."

"Kau benar, ya sudah aku pulang dahhh, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." aku pulang diantar Indra.

Sesampainya di rumah, aku langsung membereskan barang-barang ku, dan mulai ku pindahkan ke depan pintu kamar mas Adrian, "Mana kuncinya tadi ya," aku berbicara dengan diriku sendiri, aku merogoh kantong celanaku, ketemu. Begitu ku buka pintu kamar.

"Astaghfirullah ya Allah." aku terduduk lemas, tak terasa cairan hangat mulai membasahi pipiku. Pemandangan apa ini Tuhan.

avataravatar
Next chapter