webnovel

Berangkat

TAP TAP TAP

Rentetan suara tubuh yang saling menampar terdengar di kamar Anna, diiringi oleh suara desahan kenikmatan. Orion sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, dia memulainya dengan perlahan hingga akhirnya Anna terbiasa.

Sehingga mereka bisa berada di kecepatan yang cukup di atas rata-rata, mereka berdua sama-sama merasa kenikmatan yang hanya bisa didapatkan dengan 1 cara. Orion sudah lama tidak merasakan itu, namun bagi Anna.

Ini adalah pengalaman pertama dan terbaik dalam hidupnya, Orion memperlakukannya dengan baik. Dia sendiri bertanya pada Orion, dari mana datangnya kepandaian Orion dalam hal itu. Orion yang berbohong menjawab bahwa itu adalah insting semata.

Mereka berdua tidak menahan-nahan, suara serta kegaduhan yang mereka buat di kamar Anna. Tidak membuat mereka berhati-hati, karena dirumah itu hanya ada mereka berdua. Hanya berdua di rumah dan hujan deras yang mengguyur sehingga suara tersamarkan, sungguh skenario yang sempurna.

.....

Cahaya matahari menerpa rumah keluarga Sol, kilatan cahaya itu menyentuh kelopak mata Anna dan memaksanya untuk terbangun. Anna bangun dari tidurnya, seluruh tubuh terasa kesemutan. Terutama di bagian selangkangannya.

Dia dan Orion melakukan itu sepanjang malam, dalam berbagai gerakan. Anna sendiri bingung, entah dari mana Orion mendapatkan ilmu pengetahuan itu. Karena setiap posisi, memberikan sensasi dan kenikmatan tersendiri.

Anna kembali bersandar ke dada Orion, tangannya mengusap-usap sekitar dada Orion. Akhirnya dia sudah melepaskan statusnya sebagai seorang gadis dan menjadi seorang wanita, terlebih lagi.

Itu dia lakukan bersama orang yang paling dia cintai, itu juga membuat batas yang disebut sebagai "Saudara" yang ada pada dirinya dan Orion menghilang.

Karena merasa sesuatu menggelitik di dadanya, Orion terbangun. Dia melihat ke Anna, Anna langsung menciumnya.

"Hei, pelan-pelan. Kau tidak bisa menahan diri, ya" Orion berkata.

"Mau bagaimana lagi, hari ini kau akan pergi"

"Benar juga, aku akan pergi hari ini...."

"Anna, begitulah sekarang aku memanggil mu. Kau bukan lagi saudara ku, melainkan gadis ku" Orion mengusap kepalanya.

"Tapi, bagaimana dengan ayah dan ibu?"

"Itu juga membuat ku berpikir, aku tidak bisa bilang bahwa kita sudah melewati batas...." Orion berhenti di tengah.

"Ada apa, Orion?"

"..." Orion terlihat berpikir.

'Apa aku lakukan saja.....'

'Tapi aku belum pernah melakukan itu, hampir semua hubungan ku dengan gadis-gadis hanya sebatas di ranjang. Aku tidak tertarik dengan komitmen, menurut ku itu hanyalah rantai pengikat kebebasan ku. Tapi....' Orion melihat ke Anna.

"Ada apa, Orion?" Anna menatap Orion dengan bingung.

'Gadis ini begitu mencintai ku, tatapan matanya berbeda dari gadis-gadis di sana. Tatapan mata yang sangat tulus tanpa kebohongan dan begitu juga dengan ku yang juga mencintainya'

"Orion, ada apa? Kenapa kau hanya diam saja?"

"Anna...."

"Ya?"

"Maukah kau mener-"

"Anna, bangun. Hari ini Orion akan berangkat!!!" Suara May terdengar di dekat pintu.

Orion dan Anna terkejut setengah mati, mereka belum siap untuk mengatakan kebenaran tentang hubungan mereka. Orion dengan cepat mengeluarkan {Liontin Rein} dan langsung memakainya lalu menghilang.

