webnovel

Grand master

Orion yang sedang berbicara kecil dengan Argus, dikejutkan oleh notifikasi system yang tiba-tiba masuk tanpa ada pemicunya. Orion yang membaca penjelasan dari notifikasi yang baru itu, tersenyum tipis.

"Eh, tuan. Ada apa?" Argus bingung melihat Orion yang tiba-tiba tersenyum.

"Argus, apa aku boleh bertanya?"

"Tentu tuan, silahkan saja"

"Apa kau tidak merasa keberatan, dengan aku sebagai majikan mu?"

"Tentu tidak, tuan. Tapi, kenapa anda bertanya?"

"Aku rasa iblis adalah makhluk yang menganggap diri mereka itu jauh lebih mulia dan lebih berharga dari manusia, jadi kurasa. Kau memiliki hal yang sama dengan iblis lainnya"

"Saya tidak merasa begitu, tuan. Sejujurnya saya tidak peduli tentang kedudukan ras, lagipula..."

"Anda adalah manusia yang baik, mau menerima sampah seperti saya" Argus berkata, suaranya menandakan kesenangan. Namun Orion tidak bisa melihat wajahnya yang tertutupi oleh zirah itu.

"Kau terlalu naif, Argus. Aku bukanlah manusia seperti yang kau pikirkan, tapi aku menghargai pendapat mu itu"

"Meskipun begitu, tuan tetaplah manusia yang paling mulia di mata saya"

"Hmm...." Orion menatap Argus.

"Apa ada sesuatu, tuan?"

"Kau tidak perlu terlalu formal menggunakan kata "Saya", cukup "Aku" saja" Orion berkata.

"Tapi, say-"

"Aku" Orion menegaskan.

"...." Argus diam beberapa saat.

"Baik, tuan. Aku mengerti" Argus mengangguk.

"Nah, begitu lebih baik" Orion bertepuk tangan, dia melihat ke langit.

"Ah, sudah pagi ternyata" Orion berkata.

"Argus, apa kau akan selalu berada di sekitar ku?"

"Jika tuan mau, maka aku akan selalu di sisi mu"

"Apa kau bisa menghilang atau semacamnya?"

"Saya tidak bisa menghilang tuan, tapi. Saya bisa kembali ke dalam tubuh anda"

"Maksud mu, kau datang dari diri ku?"

"Karena anda sudah meneteskan darah kepada saya, maka secara tidak langsung. Kita terhubung, aku memasuki tubuh anda itu hanyalah ucapan belaka. Aku hanya akan memasuki bayangan anda dan anda dapat memanggil ku kapan pun"

"Apa itu skill mu?"

"Bukan tuan, itu termasuk kelebihan sebuah summoning. Sebagai sebuah summoing, aku memungkinkan untuk memasuki bayangan mu...."

"Kehadiran ku pada bayangan itu tidak memengaruhi apapun"

"Ah, begitu. Kalau begitu, masuki saja bayangan ku"

"Baik, sesuai permintaan anda" Argus berubah menjadi bayangan yang langsung menyatu dengan Orion.

"Argus, kau dengar?" Orion mencoba memanggil Argus.

'Tuan' Suara Argus muncul di pikiran Orion.

'Oh, kita bisa bertelepati'

'Itu karena kita terhubung'

'Begitu, ya. Tapi, apa kau bisa mendengar ku tadi?'

'Tidak tuan, aku tidak bisa mendengar atau melihat dari sini. Komunikasi kita hanya bisa dilakukan dengan telepati ini saja, selagi aku berada di bayangan anda'

'Berarti, kau tidak bisa melihat apa yang ku lakukan?'

'Benar sekali tuan' Ketika mendengar itu, Orion merasa lega. Dia tidak akan merasa nyaman begitu mengetahui, Argus yang bisa melihat kegiatannya.

'Tapi, apa yang sedang kau lakukan di sana?'

'Tidak ada, tuan. Aku hanya diam menunggu, lagi pula. Waktu disini berjalan sangat berbeda, selagi kita tidak berkomunikasi. Nantinya aku hanya akan merasa bahwa waktu berlalu selama 1 detik'

'Arus dan aliran waktu memang misterius, ya. Kalau begitu, ku sudahi saja sekarang' Orion pun memutuskan komunikasi mereka.

