2 SPL-Chapter 02

{Ancaman}

*Wonwoo POV*

Kriinggg

Klakson mobil udah bunyi, tanda istirahat dimulai

Ya kagak lah, bunyi klakson macam apa kayak gitu anjir

Gua pengen banget disekolah kerjaannya cuman eskul renang, istirahat, habis itu pulang

Enak banget, ya kan ?

Sebelum gua narik gagang pintu buat pergi kekantin, ada murid lelaki berbadan tinggi dan tegap, menghalangi gua

"Ngapain lo ?"

"Ibu lo minta gua buat bilang ke Coach lo, biar lo dikeluarin dari Liga"

"DIKELUARIN ??"

"Kalau nilai akademis lo masih belom bagus juga "

"Denger, Gyu..Gua udah belajar semampu gua, sebisa gua..Dan nggak ada perubahan sedikit pun, kenapa lo nggak ngerti ngerti sih ?"

"Bukan gua yang nggak ngerti, tapi ibu lo"

"Ya kenapa nggak lo bujuk dia ? Astaga"

Mingyu hanya mengangkat bahu

"Lo tau, gua cinta renang, kan ?"

Dia mengangguk

"Terus kenapa lu nggak yakinin ibu gua, idiot ? Kayaknya si genius Mingyu Hirata, nggak sejenius itu "

"I..AM..NOT..AN..IDIOT"

Ujarnya, menekan setiap kata

"Terus ?? KENAPA ?? Bilang sama gua, Gyu..SEKARANG"

"Kalau gua bujuk ibu lo, pasti bakalan ada kesalahpahaman, salah satunya gimana kalau ibu lo ngasih tau ibu gua bahwa anaknya membela putranya yang salah, hal itu bisa menyebabkan gua dipindahin ke universitas lain, lo tau cita cita gua kuliah di universitas Harvard, kan? "

Gua menghela nafas panjang, dan dia melakukan hal yang sama

"Tempat gua bukan dikelas, Gyu..Tempat gua di air, lo tau sendiri kan ?"

"Gua tau, makanya lo harus tingkatin nilai lo, kalau lo ingin pertahanin Liga lo"

"GUA NGGAK BISA, GYU..Gua nggak bisa..Gua berharap bisa, walaupun masih dirata rata, tapi setidaknya masih ada peningkatan, tapi gua nggak bisa, nggak ada yang berubah dari nilai gua sedikit pun, bahkan 0.1 aja nggak ada"

"Lo bisa, Nu ...Gua bisa bantu lo belajar"

"Diajarin lo itu sama aja kayak diajarin kakek kakek, kadang lambat kadang kecepetan, bahasa lo juga terlalu baku, Gyu"

"Giliran gua mau bantuin, lo ngejek gua, lupain aja tawaran gua, biarkan mimpi lo menghilang, dan jangan pernah nyalahin gua, ketika itu salah lo sendiri, Wonwoo Anggawijaya"

Dia melangkah keluar dari kelas, menuju ke perpustakaan

*Wonwoo POV Ends*

*Author POV*

Wonu mengacak-acak rambutnya frustasi, ketika ia melihat seorang gadis lewat didepan kelasnya, ia memandangnya heran

Kayaknya gua belum pernah liat dia sebelumnya, apa dia murid baru? Pikirnya

Gadis itu juga menuju ke perpustakaan Mengapa perpustakaan sangat terkenal hari ini?

Apa yang sangat menyenangkan tentang Perpustakaan ?

Itu hanya sebuah tempat yang penuh debu, dilengkapi dengan buku buku tebal yang dapat membuat kepala pusing tujuh keliling

Hanya seorang kutu buku yang bisa memahaminya

Diam-diam Wonu mengikuti mereka ke perpustakaan sekolah

Ketika ia membuka pintu, ia disambut oleh pustakawan, yang tersenyum kepadanya, di mejanya dekat pintu

Namun Wonu terkejut, tempat itu ternyata tidak terlalu buruk

Tidak berdebu juga, sepertinya ia terlalu banyak menonton drama

Ia harus berhenti menontonnya, bukan?

Karena hidupnya sudah penuh dengan drama, terutama ketika Mingyu ada disekitarnya

Sudah 20 menit berlalu, Wonu mengelilingi tempat itu, tak kunjung ia temukan sahabatnya maupun si murid baru

Ia melangkah keluar pintu, menemukan Mingyu sedang bersandar pada tembok, seperti tengah menunggu seseorang

"Nungguin siapa ?"-Wonwoo

"Murid baru"-Mingyu

"Lo kenal ?"-Wonwoo

"Lo juga"-Mingyu

"Gua ??"-Wonwoo

"Nggak kayaknya"-Wonwoo

"Namanya Sera Qatrunnanda"-Mingyu

"Namanya nggak asing, siapa sih ?"-Wonwoo

"Temen SMP dulu, segang sama kita"-Mingyu

"Ohh, yang peringkat satu terus kan, ngalahin lo dilomba Matematika-IPA tingkat Provinsi ?"-Wonwoo

"Hmm"-Mingyu

"Anaknya profesor itu kan ?"-Wonwoo

"Hmm"-Mingyu

"Keturunan ningrat, kan ?"-Wonwoo

"Hmm"-Mingyu

"Eh, dia juga dulu naksir lo, kan ?"-Wonwoo

"Hmm"-Mingyu

"Ha.Hem.Ha.Hem aja terus, Gyu_-"-Wonwoo

"Terus gua harus bilang "WOW" gitu ?"-Mingyu

"Bodo, pusing gua ngomong sama lo"-Wonwoo

"Semua hal lo pusingin, nggak ada yang nggak lo pusingin"-Mingyu

"Ada"-Wonwoo

"Apa ?"-Mingyu

"Tidur"-Wonwoo

Mingyu menggelengkan kepalanya, miris melihat kelakuan sahabat debatnya

Terkadang Mingyu heran kenapa bisa ia tahan berteman dengan Wonu selama itu, ya walaupun mereka tak pernah akur, mungkin terpaksa orangtuanya

Namun Wonu lah yang selalu ada baginya disaat saat ia terjatuh dititik tergelapnya, dan Wonu lah yang mendukungnya, menyemangatinya, membuat keduanya semakin tak terpisahkan

avataravatar