SRET

"Anna, bang-" May membuka pintu, dia menghela nafas karena kamar Anna yang berantakan.

"Se-selamat pagi, Bu. Hehehe..." Anna mencoba untuk bersikap biasa, namun dia tidak bisa tenang.

"Ya, pagi juga. Kenapa kamar kamu berantakan sekali? Dan....Kenapa kamu telanjang?"

"Haha....Kemarin aku sedang mencari pakaian dalam ku, makanya aku mengacak kamar ku dan tadi malam sangat panas" Anna tertawa kecil.

"Padahal semalam hujan" May berkata, dia melihat ke Anna dengan aneh.

"Tapi tidak dengan ku, semalam sangat panas. Baik temperaturnya ataupun kondisinya" Anna tertawa kecil.

"Hah.....Rapikan kamarmu lalu mandi, hari ini adik mu akan pergi. Kita akan membantunya menyiapkan barang-barang bawaannya" May berkata.

Orion yang dari tadi masih berdiri hanya bisa melihat, dia tidak bisa keluar karena May masih berdiri di pintu. Namun dia tidak gugup atau panik sekarang, hanya Anna yang masih merasa begitu.

"Baik, Bu. Akan ku rapikan"

"Ya sudah, setelah itu bangunkan Orion. Ibu mau ke dapur" Mau pun keluar dari kamar Anna.

"Hah...." Anna menghembuskan nafas lega, begitu juga dengan Orion yang masih menghilang.

"Kau dengar itu, Orion. Aku akan merapikan kamar ku, kita akan bertemu di meja makan nanti" Anna melihat ke posisi terakhir Orion berada.

"Ya, aku akan kembali" Orion yang masih menghilang berkata lalu keluar dan menutup pintu.

Orion kembali ke kamarnya, hal pertama yang dia lakukan adalah memakai pakaiannya. Dia mengeluarkan pakaiannya yang tadi dengan buru-buru di masukkan ke penyimpanan system, setelah itu dia langsung pergi mandi.

Setelah itu, Orion menyiapkan barang-barangnya. Dibantu dengan May dan Anna, barang yang Orion bawa tidaklah banyak. Karena dia memang tidak memiliki barang yang khusus, hanya pakaian, beberapa buku dan barang pribadinya.

Anna dan May dari tadi tampak tidak bersemangat, mereka terlihat murung. Orion menyadari itu, namun dia sudah membulatkan tekad. Untuk pergi ke akademi Anfield dan mencari pecahan dari kerajaan raja Grey.

"Ibu, kumohon jangan begitu. Aku tidak tenang jika pergi melihat wajah mu yang murung begitu" Orion melihat ke ibunya.

"Ibu tidak murung, nak. Ibu hanya merasa sedikit sedih saja, kamu akan meninggalkan rumah ini"

"..." Orion hanya diam.

"Tapi ibu bangga pada mu, nak. Kamu mau mengejar impian mu dan ibu bangga karena kamu akan masuk ke akademi Anfield yang terkenal itu" May menyentuh pipi Orion, Orion membalas itu dengan senyumnya.

Setelah menyiapkan barang-barang Orion, mereka semua keluar menuju ke gerbang desa. Disana semua orang telah menunggu Orion, mereka semua ingin melepas kepergian Orion, Kiara dan Kiana. Orion, May dan Anna sampai di gerbang desa.

Disana juga sudah terdapat sebuah kereta kuda yang akan mengantarkan Orion, Kiana dan Kiara. Kiana dan Kiara sedang mengucapkan salam perpisahan kepada orang tua mereka dan teman-temannya yang lain.

"Orion!!!" Sekumpulan anak berlari menuju ke arahnya, mereka mengerubungi Orion sambil memeluk kakinya.

"Hei, jangan menangis..." Orion berlutut, dia mengusap salah satu kepala mereka.

"Ji-jika Orion tidak ada, siapa yang akan mengajarkan kami berhitung?" Tanya salah satu anak itu.

