1 Prolog

"Tangkap penyihirnya!"

Gadis kecil bertudung merah itu menoleh kebelakang ketika mendengar jeritan pemimpin warga yang tidak jauh lagi dari tubuhnya, berarti ia akan tertangkap malam ini dan terbakar bersama kayu mahoni. Tidak! Itu tidak akan terjadi jika ia terus berlari dan tak mau berhenti walaupun kakinya yang tak memakai alas sudah menginjak puluhan duri di tanah hutan, tetapi ia harus tetap melarikan diri karena tak ingin menjadi abu malam ini.

"Sial! Kita kehilangan jejaknya"

Pemimpin warga yang mengejarnya itu kebingungan karena dirinya sudah bersembunyi di dalam semak yang tidak jauh dari jangkauan. pemimpin warga itu pun menoleh ke kanan dan kiri sembari mengarahkan obor ke semak semak yang kelihatannya sangat ampuh sebagai tempat bersembunyi.

"Hei, penyihir kecil. Aku tahu kau ada disini. Keluarlah!"

Gadis bertudung yang sedang bersembunyi itu lantas mundur perlahan saat semak pelindungnya mulai bergoyang. Ia tau warga warga telah menyadari tempat persembunyiannya dan yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berdoa dan berpasrah diri jika memang ini adalah takdirnya.

Tanpa ia ketahui, tepat di belakang tubuh kakunya sudah terdapat jurang kematian-sebagaimana yang telah di percayai warga-jika seseorang yang jatuh kedalam jurang tersebut tidak akan bisa hidup. Dan inilah saatnya gadis itu mengetahui jika dirinya akan mati bukan karena terbakar tapi karena jatuh kedalam jurang kematian.

Lalu di detik selanjutnya, tubuh kecil itu merosot begitu saja dan berguling kedalam kegelapan abadi. Kepalanya seakan ingin pecah akibat terbentur berkali-kali oleh akar pohon yang mencuat dari tanah. pandanganya seketika memburam ia tidak tahu sampai kapan dirinya akan berhenti mengguling seperti ini? Ia sampai tidak sadar jika Gaun merahnya sudah terkoyak habis tak terbentuk dengan darah segar yang mengalir dimana mana menimbulkan aroma anyir membangkitkan mahluk lain untuk mendekat.

Hingga ke menit berikutnya barulah sampai ia pada inti jurang kematian. Letaknya beribu mayat tak berdaging Menyisakan bau busuk kepedihan dan kesengsaraan. Ia masih bernapas, tapi jantungnya seakan berhenti. Ia merasakan kehadiran mahluk lain selain mayat disini. Ia mencoba membuka mata walau tenaganya sudah tiada. Perlahan tapi pasti, ia terus mencoba, hingga akhirnya ia mendapati suatu objek yang mendekat ke arahnya. Besar dan hitam! Itulah ciri yang pertama kali dilihat. Ia tak peduli. Ia butuh bantuan atau mati dalam kesunyian.

"He-help"

Suaranya tercekat. Ia baru sadar dan merasakan jika sejak tadi sebatang ranting menancap di lehernya. Ia benar benar tidak kuat, lalu pandanganya memudar seiring auman serigala yang menggema di segala penjuru hutan.

avataravatar
Next chapter