7 Jatuh Cinta

•-----•

Ya Allah...

Jika kesendirianku ini berkah,

Semoga Engkau kabulkan cinta dalam diamku...

menjadi cinta yang halal.

•-----•

"Sebenarnya ada apa? Kenapa Jeffry terlihat khawatir?" gumam Aisyah setibanya di apartemen.

Dengan rasa penasaran yang teramat, akhirnya Aisyah menyambar kunci mobil dan berlari menuju parkiran. Dia ingin mengikuti Jeffry.

Awalnya Aisyah sempat tertinggal mobil Jeffry yang melaju cukup kencang, tapi bisa disusul karena lampu merah. Dan sekarang, Aisyah ada di parkiran apartemen Fathan.

"Untuk apa Jeffry ke sini?"

Sekiranya butuh waktu cukup lama Aisyah menunggu Jeffry di dalam mobil, akhirnya laki - laki itu terlihat batang hidungnya. Jeffry tak sendiri, melainkan bersama dengan Fathan.

Terlihat Jeffry dan Fathan bergegas masuk ke dalam mobil masing - masing dan melajukannya dengan kecepatan tinggi. Membuat Aisyah sedikit panik karena takut kehilangan jejak mereka berdua.

Aisyah benar - benar mengikuti Jeffry hingga tiba di sebuah halte bus. Dia menepikan mobilnya tak jauh dari mobil laki - laki itu.

Melihatnya pun membuat Aisyah bertanya - tanya, sebab Jeffry tak turun dari mobil. Hanya Fathan dan langsung menghampiri seorang perempuan yang memakai hijab.

Menyipitkan mata, Aisyah terkejut bukan main. Pasalnya seseorang, ah dua orang yang Fathan hampiri itu sangat dikenal oleh Aisyah. Siapa lagi kalau bukan Khuma, adik kelasnya dulu... dan Arnan, mantan kekasihnya.

"What? Khuma dan Arnan?...

... gimana bisa? Ngapain mereka di sana? Lalu, kenapa Jeffry nggak turun dari mobil dan hanya memantaunya dari kejauhan?"

Pertanyaan - pertanyaan itu membuat Aisyah semakin penasaran. Baru saja dia ingin menghampiri Fathan, mobil di depannya melaju dengan tenang. Mau tak mau Aisyah mengurungkan niatnya.

Tidak mungkin Aisyah terus mengikuti Jeffry. Akhirnya dia melajukan mobilnya kembali ke apartemen. Perihal Arnan dan Khuma, akan Aisyah pikirkan nanti. Dia butuh istirahat.

Mengangguk. Fathan mengembuskan napas lega. "Ya udah, ayo kita pulang sekarang...

... makasih udah menjaga Khuma... Arnan?"

"Y-ya kak, saya Arnan. Iya sama - sama." Arnan menjawabnya dengan sedikit kelagapan.

Fathan menggandeng tangan Khuma dan mengajaknya menuju mobil yang dia tepikan. Sedangkan Khuma menoleh ke belakang.

"Makasih ya..." ucapnya tanpa suara.

Arnan yang melihatnya menjawab dengan sebuah anggukan kepala, lalu tersenyum membuat Khuma lega.

•----•

Di apartemen Fathan.

Di ruang makan berukuran cukup luas, dengan suasana hening... terlihat dua orang yang saling diam. Khuma sibuk dengan pikirannya sendiri dan Fathan memerhatikan adiknya yang tengah melamun.

"Makan yang benar!" tegur Fathan lalu mengalihkan pandangannya.

Khuma tersentak. "Iya kak."

"Kak, apa kakak nggak kenal Arnan? Dia 'kan pernah jadi pacarnya kak Aisyah..." sambung Khuma sedikit ragu.

"Hah? Mantan pacarnya Aisyah? Masa sih? Cowok yang tadi sama kamu?"

Khuma mengangguk, dan mulai menceritakan bagaimana Arnan dan Aisyah memulai hubungan saat masih sekolah dulu. Bahkan Fathan sampai terkejut karena ternyata Arnan adalah cinta pertama sang adik.

"Astaghfirullah, jadi cowok tadi cinta monyet kamu?" tukas Fathan sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.

"Kakak ih! Masa cinta monyet. Cinta pertama kak, kayak kakak sama kak Aisyah. Awalnya temenan, eh suka - sukaan," oceh Khuma dan detik berikutnya dia langsung mengatupkan bibirnya.