Orion keluar dari lapangan asrama, hari sudah pagi dan orang-orang di asrama sudah bangun semuanya. Orion bertemu dengan Dale dan Alvin di dekat kebun, mereka sedang menanam beberapa bibit tanaman.

"Halo senior, apa ada yang bisa aku bantu?" Orion berkata sambil mendekat.

"Tidak, ini sudah hampir selesai" Alvin menggeleng.

"Kalau begitu, aku akan kembali saja" Orion pun pergi ke asrama.

Orion kembali berjalan dan ketika dia ingin membuka pintu asrama, tangannya berhenti sebelum menyentuh gagang pintu. Karena seseorang akan membuka pintu dari dalam.

SRET

Ellina yang membuka pintu, dia terlihat ingin keluar namun berhenti begitu melihat Orion berada di depannya. Wajahnya yang tadi tambah riang dan diisi oleh senyuman, berubah drastis begitu melihat Orion. Menjadi dingin dan datar.

"E-Ellina, aku ingin menga-"

"Jangan berbicara dengan ku, kau mesum dan menjijikkan" Ellina berkata sambil pergi, dia menghantam bahu Orion dengan bahunya.

Namun karena Orion yang memiliki fisik lebih kuat, itu hanya membuat bahunya sendirilah yang kesakitan. Ellina berlutut sambil memegang bahunya dan menatap ke Orion dengan kesal, Orion tidak menyangka itu.

"Hei, Aku tidak salah apa-apa" Orion berkata.

"Hmph" Ellina hanya memalingkan wajahnya dengan kasar dan pergi.

"Padahal aku ingin minta maaf dengan benar, hah....Gadis yang keras kepala" Orion berkata sambil masuk kedalam.

Orion pergi ke kamarnya, untuk berbaring sejenak. Dan ketika merasa bahwa istirahat singkatnya itu sudah cukup, Orion pun pergi ke kamar mandi. Karena dirinya merasa gerah, dia mandi menggunakan air dingin yang menyegarkan untuk waktu pagi hari.

Seluruh penghuni asrama sedang sarapan bersama, tanpa kekurangan seseorang pun. Orion bisa merasakan tatapan yang kuat dari Ellina, itu membuatnya tidak tenang dalam menyantap makanannya.

'Tatapannya lebih keras dari yang sebelumnya, bisa-bisa kebencian mutlak akan muncul jika pertemuan kami selalu berakhir buruk seperti sebelumnya'

"Ada apa, Orion. Apa makanannya tidak enak?" Elizabeth yang melihat keanehan pada tingkah Orion bertanya.

"Ah, tidak nona. Hanya saja, aku merasa tidak nyaman dengan tatapan Ellina" Orion berkata sambil menatap Ellina, Ellina yang mendengar itu terlihat kesal.

'Kau pikir aku adalah orang yang hanya akan membiarkan tindakan mu dan menyindir mu belaka, hanya orang lemah yang begitu' Orion tersenyum tipis, senyum yang tampak licik.

"Ellina, ada apa? Memangnya, kamu menatap Orion seperti apa?" Elizabeth melihat ke putrinya itu.

"Aku tidak menatapnya, bu. Palingan hanya perasaannya saja, dia saja yang aneh" Ellina berkata dengan acuh sambil memakan sarapannya.

"Ah, mungkin mata kalian tidak sengaja saling bertemu" Elizabeth menyimpulkan.

"Mungkin saja, nona" Orion tersenyum tipis, sedangkan Ellina tampak acuh dan masih memakan sarapannya.

TOK TOK TOK

Suara pintu di ketuk, suara itu menarik perhatian seluruh penghuni asrama. Glen berdiri dan pergi ke pintu, dia membuka pintu asrama dan tampak terkejut.

"G-G-Grand master, selamat datang!!!" Glen berkata sambil membungkuk hormat, yang lainnya juga tampak terkejut.

Seorang pria tua, memiliki rambut putih yang panjang, jengot yang panjang pula dan menggunakan sebuah jubah putih. Dia memiliki tatapan mata yang berwibawa dan menenangkan, namun ada ketegasan juga disana.

"Ah, maaf mengganggu pagi-pagi begini" Grand master berkata sambil melangkah masuk.