"Kalian masih bisa belajar dengan kak Anna dan yang lainnya" Orion tersenyum tipis kepada mereka.

"Tapi kak Anna dan yang lainnya tidak seperti Orion"

"Dengar, kalian tidak boleh malas belajar. Entah itu bersama ku atau yang lainnya, mengerti?"

"....." Mereka semua diam.

"Aku tidak akan pergi selamanya, aku akan kembali Ketika liburan. Dan saat itu, aku janji. Aku akan mengajak kalian ke sesuatu tempat, tempat yang belum pernah kalian lihat" Orion mengacungkan jari kelingkingnya ke salah satu anak itu.

"Janji?"

"Ya, aku janji. Sumpah jari kelingking"

"Baiklah..." Anak itu pun menyatukan jari kelingkingnya dengan Orion.

Setelah menenangkan adik-adiknya itu, Orion melihat ke teman-temannya. Mereka juga akan pergi ke akademi, namun karena jaraknya yang lebih dekat dari jarak yang harus Orion tempuh. Maka mereka masih bisa di desa untuk beberapa hari.

"Selamat tinggal, teman-teman" Orion berkata sambil memeluk semua temannya, Setelah itu dia melihat ke Zealot.

"Ku dengar, hanya kau saja yang pergi ke akademi Nitoryu. Apa kau punya alasan khusus, Zee?"

"Ya, aku tertarik dengan ilmu katana di sana. Ku harap kau bersiap, karena aku akan mengalahkan mu di kesempatan lainnya" Zealot tersenyum kepada Orion.

"Ho...Aku menunggu itu" Orion juga tersenyum.

"Jangan kalah dengan orang-orang di sana...." Zealot mengacungkan kepalan tangannya ke Orion.

"Begitu juga dengan mu" Orion juga mengacungkan kepalan tangannya.

"Sampai jumpa, semuanya. Kuharap kalian menemukan apa yang kalian cari di akademi masing-masing dan berhasil" Orion melihat ke teman-temannya yang lain.

"Begitu juga dengan mu, Orion"

"Jangan lupakan kami"

"Hati-hati di sana" Teman-temannya berkata.

"Pasti, begitu juga dengan kalian. Maaf karena tidak bisa melihat kalian pergi" Orion berkata sambil melambaikan tangannya, sekarang dia melihat ke keluarganya. Orion mendekat ke ayah, ibu dan kakaknya.

"Berhati-hatilah disana, nak. Ayah berharap kamu akan selalu sehat disana" Sol berkata sambil memeluk Orion.

"Aku akan menjaga kesehatan ku disana" Orion juga memeluk Sol, kini dia beralih ke ibunya.

"Ibu, jangan menangis. Aku tidak akan tenang jadinya" Orion menatap May yang mengusap air matanya, ada perasaan sedih di hatinya ketika melihat ibunya mengeluarkan air mata.

"Ibu tidak menyangka bahwa kamu akan tumbuh secepat ini....Kamu mungkin bukanlah darah daging ku, tidak peduli apa yang orang nanti katakan. Kamu tetaplah putra kesayangan ku dan akan selalu begitu" May memeluk Orion, sekarang air matanya kembali mengalir.

"Ya, aku tahu itu. Aku adalah anak mu, Bu. Tidak peduli apa kata orang dan akan selalu begitu" Orion juga memeluk ibunya, ada perasaan lega dan sedih ketika dia mendengar ibunya berkata begitu.

"Jangan lupa untuk menjaga kesehatan mu, jangan lupa makan dan jangan lupa untuk bersenang-senang disana. Untuk di akademi, jangan memilih teman dan selalu patuhi guru" May menatap Orion.

"Akan ku usahakan" Orion tersenyum tipis, dia melihat ke Anna yang sedang menahan air matanya.

"Kak, aku pergi dulu. Jaga ibu dan ayah, ya?" Orion tersenyum menatap Anna, sementara Anna hanya menundukkan kepalanya.

