webnovel

10 Takhta

Para penghuni asrama sedang berkumpul di meja makan, menyantap masakan yang dibuat oleh Elizabeth. Menurut Orion, Masakan Elizabeth lezat. Namun baginya, masakan ibunya tetaplah nomor 1.

Di sela-sela waktu makan, Alvin bertanya kepada Kiara, Kiana dan Orion tentang kehidupan mereka di desa. Mereka bertiga tentu mengatakannya, bahwa mereka datang dari desa yang sangat amat jauh dari Anfield.

"Wah, kalian rela kesini dan meninggalkan desa. Padahal banyak juga akademi yang bagus di sekitaran sana, kan? Seperti akademi Oliee" Alvin terkejut, begitu juga yang lainnya.

"Itu mungkin benar, senior. Tapi aku merasa bahwa di akademi ini, aku akan menemukan apa yang kucari" Orion berkata.

"Dan, apakah itu? Apa yang ingin kau cari disini, Orion?"

"Ilmu" Orion tersenyum tipis.

"Hahahaha.....Kau benar, ilmu yang diberikan di setiap akademi tentu berbeda" Alvin tertawa mendengar itu.

"Ya, begitulah"

"Lalu, bagaimana dengan Kiara dan Kiana?" Alvin melihat ke mereka berdua.

"Kami kesini hanya untuk bersama Orion" Kiana menjawab, meski dia sedikit malu karena takut orang-orang berpikir bahwa alasannya itu aneh.

"He....Jadi kalian berdua menyukai Orion?" Glen tersenyum mendengar itu.

"Y-ya, Kiara sangat menyukai Orion" Kiara mengangguk.

"Begitu juga dengan ku" Kiana juga menjawab.

"Wah, kalian sungguh berani. Bagaimana dengan mu, Orion? Apa kau juga menyukai mereka?" Dale bertanya.

"Tentu saja, aku juga sangat menyukai mereka" Orion tersenyum sambil melihat ke Kiara dan Kiana, senyum Orion itu membuat yang lainnya terdiam.

"Kau memiliki senyum yang menarik Orion" Alvin berkata.

"Eh? Benarkah? Tapi aku merasa aneh jika di puji oleh mu, senior" Orion tersenyum pahit.

"Hahahaha...." Alvin, Dale, Glen dan Meliodas tertawa.

"Aku mengerti maksud mu, Orion. Tapi tenang saja, aku tidak punya maksud lain. Aku ini orang yang lurus" Alvin melanjutkan.

"Syukurlah kalau begitu"

"Berarti kalian masuk ke akademi ini melalui uji kelayakan, kan?" Dale bertanya.

"Ya, kami di uji terlebih dahulu" Kiana mengangguk.

"Oh, lalu. Peringkat berapa kalian?" Glen terdengar tertarik.

"Kiara mendapatkan peringkat ke-2, Kiana mendapatkan peringkat ke-3 dan Orion menduduki peringkat teratas" Kiara menjawab.

"Ho....Jadi Orion adalah Deus itu, ya" Alvin berkata.

"De-Deus?" Orion terkejut, begitu juga dengan Kiana dan Kiara.

"Ah, kalian tidak tahu? Rumor itu menyebar tadi siang, karena para murid baru mengatakan bahwa mereka merasakan adanya keberadaan yang sangat hebat ketika sedang menunggu waktu uji kelayakan" Dale berkata.

"Dan mereka berkata bahwa saat itu, cahaya emas surgawi menutupi mereka" Glen menambahkan.

"Rumor itu menyebar hampir ke seluruh murid akademi, karena masing-masing asrama menerima murid baru maka teman-teman kami juga banyak yang mendapat cerita tentang itu dari murid baru" Starla berkata.

"..." Orion hanya diam, namun dia tampak tidak nyaman.

"Sepertinya, Orion tidak menyukai julukan itu" Gabriella bisa melihat itu dari ekspresi Orion.

"Ya, aku tidak menyukai itu. Julukan itu terkesan bodoh dan terlalu melebih-lebihkan, apa yang ku lakukan itu hanyalah hal biasa"

"Mungkin biasa bagi mu, Orion. Tapi tidak bagi kebanyakan orang" Meliodas berkata.

