20 Sweet Sinner | 7

"Sepertinya ini sangat cantik," Evelyn terus memandangi gaun pesta di tubuh mannequin, "aku yakin ini sangat cantik untuk kau pakai di pesta nanti malam sayang!"

     Suara berisik dari orang-orang yang berada di dalam butik terutama pertanyaan Evelyn tidak menggangu aktifitas Persia saat melamun. Tangannya bergerak membelai bahan sutera dari gaun berwarna biru, namun entah manik matanya mengarah pada sesuatu yang tidak dijangkau dengan pikiran Persia. Sampai akhirnya Persia sadar jika sudah dua jam rupanya Evelyn memilihkan baju paling bagus di antara deretan desain-desain mewah untuk Persia. Ia sendiri hanya menanggapi pertanyaan Evelyn dan mengiyakan apa saja yang menurut Evelyn cocok, bagi Persia acara pesta penyambutan tidak perlu diadakan karena ia malas jika harus berpura-pura mesra dengan Robert apalagi harus melihat wajah Edo. Tidak berguna. Tapi begitulah keluarga Luxembourg menggemari gemerlap kesenangan yang harus Persia terima.

     Berbelanja serta menyiapkan segala keperluan diri tak terasa sudah selesai, gaun cantik di tubuh mulusnya sama sekali tidak membangkitkan semangat Persia untuk menyambut para tamu. Ia hanya duduk diam di atas ranjang tanpa ingin melakukan apapun kecuali menatap dirinya sendiri, dari ujung kaki mengenakan sepatu wanita mahal berlanjut sampai perhiasan mewah melingkar di pergelangan tangan. Semua itu tidak berguna karena Persia sudah kehilangan jati diri yang dulu selalu ia yakini sebagai perisai, martabat itu jatuh tanpa Persia mampu memungut untuk dipeluk atau memelihara mahkotanya dengan tenaga. Persia sadar bahwa ia hidup dalam lingkaran hina, tapi ini bukan pilihan melainkan garis lintasan sejarahnya. Mau atau tidak Persia harus menerima kenyataan getir tentang dua laki-laki yang merenggut perhiasan paling istimewa seorang wanita.

Dari balik kesedihan itu terperangkap, pintu besar kamar rumah Joseph menyimpan penglihatan yang mengintai, ia enggan menggasak lamunan Persia. Meski berharap bukan karena kesalahan waktu itu tapi Robert merasa keceriaan Persia hilang, senyum menggemaskan kala melawan atau berusaha menolak aturan-aturannya sudah tidak terlihat lagi. Yang bisa Robert lakukan adalah menunggu, sampai kapan keterpurukan itu pergi atau bahkan Robert tidak akan pernah menemukannya kembali. Sempat hatinya terdorong untuk menemui Persia tapi keberanian Robert tertelan tiba-tiba oleh air mata yang bergulir dari kelopaknya dan berujung pada hidung mancung Persia 'ada apa Persia? Berhenti menangis dan biarkan senyuman mu cantik seperti biasanya sayang.'

     Merasa lebih baik menghindar Robert memilih menutup pintu kamar dengan hati-hati kemudian ia menyuruh Ellen untuk membujuk Persia. Karena rasanya tidak mungkin jika Robert harus turun tangan, menurutnya itu bukan kegiatan penting karena tamu undangan sudah mulai berdatangan.

     Satu persatu tamu istimewa keluarga bahkan rekan dekat Robert nampak senang menghabiskan waktu pesta di rumah Joseph. Meski sederhana namun memiliki kemesraan tersendiri bagi mereka, tapi lain halnya ketika Robert tidak mampu berhenti memikirkan bagaimana keadaan Persia di dalam. Ia terus memperhatikan balkon berharap Ellen berhasil membujuk Persia,

     "Sepertinya Anda sedang memikirkan sesuatu tuan?" Tanya salah seorang rekan kerja Robert.

     "Oh," Robert terkejut dengan pertanyaan itu, "em... Tidak, maaf!"

     Robert sendiri bimbang kepada dirinya sendiri, hampir setiap jam yang ada di kepalanya hanya senyum Persia. Tapi setiap saat pula Robert mencoba berbohong untuk naluri tentang apa yang sedang terselubung karena Robert yakin itu sekedar pengaruh hasrat. Ya, meski terus meyakini tapi bayangan Persia terlalu sering melekat bahkan lebih dalam jika Robert berusaha mengusirnya.

