webnovel

Kejar-kejaran

Orion menggendong Anna, dia meletakkan Anna di punggungnya dan mulai berjalan. Entah kenapa pakaian mereka dalam keadaan kering, padahal mereka beberapa menit yang lalu menyelami danau itu.

Selama dia berjalan itu, tidak ada hal-hal yang mengganggunya dan dia merasa senang untuk itu. Orion sampai di tenda kedua orang tuanya, dia segera masuk.

"Syukurlah, ayah dan ibu tidak bangun dan mencari kami" Orion yang sudah membaringkan Anna berkata, dia sendiri juga kelelahan karena mengangkat Anna.

"Ah, melelahkan. Lebih baik aku segera tidur..." Orion berbaring dan menutup matanya.

.....

"Orion...Orion...Orion...." Orion sayup-sayup mendengar seseorang memanggilnya, dia membuka matanya dengan paksa. Rasa kantuk masih mengisi dirinya, Orion melihat ke sumber suara dengan lesu.

"Umm....kau sudah sadar, ya. Ada apa kak?" Orion mengusap matanya, dia juga menguap.

"Hahahah..." Anna tertawa pelan.

"Apa ada yang lucu, kak?"

"Tidak, hanya saja....Hanya saja, wajahmu ketika bangun tidur sangat manis dan lucu"

"Lalu, ada apa? Kenapa kau membangunkan ku malam-malam begini?" Orion kembali menguap.

"Malam? Apa yang kau bicarakan Orion? Sekarang sudah tengah hari"

"Eh?" Orion membuka matanya lebar-lebar, dia tentu terkejut.

'Aku yakin sekali bahwa aku baru tidur beberapa menit. Apa karena terlalu lelah, aku tidur terlalu nyenyak?'

"Tidak pernah ku lihat Orion bangun di siang hari, apa kau baik-baik saja?" Anna mendekatkan wajahnya ke wajah Orion.

"Ka-kau terlalu dekat, kak" Orion menjadi gugup.

"Aku hanya ingin memastikan saja" Anna memundurkan tubuhnya.

"Aku baik, bagaimana dengan mu? Apa masih ada yang sakit karena kejadian semalam?"

"..." Ekspresi wajah Anna tiba-tiba berubah dan Orion menyadari itu.

"Ada apa, kak. Apa masih ada yang sakit?" Orion menatap Anna.

TAP

Anna memeluk Orion, Orion hanya diam. Meskipun dia tidak tahu kenapa Anna memeluknya, namun jika itu bisa membuat Anna menjadi lebih baik kenapa tidak.

"Ada apa, kak?" Orion juga memeluknya Anna.

"Maaf...." Anna berkata pelan, Orion masih bisa mendengar itu.

"Kenapa kau minta maaf? Apa kau melakukan sesuatu?"

"Karena ku, Orion harus terluka parah....Maaf, Orion" Anna memeluk Orion semakin erat, suaranya juga terdengar bergetar. Dia menangis.

"Hei, kau tidak perlu memikirkan itu kak. Lihatlah sekarang, aku disini dan baik-baik saja sekarang"

"Tapi, tetap saja. Kau harus mengalami dan mendapatkan rasa sakit itu"

"Rasa sakit itu bukan apa-apa bagi ku, keselamatan mu lebih penting dan itu utama. Jangan merasa bersalah hanya karena ini, sudah sewajarnya saudara saling membantu...."

"Seperti dirimu yang menggantikan posisi ku ketika aku hendak di serang oleh beruang itu, terima kasih untuk itu"

"..."

"Sudah, kau tidak perlu memikirkannya lagi"

"Umm...." Anna mengangguk.

"Tapi Orion, bagaimana cara mu menyembuhkan luka kita?"

"Ah, itu. Bukan aku yang melakukannya"

"Lalu siapa? Ibu? Ayah?"

"Bukan juga, jika memang itu ibu atau ayah. Seharusnya mereka menanyakan keadaan mu kan, kak. Apa tadi mereka melakukan itu?"

"Tidak, sih....Lalu siapa?"

"Seorang gadis"

"Seorang...Gadis?" Anna tampak bingung.

"Sepertinya, aku harus memberitahu mu. Tentang apa yang terjadi setelah kau menyelamatkan ku..."

Orion menceritakan semuanya, Anna hanya diam mendengarkan. Tampak jelas bahwa dia takjub dan tidak menyangka dengan apa yang Orion ceritakan, Orion sendiri masih tidak menyangka bahwa anak yang usianya sekitar dirinya dan Anna. Mampu membunuh seekor beruang hanya dengan telapak tangan.

"Bianca Atena....Aku akan mengingat namanya, dia adalah penyelamat hidup ku" Anna berkata.

"Begitu juga dengan ku, ku harap aku bisa membalas kebaikannya di masa depan"

"Orion ap-"

"Anna, apa Orion sudah bangun?" Suara May terdengar dari luar tenda.

"Ya, sudah bu" Anna menjawab.

"Ayo, Orion. Waktunya makan siang..." Anna berdiri dan keluar dari tenda.