Cengiran lebar khas Khuma membuat Fathan mengurungkan niatnya untuk merajuk.

"Terus kenapa nggak kamu ungkapin aja?"

"Kakak gimana 'sih? Kan kakak yang ngajarin aku. Jangan mengungkapkan perasaan pada lawan jenis dengan sembarangan, karena hati tidak semudah itu diberikan begitu aja."

Bergantian, kini Fathan yang menyengir lebar. Dan detik itu juga Fatha mengingat tentang kekasih Aisyah yang sangat terobsesi pada perempuan itu.

"Ya Allah Khuma!"

"Astagfirullah! Apa 'sih kak? Jangan buat Khuma kaget kenapa!"

"Kamu jangan deket - deket sama dia ya. Cowok yang tadi itu. Siapa namanya?"

"Arnan?"

"Iya, jangan berhubungan lagi sama dia! Dia itu bukan cowok baik - baik! Dia selalu terobsesi sama cewek dan Aisyah adalah korbannya. Kamu tau nggak? Dia ke sini itu mau nyusul Aisyah. Serem 'kan?" oceh Fathan tanpa jeda.

Khuma yang mendengar penjelasan Fathan hanya melongo tak percaya, juga bingung bagaimana bisa kakaknya itu secerewet sang Bunda saat mengomel?

"Kakak, ya Allah... jangan berpikir negatif dulu kak. Kakak denger itu semua dari mulut orang lain 'kan? Inget kak, itu belum tentu benar. Ya 'kan?" bantah Khuma.

Fathan terdiam. Memang benar apa yang diucapkan Khuma. Dia tahu dari cerita Aisyah tempo hari. Tapi, apa salahnya untuk berjaga - jaga? Apalagi ini menyangkut adik tersayangnya.

"Pokoknya jangan berhubungan lagi sama dia! Kalau nggak, kamu akan kakak pulangin ke Indonesia!" ancam Fathan pada akhirnya.

Baiklah. Kalau sudah seperti ini, hanya sebuah anggukan yang bisa Khuma berikan. Dia tak bisa membantah kakaknya. Bagaimana pun, apa yang kakaknya lakukan pasti demi kebaikan dirinya.

"Khuma selesai makannya kak. Makasih..."

Khuma beranjak dari duduknya dan membawa piring bekas makannya ke wastafle lalu dicuci. Tanpa membereskan meja makan. Pertanda bahwa Khuma merajuk --menurut Fathan.

"Yaaah... dia ngambek," monolog Fathan.

Sedangkan di sisi lain. Lebih tepatnya di apartemen Jeffry.

"...Ya Allah... Jika kesendirianku ini berkah, semoga Engkau kabulkan cinta dalam diamku...menjadi cinta yang halal."

Laki - laki dengan lesung di pipi itu sedang berdoa setelah selesai salat isya. Dengan baju koko dan peci hitam, Jeffry terlihat begitu khusyuk menjalankan ibadahnya.

Sekiranya Jeffry sudah mengadu dan memohon pada Sang Penciptanya, dia beranjak dan melipat sajadahnya. Lalu diletakkan di nakas dekat ranjang.

"Alhamdulillah..." monolognya, lalu melepas peci dan sarungnya.

Setelah itu, Jeffry duduk di tepi ranjang dan diam sejenak. Dia memikirkan kejadian tadi. Ada hubungan apa antara Khuma dan laki - laki yang dia tahu adalah mantan kekasih Aisyah.

"Apa Fathan juga kenal sama dia ya?"

Daripada penasaran yang berujung asumsi belaka, akhirnya Jeffry memutuskan untuk menghubungi Fathan.

Pada dering kedua, telepon tersebut sudah diangkat oleh Fathan.

[Assalamu'alaikum.]

[Wa'alaikumsalam, Fath.]

[Ada apa Jeff?]

Menghela napas pelan, Jeffry mencoba mengatasi rasa penasarannya itu.

[Saya ingin bertanya, laki - laki yang bersama adikmu itu siapa?]

[Udah saya duga. Kamu pasti menanyakan itu. Dia teman sekolah Khuma. Dan baru aja, saya mengetahui hal baru... ternyata laki - laki itu mantan pacar Aisyah.]

[Kalau itu saya udah tau Fath. Karna...]

Hampir saja Jeffry bercerita bahwa dia ke apartemen Aisyah dan terseret kedalam lingkup asmara wanita itu. Hhh, benar - benar rumit.