     Sampai menit terus berlarian Robert masih tidak melihat Persia turun dari kamar, matanya mengamati setiap orang di sana tapi tetap ia tidak menemukan bukti jika Persia ikut bergabung. Sampai akhirnya Robert melihat jelas apa yang ia tunggu sedang berusaha menyapa beberapa tamu dan Robert melihat wajah cantik Persia ketakutan saat Edo mendekat. Tak lama Robert menemukan perbincangan hangat namun ia gagal memahami maksud jika hanya dengan gerakan bibir mereka, yang jelas Robert tahu jika Persia berusaha menyingkir dari Edo.

     Bukan kecurigaan tapi Robert memang tahu jika Persia merasa terancam dan ia meninggalkan beberapa tamu saat Edo menarik-narik lengan Persia. Kemudian Robert mengikuti gerak-gerik Edo dan Persia memasuki lorong rumah Joseph,

     "Lepasin Edo!" Persia tersudut ke dinding karena tangan Edo menahan dirinya, "jangan sampai aku teriak!"

     Robert sengaja tak terlihat di balik pot besar, dan ia melihat Edo tertawa kecil dengan membelai pinggang Persia,

     "Teriak aja sayang yang kenceng! Biar semuanya denger terutama suami kamu, aku nggak peduli lagi," Edo berusaha mengecup bibir Persia namun gagal karena Persia menghindar, "justru aku seneng dan itu artinya kita bisa menikah!"

     Persia berusaha mendorong tubuh Edo namun tenaganya kalah banding, "nggak Edo, kita nggak akan pernah menikah sampai kapanpun!"

     Hampir berteriak namun Persia berusaha untuk tidak membuat onar di acara pesta. Hingga Edo semakin kuat menyurukkan kepala ke leher Persia hanya bisa merintih, ia terus memukuli sisi wajah dan lengan Edo,

     "Lepasin Edo! Lepasin, dasar kamu laki-laki berengsek! Aku tidak mau, aku muak Edo. Pergi..." Lagi, Persia hanya bisa menampung air matanya di pipi.

     Tangan yang sudah menciderai perasaan itu semakin leluasa saat gaun Persia sedikit terangkat, Edo meratakan sentuhan pada paha dan mendekati ruas yang sudah Edo nikmati beberapa hari lalu. Kecupannya berakhir pada caruk leher dan Edo melahap rakus dagu Persia.

     Jarak sedekat itu Robert menangkap suara Persia parau dan tenaganya seolah dipermainkan. Namun langkahnya terhenti ketika ia mengingat kembali malam di mana Robert memanfaatkan keadaan terutama ketika Persia tengah mabuk 'aku juga pria bajingan' di dalam batin Robert menghakimi dirinya sendiri. Sampai tatapan Robert menangkap lagi tangan yang berusaha mencari kebebasan saat Persia terus berontak. Sakit! Itu yang ada di antara logika dan naluri Robert saat itu, dan kemampuan untuk menghalangi sikap Edo sirna ketika Robert mendengar ucapan cinta dari Edo untuk Persia.

     Tangan dan peran ucapan tak mengurangi beban tubuh yang menghimpit Persia ke dinding, sempat Persia berusaha meraih pot kecil di sisinya namun jemarinya sulit untuk menjangkau. Karena sentuhan itu semakin melukai hati Persia menghantam bagian vital Edo dengan tumit, lalu Persia mendorong sekuat tenaga agar tubuh Edo menjauh dan tanpa menunggu lama Persia berlari menuju pintu belakang yang berakhir pada halaman dan hutan.

     Sedari tadi memang Robert hanya mengamati apa yang sedang terjadi. Beberapa kalimat dari bahasa Indonesia yang mereka ucapkan dan Robert hanya bisa menerjemahkan beberapa dari kalimat Edo ataupun Persia. Kemudian Robert berbalik arah untuk menuju pintu lain yang mengarah langsung ke halaman, ia tahu ke mana langkah Persia akan berakhir karena semua akses pintu di rumah Joseph terkunci. Dan satu cara menghalangi Edo adalah Robert harus lebih dulu meraih tubuh Persia.