"Hah, bagaimana bisa ada orang seperti Bianca?" Orion berdiri dan keluar dari tendanya.

...

Orion sedang duduk di depan rumahnya sambil membaca buku sendirian, dia dan keluarganya sudah kembali dari berlibur mereka beberapa hari yang lalu. Dia tidak bergabung dengan anak-anak lainnya yang sedang bermain di sekitar desa, mereka tentu mengajaknya namun dia menolak dengan sopan.

"....." Mata Orion mengikuti kata yang ada di buku itu.

"Bukankah sudah ku katakan, kalian bermain saja tanpa ku?" Orion berkata, dia membalik halaman bukunya.

"Kenapa Orion tidak ingin bermain?" Suara lembut seorang gadis terdengar di depan Orion.

"Aku sedang tidak mau" Orion masih membaca bukunya.

"Kenapa Orion tidak mau?"

"Kenapa kau peduli?"

"..." Gadis itu tidak menjawab apapun.

"Bu-bukan begitu, Kiara. Maafkan aku" Orion sadar bahwa perkataannya terlalu dingin untuk anak-anak seusianya, dia menutup bukunya dan langsung melihat ke Kiara yang ada di depannya.

Kiara hanya diam, dia menatap ke tanah. Ada jejak kesedihan di wajahnya dan Orion bisa melihat itu, hingga sekarang pun Orion belum bisa menyesuaikan pemikirannya dengan anak-anak seusianya pada umumnya. Perkataan dan logika yang dia katakan kepada anak-anak lainnya, terkadang menyakitkan dan dia sadar itu.

"Ki-Kiara, maafkan aku. Aku tidak bermaksud begitu" Orion mencoba membujuk Kiara.

Anna dan May selalu berpesan, bahwa dia harus bisa berteman dengan anak-anak lainnya. Anna dan May tidak ingin Orion menjadi orang yang tertutup kepada orang lain, hingga akhirnya menjadi seseorang yang tidak benar.

Meski Orion sendiri tahu akan hal itu, karena dia secara pribadi mengalami itu selama hidupnya di sana. Namun, karena dia memang ingin berubah dari dirinya dulu. Maka apa yang Anna dan May pesankan kepada dirinya memang berguna, dia memang mencoba untuk lebih terbuka kepada anak-anak lainnya.

Namun sesekali dan tanpa sengaja, Orion membuat mereka merasa tersakiti oleh perkataannya. Dia masih belum bisa membiasakan diri dan menerima fakta bahwa, orang-orang yang sering berbincang dengannya adalah anak-anak.

'Aku bisa beradaptasi dengan apapun, tapi beda ceritanya jika dengan anak-anak seperti mereka'

"Kiara, aku sungguh-sungguh tidak bermaksud kasar..."

"....." Kiara masih diam.

"Baiklah, aku akan ikut bermain. Apa itu bisa membuat mu tidak sedih lagi?"

"Sungguh?" Kiara menatap Orion, Orion bisa melihat bahwa mata gadis itu berkaca.

"Ya, aku akan bermain" Orion mengangguk.

"Baiklah, Kiara memaafkan Orion" Kiara mengusap matanya.

"Kalau begitu, ayo. Kita akan bermain" Orion menyimpan bukunya.

"Ya" Kiara mengangguk.

Mereka berdua pergi ke tempat anak-anak lainnya berkumpul, namun disana hanya ada Kiana seorang. Kiana terlihat terkejut ketika melihat Kiara berjalan bersama Orion, dia mendekati mereka berdua.

"Kiara, kemana saja kau? Kenapa kau bisa bersama Orion?" Kiana melihat ke Orion, wajahnya sedikit merona.

"Kiara awalnya ingin bermain bersama Orion, namun Orion lebih memilih bermain bersama yang lain saja. Karena itu Kiara mengajak Orion kesini"

"Kau...Ingin bermain bersama Orion?"

"Ya"

"Hanya berdua saja?"

"Ya" Kiara mengangguk.

"....." Kiana hanya diam, namun tampak jejak kekesalan di wajahnya.

"Eee....Kiana. Dimana yang lainnya? Kenapa hanya ada kau saja disini?"

"Oh, itu karena aku sudah tertangkap. Makanya aku harus menunggu hingga yang lainnya tertangkap semua"

"Tertangkap? Apa kalian bermain kejar-kejaran?" Orion menatap Kiana.

"I-Iya" Kiana mengangguk, dia gugup saat Orion menatapnya.

"Itu sudah wajar, Orion. Kiana adalah anak yang tidak baik dalam berlari"

"Hoo, begitu ya"

"Apa yang kau katakan, Kiara?" Kiana terdengar kesal.

"Seperti yang sebelumnya Kiara katakan, Kiana tidak pandai dalam permainan ini. Dengan kata lain, payah" Kiara menjawab, dia tersenyum tipis tanda meledek.