"Kurasa kau benar juga, tuan Meliodas" Dia juga setuju dengan apa yang Meliodas katakan.

"Orion, apa kau m-" Alvin hendak mengatakan sesuatu.

"Anak-anak, bagaimana jika kita makan terlebih dahulu?" Suara Elizabeth menyela, dia mengeluarkan senyumnya namun terlihat kesal.

"Ba-Baik" Mereka menjawab dengan pelan, lalu kembali makan.

'Aku tidak tahu bahwa nona Elizabeth bisa begitu' Orion kembali makan, dia melirik ke yang lainnya.

.

Nama: Glen Cano

Rank: A -

Tingkat kekuatan: 105.000

.

Nama: Dale Fine

Rank: A-

Tingkat kekuatan: 107.000

.

Nama: Gabriella Persian

Rank: B-

Tingkat kekuatan: 47.000

.

Nama: Starla Apter

Rank: B

Tingkat kekuatan: 75.000

.

Nama: Alvin Voltemor

Rank: A-

Tingkat kekuatan: 180.000

.

Ketika Orion melihat status Glen sampai Starla dia tidak terkejut, karena menurutnya itu cukup wajar bagi mereka. Namun tidak begitu dia melihat status milik Alvin, dia terdiam untuk sesaat.

'Sepertinya hanya sedikit orang yang seperti senior-Alvin, dia berada di tingkatan yang berbeda. Padahal dia lebih muda dari senior-Dale maupun senior-Glen, mungkin aku akan bertanya nanti saja'

Setelah makan malam, mereka berkumpul di sofa yang disusun. Disana Orion, Kiara dan Kiana bertanya beberapa hal tentang akademi. Karena mereka sama sekali belum mengerti tentang aturan disana, hal pertama yang mereka tanyakan adalah tingkatan kelas.

Glen memberitahu bahwa tingkatan kelas terbagi menjadi 6, di mulai dari tahun pertama hingga tahun ke-6 atau akhir. Setiap tahun ajaran baru, maka akademi membuka pendaftaran untuk segala tingkatan kelas. Tergantung usianya.

"Gabriella, apa kau masuk ke akademi melalui jalur lanjutan?" Orion bertanya.

"Ya, sebelumnya aku sudah masuk ke akademi dasar. Jadi tidak perlu mengikuti tes seperti kalian, tapi kenapa kau bertanya?"

"Aku bertanya karena aku tidak melihat mu di ruang tunggu ujian dan nama mu juga tidak ada di daftar murid akademi yang berhasil di terima"

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, Orion? Apa kau bisa melihat dan mengingat semuanya?" Glen tertawa kecil, dia sedikit bingung dengan candaan Orion.

"Ya, aku bisa mengingatnya" Orion mengangguk.

"Eh? Kau bohong, kan?" Glen sedikit terkejut.

"Tidak, untuk apa aku berbohong pada kalian?"

"....." Glen terdiam.

"Sepertinya, Orion memiliki bakat yang luar biasa" Dale berkata.

"Kau benar senior, dia tidak terlihat membual barusan" Alvin mengangguk.

"Oh, iya. Senior-Alvin, aku ingin bertanya" Orion kembali teringat kepada status Alvin.

"Tanyakan saja"

"Kenapa kau begitu kuat? Aku bisa merasakan kekuatan besar datang dari mu"

"Itu wajar saja, Orion. Alvin adalah salah satu dari 10 takhta, tentu saja dia sangat kuat" Glen berkata sambil memukul bahu Alvin dengan pelan.

"10 Takhta? Apa itu sebuah organisasi?" Kiana bertanya.

"Benar, 10 takhta adalah organisasi akademi yang berisi 10 murid dengan kemampuan yang luar biasa dan kekuatan yang luar biasa juga. Alvin ini adalah pemegang Takhta ke-6 dari 10 Takhta, yang berarti. Dia adalah murid terkuat ke-6 dari semuanya" Dale menjawab.

"Wow, itu luar biasa" Kiara dan Kiana spontan berkata, Orion sendiri juga takjub meski dia bisa menyembunyikan itu dengan sangat baik.

"Apakah senior-Alvin mendapatkan posisi ke-6 karena di pilih dan di akui oleh para murid dan guru, atau dia mendapatkan itu dari hasil kemenangannya melawan pemegang posisi ke-6 sebelumnya?" Kali ini Orion yang bertanya.

