2 Cantik Kaleng-kaleng

Haura mengerjap saat Bibi Nara menyibak tirai dinding kaca kamarnya. Menjadikan cahaya mentari pagi yang mulai menghangat membias kaca, memantul menyilaukannya.

"Jam berapa sekarang, Bibi?" tanya Haura yang baru saja bangun dari tidurnya seraya mengulat, lalu menguap yang langsung ditutupinya dengan sebelah punggung tangannya.

"Sekarang sudah jam 7 pagi, Haura. Apa ini kebiasaanmu jika sedang haid seperti ini?" timpal Bibi Nara seraya memperlebar sibakan tirainya. Keheranan dengan laku kemenakan perawanannya yang bangun kesiangan.

Haura meneguk ludahnya. "Hmm, tidak, Bibi. Mungkin ini karena efek motion sikness kemarin," jawabnya pelan seraya menyibak bed cover-nya.

"Tapi kau sudah baikan sekarang, 'kan? Mual dan pusingnya sudah reda?"

"Sudah, Bibi."

"Alhamdulillah. Sekarang lebih baik bebersih diri, lalu sarapan bersama," lanjut Bibi Nara seraya menukik senyum ke arah Haura, lalu beringsut keluar.

"Ini namanya apa, Bibi? Apakah ini Bubur Ayam?" komentar Haura saat mendapati menu familiar sarapan pertamanya di Korsel, mirip sekali dengan Bubur Ayam.

"Benar sekali, ini bubur ayam khas Korea, namanya Dakjuk, Haura. Ayo dicoba, semoga kau menyukainya," jawab Bibi Nara seraya menyuapi putra bungsunya yang baru berumur 4 tahun, Fatma Zubair.

"Jangan lupa Khimci Omelete-nya. Tidak kalah enak, loh," sahut Paman Zubair seraya mendekatkan piring berisi Khimci Omelete ke arah Haura.

"Hmm, siap, Paman!" timpal Haura seraya membuat tanda sip dengan sebelah jempol tangannya.

"Ditelan dulu atuh, Dik," nimbrung Kak Ayana, putra sulung Paman Zubair mendapati Haura sangat bersemangat menjawab dengan mulut yang masih penuh oleh makanan.

Haura tersenyum tipis, mendadak malu. Yang lainnya hanya tersenyum seraya melirik Haura, lalu menyantap sarapan masing-masing.

Hmm, beginilah, momen sarapan pertama Haura Anwar di Itaewon, Distrik Yongsan, Seoul, Korsel.

***

Berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Seoul, Itaewon terkenal sebagai kota mulitikultural. Tempat ini dulunya merupakan pemukiman tentara Amerika Serikat pasca Perang Korea. Kini, kawasan tersebut ramai dengan beragam etnis, tidak hanya dari barat, tapi juga timur.

Berbeda dengan kota-kota lain di Korea Selatan, Itaewon memanjakan para pemeluk Islam, baik penduduk setempat ataupun pelancong. Di sinilah Islam Korea Selatan berpusat, di tengah-tengah masyarakat beragama Kristen, Katolik, dan Hindu.

Di kota ini berdiri masjid yang merupakan masjid pertama di Korea Selatan, Seoul Central Mosque. Dibuka pada 1976, masjid ini menjadi sarana untuk mengenalkan Islam bagi masyarakat Korea. Seoul Central Mosque juga menjadi lembaga resmi sertifikasi halal yang bertanggung jawab untuk memberikan label halal bagi makanan-makanan yang akan diekspor.

Urusan makanan halal, Itaewon adalah surga. Tak seperti di wilayah lainnya yang susah menemukan makanan halal, di tempat ini umat Islam dapat memilih makanan dengan bebas dan terjamin kehalalannya. Di dekat Seoul Central Mosque terdapat jalan yang sering disebut dengan Islamic Street. Beragam restoran dengan menu khas India dan Timur Tengah hadir di sini.

Berbelanja kebutuhan sehari-hari pun tak sulit. Di jalan ini, berdiri toko-toko Islami. Ada National Food Mart yang menjual aneka bahan makanan bernuansa islami dan bahan makanan olahan. Ada juga toko yang khusus menjual aneka daging yang dijamin kehalalan, baik dari sisi dagingnya ataupun proses penyembelihannya. Bahkan, ada juga toko yang menjual buku-buku islami dengan berbagai bahasa dan hijab.

Bermodal GPS di ponselnya, hari pertama Haura di Itaewon, nekat pergi ke Seoul sendirian, alih-alih menemui seorang teman. Tepatnya Yeouido Hangan Park.

@Hyun_Jae_Park

Kau sekarang di mana, Cantik Kaleng-kaleng?