     Seakan bertarung pada waktu dan kondisi yang sama di kabut tebal musim dingin kali ini Persia tidak peduli dengan suhu rendah, ia sama sekali tidak khawatir jika harus merasakan kebekuan karena baginya jiwa yang semula indah dengan sejuta harapan sudah lama membeku. Tekstur licin butiran salju menyulitkan langkah apalagi berlari namun tidak akan menyurutkan niat Persia menjauhi Edo, yang bisa Persia lakukan adalah melepas sepatu dengan hak 10 centimeter. Meskipun sempat tergelincir Persia tetap berhasil bangkit, walau tertatih ia berusaha mendekati pagar pembatas. Setelah meraih handle pintu Persia masih saja menghadapi kendala, pintu dipenuhi tombol pengendali itu mempersulit Persia untuk lari dari ancaman Edo. Satu menit terlalu lama untuk Persia berargumen dengan tenaga dan pikiran, namun nyatanya pintu kokoh halaman belakang sulit terbuka dan mustahil untuk Persia menaikinya. Kemudian Persia luruh dan membenturkan kepalanya di badan pintu, ia pasrah jika semuanya berakhir sia-sia dan dinginnya malam sudah tidak terasa lagi meski Persia hanya mengenakan gaun tipis,

     "Baby!"

     Persia menolak dan berulang kali berteriak serta memberi perlawanan saat Robert berusaha menyentuh lengannya,

     "Lepas! Lepas!"

     "Tenang sayang, ini aku!" Robert mengusap lembut wajah pucat karena suhu udara yang menyerang tubuh Persia, "ini aku!"

     Pandangan Persia menelusuri wajah yang tak terdeteksi lampu penerangan, namun rasa takut itu hilang dan Persia meraup kehangatan tubuh Robert dengan kedua tangan. Ia memeluk Robert tanpa menghentikan tangisnya dan Persia melihat Edo dari kejauhan. Namun Persia tidak peduli saat ia berada di pelukan Robert, ia merengkuh pundak itu dengan erat agar rasa takut selama beberapa hari hilang tanpa bekas,

     "Ada apa hm? Kenapa kau seperti ini, Baby?" Sungguh, Robert merasa geram saat melirik kearah Edo. Namun menyerang bukan satu cara agar Robert menghentikan permasalahan yang terjadi, karena Robert sama sekali tidak mengerti.

     Robert mencoba menggapai pundak Persia untuk bangkit, tangannya mengusap tubuh yang terus menggigil dan mencoba meringkus keadaan di mana Persia merasa terguncang dengan tangisan dan sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Robert pun membalut tubuh Persia dengan baju hangat yang sengaja ia bawa sebelum Edo berhasil mencapai halaman belakang. Kemudian pelan Robert menggendong Persia tanpa ia melepas kecupan di sisi wajah Persia, dan ia berjalan menuju rumah tanpa melihat sosok Edo bersembunyi di balik pohon agar Robert dapat berpura-pura dan ia bebas mencari tahu kebenaran yang terjadi.

     'Apa masalahmu Edo, kenapa kau memperlakukan istriku seperti ini? Apa kau ingin bermain-main denganku?'

[...]

     Semula memang Robert berhasil meredam getaran tubuh Persia karena menangis, namun berbeda saat Robert berada di dalam kamar dan secara tiba-tiba kondisi Persia di luar dugaan. Tubuhnya terguncang hebat karena suhu udara, wajah Persia nampak pucat dan giginya saling mengerat menahan rasa dingin yang secara langsung mengerang. Tak ingin melakukan kesalahan karena sikap khawatir yang tinggi dapat menghilangkan akal sehat Robert berusaha tenang, dan merebahkan tubuh Persia di atas ranjang. Ia merobek seluruh pakaian Persia dan ia memberi kode untuk Shandy yang saat itu berada di kamar untuk tetap berjaga di luar ruangan. Ia memberi isyarat agar keluarga terutama Evelyn tidak mengetahui jika Persia mengalami hipotermia,

     "Shit," nyatanya Robert tidak dapat menghilangkan kekhawatirannya, "tenang sayang!"