"Wah, dari mana kau bisa menyimpulkan itu begitu Orion? Itu tepat sekali" Alvin tersenyum kagum.

"Yang mana yang benar, senior? Yang pertama atau kedua?"

"Yang kedua, kau benar. Karena aku bertarung dengan pemegang posisi ke-6 sebelumnya dan berhasil menang serta juga mendapatkan posisi yang sekarang, apa kau mau mencobanya?" Alvin menatap Orion dengan senyum di wajahnya.

"Kurasa aku akan mundur, aku sama sekali tidak memiliki kesempatan" Orion terkekeh.

"Wah, sayang sekali. Tapi kau mengambil langkah yang tepat, Orion. Karena...."

"Meskipun kau bisa menang melawan ku sekarang, kau tetap tidak bisa mendapatkan posisi ke-6. Karena kita tidak melakukannya di "Majesty" dan kau tidak memenuhi syarat" Alvin berkata.

"Majesty? Apa itu?" Kiara tampak bingung.

"Majesty adalah arena pertarungan akademi, pertarungan di Majesty hanya boleh dilakukan jika kedua belah pihak melakukan pertaruhan dan itu harus sepadan. Tanpa itu, maka pertarungan di Majesty akan dianggap tidak sah"

"Ah, begitu. Jadi Majesty adalah panggung utama, kan?" Orion mengerti maksud dari Majesty itu.

"Benar" Alvin tersenyum.

"Berarti, kita tidak boleh bertarung di tempat selain Majesty?" Kiana bertanya.

"Boleh, setiap murid boleh bertarung dimana pun. Asalkan tidak melibatkan orang lain, yang berarti itu hanyalah antara 2 orang saja. Jika diluar itu maka akan dilarang dan jika memang harus diselesaikan maka harus bertarung di Majesty" Starla menjelaskan.

Setelah pembicaraan yang agak berat itu, mereka mengganti topik pembicaraan menjadi hal-hal yang ada di Anfield. Sebagai pembelajaran kecil untuk Orion, Kiara dan Kiana.

......

"Semuanya, aku harus permisi. Karena selama beberapa hari terakhir aku tidak mendapatkan istirahat yang cukup, maka kurasa sebaiknya aku segera istirahat. Aku permisi" Orion tersenyum tipis lalu berjalan ke arah tangga.

Orion berjalan ke kamarnya, dia melihat ke kamar mandi. Sebenarnya dia ingin membersihkan diri, karena sudah lama tidak melakukan itu. Namun karena rasa lelah yang tiba-tiba di rasakan tadi, membuat niatnya untuk mandi menghilang dan memutuskan untuk langsung ke kamarnya.

.....

Orion membuka matanya dengan perlahan, dia terbangun tanpa sebab. Orion kemudian duduk dan melihat ke jendela, langit masih gelap dan itu membuat Orion melihat ke jam dinding.

"Masih pagi, bahkan terlalu pagi. Kenapa aku bisa bangun sekarang?" Orion berkata, dia sangat yakin bahwa dia akan bangun ketika siang hari nanti.

"Sepertinya aku tidak akan tertidur lagi, jika aku kembali berbaring. Mungkin lebih baik jika aku bangun sekarang dan pergi ke lapangan asrama" Orion berdiri, dia mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi.

Orion sampai di depan pintu "Kamar mandi & Toilet", dia membuka pintu itu dan masuk kedalam. Disana ada 2 pintu, satu pintu seperti pintu kayu biasa yang ada tulisan "Toilet" di atasnya. Dan satu lagi yang terlihat seperti pintu geser yang ada tulisan "Kamar mandi" di atasnya.

'Hmm....Apa lampu di kamar mandi selalu hidup, ya?' Orion melihat ke pintu geser yang terang, pintu itu seperti terbuat dari kaca yang tidak transparan namun masih bisa mengeluarkan cahaya dari dalam.

Orion melepas pakaiannya, meletakkan nya ke laci pakaian yang ada di sampingnya dan melingkari handuk di pinggangnya. Dia tidak sabar untuk berendam didalam air hangat, Orion pun membuka pintu.

Next chapter