'Eh? Tuan meliodas ataupun nona Elizabeth belum mengizinkannya untuk masuk, tapi dia masuk begitu saja. Apa mereka memang dekat?' Orion melirik Meliodas, namun Meliodas hanya mengeluarkan senyumannya.

'Sepertinya mereka memang dekat'

"Silahkan, Grand master. Bergabunglah bersama kami" Meliodas menunjuk ke kursi yang kosong.

"Terima kasih tuan Meliodas, kebetulan aku belum sarapan" Grand master duduk di kursi kosong itu dan mulai mengambil makanan.

Orion pun memutuskan untuk kembali makan dan begitu juga dengan yang lainnya, namun yang lainnya tampak begitu mengagumi Grand master. Karena hanya dengan kehadirannya saja, sudah membuat yang lainnya memancarkan tatapan kagum dan takjub.

.

Nama : ???

Rank : SSS

Tingkat kekuatan : 900.000

.

'Grand master akademi memang hebat, tentu saja memiliki kekuatan sebesar itu adalah hal yang wajar. Bagi orang yang di percayai untuk melindungi banyak nyawa di akademi ini' Orion berkata sambil melirik Grand master.

Namun dia segera memalingkan tatapan matanya, karena Grand master juga melihat kepada dirinya. Orion pun memutuskan untuk kembali makan saja.

Mereka sudah selesai sarapan, Elizabeth dan para gadis sudah membersihkan meja makan. Mereka semua berkumpul di sofa, tentu saja untuk mengetahui apa yang membuat Grand master dari akademi Anfield mendatangai asrama mereka.

"Aku akan langsung saja...." Grand master berkata.

"Tujuan ku kesini adalah untuk melihat murid-murid baru di asrama ini" Grand master berkata sambil melihat ke Orion, Kiana dan Kiara.

"Memangnya, ada apa dengan mereka bertiga?" Meliodas bertanya.

"Aku baru mengetahui, bahwa mereka bertiga adalah murid baru yang menduduki peringat teratas dalam ujian kelayakan"

"Apa aku benar?" Grand master bertanya kepada mereka bertiga, mereka bertiga mengangguk.

"Bagus, karena sudah menjadi keharusan bagi ku. Sebagai Grand master, untuk melihat kualitas dari murid-murid ku. Khususnya murid baru...." Grand master menepuk tangannya.

"Tapi aku tidak akan memaksa kalian, semuanya terserah pada kalian. Apa kalian mau atau tidak" Grand master kembali menatap Mereka.

Orion, Kiara dan Kiana saling melihat satu sama lain. Mereka setuju, Grand master tampak senang mendengar itu. Grand master dan semua penghuni asrama Lionnes pun pergi ke lapangan, untuk melihat kualitas dari Orion, Kiara dan Kiana.

"Akan tidak adil jika kalian bertiga maju dan melawan ku, jadi pilih salah satu dari kalian untuk maju dan melawan ku" Grand master berkata.

"Eh?" Orion, Kiara dan Kiana terkejut.

Mereka tidak menyangka bahwa untuk melihat kualitas mereka, mereka harus melawan sosok terkuat di akademi Anfield. Orion pun juga berpikir, bahwa jika mereka bertiga tidak mungkin bisa menang. Apalagi sendirian melawan Grand master.

"Grand master, bukankah lebih baik. Jika kami maju dan menyerang mu bersamaan, karena sudah pasti kami kalah jika satu lawan satu dengan mu" Orion berkata.

"Jangan khawatir, aku hanya ingin melihat kualitas kalian. Aku hanya akan bertahan saja, tidak menyerang sedikit pun"

"Tapi, bukankah anda ingin melihat kualitas kami? Lalu kenapa hanya salah satu dari kami saja yang harus menghadapi mu?" Orion kembali bertanya.

"Jika salah satu dari kalian saja memang bagus, pasti 2 lainnya juga bagus. Mengingat kalian berasal dari desa yang sama" Grand master berkata.

'Hah? Dari mana dia tahu, bahwa kami datang dari desa Hillos? Aku tidak ingat bahwa ada penjelasan tentang tempat tinggal asal pada kertas pendaftaran'

Bukan hanya Orion yang terkejut, Kiara dan Kiana juga menyadari itu. Mereka bertiga menjadi bingung tentang keadaan sekarang, mereka bertiga pun memutuskan untuk berdiskusi sebentar.

"Sudah jelas, bahwa Orion lah yang harus maju" Kiara berkata.