     Robert melepas lalu melempar seluruh pakaiannya dan ia merampas dua selimut tebal sekaligus meraih remote control untuk mengendalikan penghangat ruangan. Kemudian ia segera meringkus tubuh Persia mendekatinya di antara selimut tebal yang melindungi keduanya. Robert meraih jemari terasa kaku dan wajah pucat itu terus menggigil hebat, lalu ia memberi kehangatan melalui hembusan napas di sisi wajah Persia berlanjut sampai ke leher,

     "Hei dengarkan aku!" Robert mencoba memberi kode agar Persia tetap sadar dan tidak berpaling dari ucapannya, "kau berada di dalam kamar, Baby. Ada aku, tidak ada siapapun disini!"

     Semakin kuat tubuh Persia terguncang disusul dengan sesak napas Robert berusaha menyalurkan suhu tubuhnya agar lebih erat ke dada Persia. Tangannya berupaya meratakan sentuhan agar punggung Persia memperoleh kehangatan,

     "Sayang," Robert benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat itu, "hei, jangan melawanku kali ini. Dengarkan aku! Lihat aku, Baby!"

     Di menit ke lima belas saat Persia melawan hawa dingin, suhu pada tubuhnya mulai normal dan Robert tanpa henti mencoba menghangatkan jemari, sisi wajah Persia dengan napasnya, dan pelukan yang mencoba menstabilkan kondisi Persia saat  getarannya mulai tidak terasa. Pelan Robert masih memberikan belaian agar tidak terulang karena bisa saja udaranya semakin memperparah kondisi Persia.

     Bibir tipis itu mulai menampakkan rona warnanya, meski samar-samar tapi Robert dapat bernapas lega dan tetap mendekap kemudian memberikan belaian untuk Persia. Kali ini bukan untuk menyalurkan kehangatan saja namun Robert menerangkan sanjungan saat kulit mereka saling bersentuhan. Ia menyingkirkan beberapa helai rambut menutupi wajah Persia karena Robert ingin melihat lebih jelas wajah cantik itu mulai mengerjap,

     "Baby?" Robert mengikuti gerak-gerik manik mata Persia melihat tanpa arah.

     Napasnya masih memburu keadaan yang tidak meyakinkan jika Persia aman. Ia melihat seluruh ruangan terutama jendela kamar apakah tertutup atau tidak? Kemudian tangan Persia mencoba menggapai tubuh Robert tanpa henti meneliti korden jendela yang melambai-lambai dan Persia merasa Edo akan datang dari sana saat suasana sudah sepi. Namun rasa khawatir Persia hilang ketika Robert mengusap wajahnya, ia mencoba yakin dengan sentuhan pada tubuhnya sebagai sumber kehangatan untuk menghalau kebekuan. Persia melihat jelas kilatan iris keemasan itu sangat dekat namun bukan berarti Persia harus mengerti tatapan itu, karena ia masih merasakan hawa dingin menusuk tulang dan Persia menyurukkan kepalanya ke dada Robert.

     Sembari mengeratkan pelukan Robert tanpa henti memikirkan bagaimana bisa irama di dalam dada berdetak lebih kencang dari biasanya. Rasanya tangan Persia lebih hangat dan menenangkan seperti dekapan Hilda, apalagi saat napas Persia mulai terasa di dadanya. Sungguh, jantung Robert berdetak terlalu kurang ajar,

     "Masih terasa dingin?" Robert mencoba sibuk dengan pertanyaan karena ia hampir tolol.

     Tidak ada jawaban. Robert menunggu sejenak sampai ia merasa napas Persia teratur dengan tangan yang melingkar di pinggang Robert. Tanpa disadari Robert pun tersenyum kecil melihat wajah itu enggan bangkit dan ternyata Persia tertidur pulas,

     "Dasar kucing!" Bisik Robert menyibakkan rambut Persia menutupi kening dan Robert mengecupnya dalam-dalam tanpa peduli rasa yang mulai mendekam di dalam hati. Entahlah, Robert tidak peduli apapun sekarang. Yang ia tahu saat menatap wajah Persia perasaan Robert mulai tenang dan tentunya berambisi untuk memiliki.

avataravatar
Next chapter