"Ka-kau...Kau juga sama payahnya dengan ku, bahkan lebih payah. Dasar pemalas"

"Kiara bukanlah seorang pemalas, Kiara hanya tidak ingin kelelahan. Makanya Kiara selalu mengalah ketika di kejar"

"Dasar pembual, kau hanya beralasan saja"

"Kiara tidak seperti Kiana, Kiara tidak pernah membual" Kiara menatap saudaranya itu dengan tatapan yang dingin.

"Hoo, jadi kau ingin mengatakan bahwa akulah yang pembual?" Kiana menatap Kiara dengan tatapan yang tajam.

'Eh? Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba mereka menjadi begini?' Orion yang dari tadi hanya mendengarkan, terkejut ketika melihat mereka yang sudah saling menatap dengan tatapan yang tidak ramah lagi.

"Kiara, Kiana. Bagaimana jika kita menunggu yang lainnya di sana saja?" Orion menunjuk ke sebuah pohon yang rindang.

"..." Mereka masih saling tatap, tetap pada tatapan yang dingin dan tajam.

'Hah, sepertinya masalah mereka bukan hal kecil lagi' Pikir Orion.

TAP

"Ayo, kalian tidak boleh bertengkar begitu.." Orion menarik tangan mereka berdua.

"Kalian itu saudara"

Mereka terkejut dengan Orion yang langsung menarik tangan mereka berdua, wajah mereka juga memerah karena itu.

'Tangan Mereka lembut sekali, sama seperti tangan Anna dan Bianca' pikir Orion, dia sendiri juga merasa malu karena tiba-tiba menarik tangan mereka berdua.

'Kuharap mereka tidak keberatan dengan ini'

Mereka sampai ke pohon itu, Orion langsung duduk. Sedangkan mereka berdua masih berdiri, mereka saling melirik. Sudah tidak ada tanda perselisihan di antara mereka dan itu membuat Orion merasa sedikit lega.

"Kenapa kalian berdiri di sana? Duduklah"

"....." Mereka berdua diam sesaat, lalu duduk di samping Orion.

Kiara di sebelah kanan dan Kiana di sebelah kiri, Orion sendiri merasa bingung. Padahal ada banyak tempat untuk duduk, tapi dia tidak mengerti kenapa kedua gadis ini malah duduk di sampingnya.

"Eee....Omong-omong, Kiana. Siapa yang berhasil menangkap mu?" Orion bertanya.

"Zee, dia yang menangkap ku. Padahal permainan baru di mulai, hah" Kiana menghela nafas.

"Zealot memang handal dalam permainan ini, bisa di bilang bahwa dia adalah yang terbaik sekarang di desa. Jika itu berurusan dengan kecepatan" Kiara berkata.

"Begitu, ya. Aku belum pernah melihatnya secara langsung" Orion melirik ke Kiara.

"Karena itulah, bukankah bagus untuk Orion bermain bersama kami" Kiara tersenyum tipis.

"Kurasa kau benar, Kiara. Terima kasih karena sudah mengajak ku" Orion tersenyum tipis pula.

"Sama-sama, Kiara juga ingin melihat Orion bermain" Kiara masih tersenyum tipis.

"..." Mata mereka saling bertemu dan menatap untuk beberapa saat, mereka langsung memalingkan wajah satu sama lain dengan wajah yang merona.

'Terjadi lagi, kali ini dengan Kiara' Orion berkata di hatinya.

"Sepertinya Zee sudah menangkap mereka semua" Kiana berkata, pandangannya menatap ke depan.

Zealot dan anak-anak lainnya tampak mendekat ke tempat Orion, Kiara dan Kiana. Beberapa dari mereka tampak kelelahan, ketika sampai di pohon itu. Mereka semua langsung berbaring, di bawah pohon yang rindang itu.

Udara yang menyejukkan, membuat mereka semua merasa nyaman. Mereka tidak peduli jika pakaian mereka kotor karena debu dan pasir yang ada di sana, rasa lelah terlalu mengganggu mereka.

"Apa kau berubah pikiran, Orion?" Zealot menatap Orion yang masih duduk di antara Kiara dan Kiana.

"Ya, begitulah. Kau tidak keberatan, kan?"

"Tidak, justru lebih menyenangkan jika semakin banyak yang bermain" Zealot menggeleng sambil tersenyum.

"Permainan akan dilanjutkan ketika semuanya selesai istirahat, yang tadi itu cukup melelahkan" Zealot duduk sambil merentangkan kedua kakinya.

"Kau berkata begitu, tapi kau tidak terlihat kelelahan" Orion berkata.

"Aku kelelahan, tapi tidak separah mereka"

"Hmm.... Begitu, ya"

"Ya, meski begitu. Ku harap kau bisa membuat ku terhibur, Orion"

"Apa maksudmu, Zee?"

"Ya....Kuharap kau bisa lebih baik dari mereka dalam berlari" Zealot tersenyum.

"Apa itu tantangan?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi jika kau merasa tertantang, maka itu adalah tantangan"

"..." Orion diam sejenak.

"Aku akan berusaha" Orion menatap Zealot.

Next chapter