[Kamu udah tau? Wah, saya sampai nggak bisa ngomong apa - apa lagi. Sekarang yang saya khawatirkan itu, Khuma.]

Beruntung Fathan tak bertanya lebih jauh. Membuat Jeffry bisa bernapas lega.

[Tenang saja Fath. Selama ada Allah SWT, Khuma pasti baik - baik aja. Saya juga nggak akan tinggal diam.]

[Kamu benar Jeff. Ya udah kalau gitu, saya harus merayu Khuma. Karna dia lagi ngambek sama saya.]

Jeffry terkekeh mendengarnya.

[Kenapa adikmu selalu membuat saya tersenyum tanpa alasan? Fath, besok saya akan ke kantor kamu.]

[Itu karena kamu sedang jatuh cinta, Jeffry. Terserah padamu aja Jeff. Ya udah, assalamu'alaikum.]

[Wa'alaikumsalam...]

Sambungan telepon pun berakhir. Namun ponsel Jeffry masih saja bertengger di telinganya.

"Jatuh cinta?...

...Saya jatuh cinta?" gumamnya lalu tersenyum.

Diletakkan ponsel di atas nakas. Lalu, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan memejamkan mata.

"Fathan benar. Saya jatuh cinta pada ciptaan-Mu ya Rabb..." monolognya.

Setelah membaca doa tidur, Jeffry mulai memejamkan matanya kembali sambil tersenyum singkat. Jeffry pun akhirnya tertidur.

•-----•

Ke esokan hari. Khuma menyiapkan sarapan untuk sang kakak. Walau sedang merajuk, dia masih perhatian pada Fathan. Sebab dia tahu tadi pagi Fathan tak sempat makan apa pun.

Dan di sinilah Khuma sekarang --di kantor Fathan.

Baru saja Khuma ingin bertanya pada receptionist, tak sengaja ada seorang laki - laki yang hendak bertanya juga.

"Sorry, excuse me."

"Excuse me."

Khuma menoleh ke samping dan mendapati seorang laki - laki yang terkejut saat menatapnya. Ada apa dengan orang itu? --menurut Khuma.

"Ladies first..." ucap Jeffry pada akhirnya.

Ya, seseorang yang terkejut itu adalah Jeffry. Sebab baru saja dia ingin menemui adik sahabatnya itu, tapi takdir berkata lain. Mereka berdua --Jeffry dan Khuma, dipertemukan tanpa sebuah rencana apa pun.

Khuma tersenyum simpul dan mengangguk.

"Is there Mr. Fathan in the room?"

Baru saja si resepsionis ingin menjawav, sebuah sapaan dari yang bersangkutan --Fathan membuat Khuma menyerngit heran.

"Assalamu'alaikum, bro Jeff," sapa Fathan pada laki - laki di samping Khuma.

Jeffry tersenyum lebar. "Wa'alaikumsalam..."

Setelah menyapa Jeffry, Fathan menoleh ke arah Khuma. "Loh, Khuma?"

"Jadi udah nggak ngambek nih sama kakak?" lanjut Fathan menggoda.

"Lagian siapa juga yang ngambek! Sok tau nih kakak!" seru Khuma sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ini buat kakak. Tadi nggak sempet sarapan 'kan?" Khuma menyodorkan sepaket tempat makan ke hadapan Fathan.

Lalu, Khuma melirik ke arah Jeffry dan membuat Fathan mengangguk paham.

"Ah, kenalkan.. ini sahabat kakak namanya Jeffry Ibnu Bukhari," ucap Fathan memperkenalkan Jeffry pada Khuma.

Jeffry menyatukam kedua tangannya di depan dada. "Jeffry."

"Siti Khumayroh Bilqis," ucap Khuma lalu melakukan hal yang sama seperti Jeffry.

Mereka berdua --Jeffry dan Khuma saling melempar senyum terbaiknya. Sedangkan Fathan hanya menyaksikannya dalam diam dan menyunggingkan senyum.

"Jika ini sebagian dari rencana takdir-Mu, terima kasih banyak ya Allah..." batin Jeffry.

"SubhanAllah... ternyata ada orang sesama muslim di sini." batin Khuma.

"Iya saya nggak apa - apa jadi nyamuk. Daripada yang ketiganya setan nanti.." protes Fathan dalam hati.

•-----•

Sebuah pertemuan yang tak pernah direncanakan, bisa jadi itu takdir yang sudah direncanakan oleh-Nya.

•-----•

avataravatar
Next chapter