@babyhaura16

Berhenti memanggilku Cantik Kaleng-kaleng sebelum kau menyesal seumur hidup! Karena aku cantik bak Cleopatra!

Haura mendengkus seraya mengetik balasan DM Instagram ke satu-satunya teman yang ia punya di Korsel yang sok kegantengan itu. Namanya Park Hyun Jae, katanya seorang Presdir dari Nature Company, salah satu perusahaan brand kosmetik herbal di Korsel. Namun, entahlah, ia tidak peduli.

Berawal dari DM Instagram, Haura mengenal Hyun Jae. Suatu saat, satu tahun lalu, Hyun Jae mendadak men-DM-nya dengan bahasa Inggris, alih-alih men-DM teman kuliahnya yang sudah hilang kontak sebelumnya, berasal dari Singapura. Pasalnya, profilnya dengan Si Teman SMA-nya memang hampir persis, yaitu sama-sama berprofil sunflower. Namun, mungkin memang sudah takdir, semua itu terjadi dengan mudah dan mereka saling mengenal hingga kini sebatas DM Instagram pastinya.

@Hyun_Jae_Park

Di mana batang hidungmu, Cantik Kaleng-kaleng? Aku sudah bosan memutari Yeouido Hangan Park dengan sepeda yang kusewa.

@Hyun_Jae_Park

Ya! Di mana kau? Jangan bilang kau belum sampai di taman ini. Aku sudah jamuran menunggumu!

Haura mendengkus lagi membaca DM Instagram dari Hyun Jae. Merutuk sebal karena ia terus saja dipanggil Cantik Kaleng-kaleng.

@babyhaura16

Mianhae, aku baru pertama kali ke taman ini. Aku baru juga sampai. Dan sekarang aku sedang duduk di kursi taman di bawah rindangnya pohon maple dan menatap indahnya Sungai Hangang.

@Hyun_Jae_Park

Beri tahu aku, kau mengenakan pakaian jenis apa, warna apa, dan seterusnya. Biar aku cepat mengenalimu.

Haura mendengkus lagi mendapati betapa ribetnya harus bertemu seseorang saat seseorang itu tidak tahu bagaimana rupa dirinya. Sangat rempong dan melelahkan.

Begitulah, Hyun Jae memang tidak pernah satu kalipun melihat bagaiman wajah Haura, karena di akun Istagram-nya benar-benar tidak ada satu pun foto Haura terpampang. Postingan Haura kebanyakan berisi potret alam dengan nilai estetik yang apik dibarengi dengan caption sajak indah.

Dengan malas, Haura pun membalas DM Instagram Hyun Jae yang diminta. Lalu menambahkan akhiran di DM-annya agar Hyun Jae tidak memanggil Cantik Kaleng-kaleng lagi.

Selang beberapa saat, Hyun Jae belum juga terlihat batang hidungnya. Haura pun mulai bosan seraya menyandarkan sebelah tangannya ke meja kayu depannya untuk menopang kepalanya yang ia sandarkan. Wajahnya menatap ke samping searah sinar mentari pagi yang semakin menghangat membias wajahnya, membuatnya memejam menikmatinya.

Saking tenggelamnya akan suasana pagi di musim semi Seoul yang menyenangkan dengan ditemani warna-warninya dedaunan maple, serta ketenangan Sungai Hangang, Haura sampai tidak menyadari jika Hyun Jae yang mengendarai sepeda sewanya itu sudah sampai dan berada di seberang.

Dari seberang itu, setelah turun dari sepedanya dan memarkirkannya di dekat pohon maple sebelahnya, Hyun Jae sungguh tertegun dengan sosok perempuan yang mengenakan kain hitam untuk menutupi kepalanya yang tengah duduk anggun memejam mata menikmati hangatnya sinar mentari musim semi. Sungguh terlihat anggun dan ... cantik.

Hyun Jae meneguk ludahnya. Lalu melepas kaca mata ambermatic-nya untuk lebih jelaskan penglihatannya terhadap sosok perempuan di seberangnya itu. Memastikan lagi.

Sungguh tidak salah lagi, kain penutup kepala hitam, blazer warna army yang membalut kaos hitam, serta rok plisket panjang cokelat muda dengan wedges hitam, itulah sosok itu di sana yang sesuai dengan pendeskripsian Haura Anwar, teman chat Indonesia-nya.

Kini, Hyun Jae menghela napasnya, lalu menggigit bibir bawahnya, sungguh terpesona dengan sosok Haura yang sangat jauh dari ekspektasi sebelumnya. Haura Anwar itu yang dianggap dan dipanggilnya Cantik Kaleng-kaleng, ternyata memang sungguh cantik mempesona. Hmm, layaknya Cleopatra.

______________

Translate:

Mianhae: maaf (non formal)

avataravatar
Next chapter