webnovel

Rindu Setyani

Jam di tangannya menunjukkan pukul 08.00 pm, dengan santainya Rindu Setyani menyusuri gang masuk ke tempat kostnya sepulang dari tempatnya bekerja, sewaktu baru sampai di depan pintu kostnya, nampak seseorang sedang duduk di kursi depan pintu kostnya.

"Kak Alfian." Kata Rindu terkejut ketika melihat Alfian sudah ada di sana.

"Haii!! Rindu." Kata Alfian melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Sedang apa kakak di sini? ini kan udah malam kak." Kata Rindu Heran.

"Apa kamu sudah makan?" Tanya Alfian.

"Belum sih, palingan nanti bikin mie instan aja, emang kenapa kak?" Tanya Rindu seakan tidak mengerti maksud pertanyaan dari Alfian.

"Temani aku makan sebentar ya?" Ajak Alfian.

"Loh kok!!" Kata Rindu sedikit bingung.

"Udah ayuukk, aku udah lapar banget sekarang." Kata Alfian langsung bergegas menarik tangan Rindu.

Rindu yang sedikit bingung cuma bisa ngikut kemauan Alfian, setelah masuk ke dalam mobil, Alfian pun melajukan mobilnya pelan menuju restoran Jepang favoritnya.

"Kok ke sini kak? di sini kan mahal-mahal makanannya, mana sanggup aku bayarnya nanti." Gerutu Rindu.

"Hahaha, siapa yang suruh kamu buat membayarnya Rind, kamu tenang saja, nanti aku yang traktir." Kata Alfian sambil mengacak pucuk rambut Rindu.

"Hhuuft!! Baiklah, emang susah ngomong sama orang kaya mah."

Gerutu Rindu.

"Hhahaha.."

Mereka pun masuk ke dalam restoran itu, dan mereka pun memesan makanan, karena Rindu tidak mengerti nama makanan itu, maka Alfian pun membantu untuk memesankan makanan buat Rindu, dan yang cocok dengan lidahnya, sambil menunggu makanan datang mereka pun mengobrol.

"Rind!! Apa kamu sudah mempertimbangkan permintaan aku beberapa waktu kemarin?" Tanya Alfian.

"Eh itu, anu kak, itu... hmmm... gimana ya ngomongnya." Kata Rindu yang gugup mendapat pertanyaan Alfian barusan, karena dia tahu maksud dari pertanyaan itu.

"Ga pa-pa bilang saja apa yang jadi keputusan kamu." Kata Alfian

"Eh itu kak, anu sebenarnya Rindu belum siap buat membuka hati kak, maafkan Rindu ya kak." Kata Rindu seakan merasa tidak enak dengan Alfian yang sudah begitu baik padanya selama ini.

"Iya tidak apa apa Rind, aku tahu kamu masih sulit melupakan dia, tapi aku tidak akan menyerah aku akan tunggu sampai kamu siap menerimaku untuk menggantikan dia." Kata Alfian dengan menggenggam tangan Rindu.

"Tapi kak..--"

"Tidak jadi masalah Rind, selama apa pun juga aku akan menunggu, yang penting sekarang kita masih tetap jadi teman, dan aku harap kamu tidak menghindari aku karena keputusan kamu itu." Kata Alfian terlihat serius dengan ucapannya.

"Tentu saja kita tetap teman Kak, dan makasih ya kak atas pengertian kakak." Kata Rindu.

Setelah makanannya datang mereka pun makan dengan sangat santainya, walaupun Rindu agak sedikit canggung duduk bersama dengan Alfian yang menurutnya dia tidak sederajat dengan dirinya saat ini, mengingat Alfian adalah salah satu CEO perusahaan besar, sedangkan dia hanya karyawan biasa.

Karena sudah malam, Alfian pun mengantarkan Rindu untuk kembali ke kostnya, setelah sampai di kost Rindu, dia pun langsung pamit pulang.

"Jangan begadang, tidurlah cepat,"

"Iya kak, makasih" Kata Rindu lalu dia masuk ke dalam kostnya.

Di dalam kamarnya Rindu memikirkan ucapan Alfian yang masih tetap bersedia untuk menunggu, padahal maksud dari Rindu adalah menolak Alfian secara halus, dia tidak mau memberi harapan apa pun pada Alfian, karena Rindu sadar akan status mereka yang begitu berbeda. Alfian adalah CEO dari perusahaan Wiryawan group dan bisa di bilang dia salah satu milyuner di Indonesia, sedangkan Rindu hanya orang biasa, dan juga dia seorang yatim piatu karena orang tuanya meninggal waktu kecelakaan.

"Gimana lagi caraku menolak permintaan kak Alfian ya allah?" Gumam Rindu.

Dia pun duduk termenung di depan laptopnya sambil mencari cara untuk membuat Alfian mengerti bahwa mereka tidak bisa bersama,

sedangkan di dalam hati Rindu masih ada seseorang yang sangat dia cintai, seseorang yang mampu membuatnya tidak bisa lupa seumur hidupnya, walaupun orang itu meninggalkan dia tanpa alasan yang jelas.

Pagi hari yang begitu cerah,bahkan sinar matahari yang mencuri masuk ke dalam celah celah kamar Rindu membuatnya mengerjapkan mata dan terbangun karena silaunya cahaya matahari itu, dia pun beranjak ke kamar mandi untuk bersiap berangkat kerja. setelah mandi dan memakai seragam kerjanya Dia pun keluar kamar kostnya untuk menuju halte busway.

Untuk menghemat pengeluaran Rindu selalu menggunakan Busway untuk berangkat atau pun pulang kerja, jika lembur saja dia pulang menggunakan taksi online.

Selama di dalam busway pikirannya masih melayang di mana saat Alfian meminta jawaban atas pernyataan cintanya waktu itu, bahkan Alfian meminta untuk segera menikahinya.

Alfian adalah laki-laki yang baik, mapan, bahkan wajahnya juga tampan, tidak ada ruginya menerima permintaan Alfian untuk menikah, namun hati Rindu seakan menolak, dia tidak bisa berbohong pada hatinya sendiri bahwa dia tidak mencintai Alfian saat ini, atau mungkin belum bisa mencintainya.

Walaupun Alfian begitu peduli dengannya dan juga perhatian padanya, namun hati Rindu tidak tersentuh sama sekali, hatinya tetap terkunci dengan satu nama seseorang yang belum bisa di lupakannya sampai detik ini.

Seseorang yang mampu mengobrak abrik hatinya hanya dengan senyuman, seseorang yang mampu membuat jantungnya berdebar kencang hanya dengan sekali sentuhan, bahkan seseorang yang mampu menggetarkan hatinya hanya dengan sebuah kata 'cinta'.

Sungguh ironis memang, namun begitulah yang Rindu rasakan sampai saat ini, hatinya tidak bisa menerima nama lain selain nama pria itu.

Lamunannya tersadar ketika perjalanannya sudah sampai di depan kantornya saat ini, dia pun turun di Halte buss seperti biasanya.

☆Bersambung ke eps 3☆

Next chapter