SRET

Sebuah liontin terpasang di leher Anna, Orion memberikan Anna {Liontin Rein}. Itu memang berharga baginya, namun sekarang Anna jauh lebih berharga dari liontin itu. Anna langsung menatap Orion dengan air mata yang membasahi pipinya, dia memeluk Orion.

"Aku akan merindukan mu..." Orion berkata dengan suara yang pelan, namun Anna bisa mendengar itu dengan jelas.

"Aku mencintaimu" Anna berkata dengan suara yang sama pelannya.

"Begitu juga dengan ku, aku mencintaimu" Orion melepaskan pelukannya dari Anna dan kembali melihat ke orang tuanya.

Setelah memeluk semua keluarganya, Orion pergi ke kereta kuda itu bersama Kiara dan Kiana. Ray langsung pergi ke depan, tempat kusir kuda duduk. Dia yang akan mengantarkan mereka bertiga.

"Orion, tolong jaga Kiana dan Kiara" ibu Kiara dan Kiana berkata.

"Baik, bibi. Aku akan menjaga mereka" Orion mengangguk sambil tersenyum tipis.

SRET

Kereta kuda mulai berjalan, semua orang desa melambaikan tangan mereka kepada Orion, Kiara dan Kiana. Mereka membalas lambaian tangan itu, Kiara dan Kiana tampak sedih. Karena harus berpisah dari orang tuanya, begitu juga dengan Orion.

Setengah hatinya enggan untuk pergi meninggalkan keluarga dan gadis yang dicintainya, namun itu harus di lakukan. Agar apa yang di rencanakan berjalan sesuai perkiraannya.

Mereka bertiga kembali duduk setelah desa sudah tidak terlihat lagi, Orion melihat bahwa Kiara tampak tidak bersemangat dan murung. Dia mengerti sedikit apa yang dirasakan oleh Kiara, namun Kiana tidak terlihat seperti apa yang Kiara alami.

"Kiana, apa yang terjadi pada Kiara?" Orion melihat ke Kiana yang sedang menenangkan saudarinya itu.

"Kiara memang begini, dia mabuk perjalanan" Kiana terkekeh.

"Tapi kita baru berjalan" Orion tampak bingung, Kiara memiliki mabuk perjalanan yang serius.

"Memang aneh, tapi itulah kenyataannya. Dia tidak bisa naik kereta kuda, meski hanya beberapa meter saja" Kiana tertawa kecil.

"Ah, begitu...." Orion baru mengetahui itu.

"Bagaimana jika kau berbaring saja, Kiara. Itu akan membuat rasa mual mu berkurang" Orion melihat Kiara yang semakin lesu.

"....." Kiara hanya mengangguk, dia kemudian berbaring. Menjadikan paha Kiana sebagai bantal dan menutup matanya.

"Hah.... Sepertinya Kiara akan mengalami beberapa hari yang buruk, hingga kita sampai di Anfield" Kiana mengusap kepala saudarinya itu.

"Ayah ku berkata, bahwa butuh waktu 2 minggu lebih untuk sampai ke ibukota kerajaan Anfield" Orion membenarkan.

"...." Kiana yang mendengar itu, tampak khawatir mengenai kondisi Kiara.

SRET

Pembatas antara sisi depan kereta dengan bagian dalam kereta terbuka, Ray melihat ke mereka bertiga. Dia juga bingung melihat Kiara yang tampak aneh, Kiana menjelaskan dan akhirnya dia mengerti.

"Jangan khawatir, aku akan berusaha untuk membuat kalian sampai lebih cepat" Ray berkata sembari mengontrol gerakan kuda itu.

"Terima kasih, paman Ray. Tapi, lebih baik kau fokus saja pada jalanan" Orion tersenyum tipis.

"Benar juga, bisa-bisa aku membawa kalian ke rumah sakit" Ray terkekeh dan menutup kembali pembatas itu dan kembali fokus mengendari kereta kuda itu.

Next chapter