"Itu benar, Orion adalah peringkat pertama dari semua murid baru" Kiana mengangguk.

"Meskipun kalian berkata begitu, mustahil aku bisa menggores Grand master. Bahkan dengan semua kekuatan dan teknik yang ku miliki saat ini, dia berada di level yang jauh berbeda dari kita" Orion berkata.

"Jangan khawatir Orion, bukankah Orion sendiri yang bilang. Bahwa tingkat kekuatan itu hanyalah angka dan yang menentukan kualitas seseorang adalah kemampuan" Kiara menatap Orion.

"Hah...." Orion menghela nafas, dia mendekatkan tangannya ke kepala Kiara.

TAP

Orion memukul kepala Kiara dengan pelan, Kiara terkejut dan memegangi kepalanya. Meski tidak sakit sedikit pun, dia menatap Orion dengan bingung dan sedih.

"Jangan menatap ku begitu, Kiara. Aku juga memiliki alasan sendiri untuk memukul mu barusan dan memang benar, bahwa aku berkata begitu. Tapi..."

"Jika perbandingan kekuatannya sudah seperti sekarang, itu beda cerita lagi!!!" Orion berkata.

"Jika dia mau, dia bisa membunuh ku hanya dengan menjentik kepala ku" Orion kembali berkata.

"Lalu? Bagaimana?" Kiana mengembalikan topik pembicaraan ke asalnya.

"Baiklah, aku akan maju. Apa kita setuju tentang ini?" Orion melihat ke Kiara dan Kiana, mereka berdua mengangguk.

"Apa kalian sudah selesai?" Grand master berkata, setelah melihat mereka yang kembali.

"Sudah, aku yang akan maju" Orion berkata sambil mengangguk.

"Wah, sang peringat 1 yang akan melawan ku" Grand master berkata sambil tersenyum.

"Anda terlalu berharap dari ku, Grand master" Orion tersenyum tipis.

Orion dan Grand master berdiri di tengah lapangan, sedangkan yang lainnya melihat dari pinggir lapangan sambil duduk di bawah sebuah pohon. Orion sudah bersiap dengan {Black rover}, sedangkan Grand master hanya berdiri dengan santai.

"Baiklah, Orion. Apa kau sudah siap?"

"Ya, aku siap" Orion mengangguk dan menggenggam pedangnya lebih erat.

"Baguslah, kalau begitu....." Grand master menutup matanya sejenak.

SRING

Grand master membuka matanya, tekanan dan aura yang hebat meledak dari dirinya yang memenuhi seluruh lapangan. Orion di beri tekanan mental oleh Grand master, namun dia masih bisa berdiri dengan baik. Bahkan tidak terlihat tertekan sama sekali.

Meliodas melindungi yang lainnya dari tekanan itu, karena diantara mereka ada putrinya yang masih kecil dan belum bisa menerima tekanan seperti itu. Dia melindungi yang lainnya menggunakan kekuatannya.

"Ho....Aku terkesan, Orion" Grand master berkata, dia benar-benar tidak menyangka itu.

"Benarkah? Senang mendengar pujian dari sang Grand master" Orion tersenyum.

'Bagaimana caranya, dia bisa bertahan?' Grand master menatap Orion.

'Dia tidak menggunakan pelindung apapun, berarti dia memang murni menerima itu semua' Grand master tersenyum.

"Aku akan mulai, Grand master"

Orion maju, dia berniat menyerang dengan sepenuh kekuatannya. Karena dia tahu, bahwa Grand master tidak akan tergores oleh serangannya itu dan Grand master pasti memang menginginkan dirinya untuk mengeluarkan seluruh kekuatannya.

TENG

Pedang Orion bertemu dengan perisai Mana milik Grand master, Orion sudah menduga itu. Orion pun menggunakan kemampuan {Black rover}, yaitu menyerap Mana pada perisai itu.

Grand master menghempaskan Orion kebelakang dengan hembusan udara, Orion terlempar dan kembali berdiri.

'Perisai Mana ku, menipis?' Grand master melihat ke perisai Mana miliknya.

Orion mengepalkan tangannya dan mengangkat tangannya itu tinggi-tinggi, tindakannya itu membuat yang lainnya bertanya-tanya. Setelah itu, Orion kembali maju.

Next chapter