webnovel

Bagian 21

Bagaimana dengan kisahnya?! Seorang Office Girl bisa menjalin asmara dengan Bosnya?! Bisa, kenapa tidak.

Ia tertawa dengan menggulingkan tubuh kekiri kekanan. perasaan yang teramat sangat bahagia. Gila?! Tidak, dia sedang jatuh cinta. Dan ini titik dimana ia sedang bucin-bucinnya.

Ia menjangkau ponselnya diatas nakas namun sama sekali tidak ada pesan masuk dari Pandu.

Dengan menghela nafas ia meletakan kembali ponselnya, dan mencoba memejamkan mata. Karena waktu memang sudah larut. Mengingat  besok ia harus kembali beraktivitas menjelma menjadi seorang Office Girl diperusahaan kekasihnya.

'Drttt drrrrt'

Buru-buru ia menjangkau kembali ponselnya, dan melihat si pemanggil. Namun ternyata bukan seseorang yang saat ini mengganggu kewarasannya. Melainkan Lusi sahabatnya. Ia menggeser tombol hijau.

"Apa?"

📞"Masih betah diMalang huh? Belom abis itu duit? Sayang lagian Pit, ngapain juga disana... Mending balik cepet deh!! Gue kangen."

Pita terkekeh geli mendengar ocehan dari sahabatnya ini, meski merasa bersalah mendengar kata terakhirnya.

Dan oh, bahasa anak gaulnya keluar!! Pita bisa saja berkata 'gue elo' seperti anak-anak di ibukota pada umumnya. Tapi ia terlalu risih, ia lebih biasa 'aku kamu' itu terdengar lebih sopan.

"Aku dikontrakan!!"

📞"Serius?Kapan balik? Kenapa ga ngasih kabar si?"

Belum Pita menjawab panggilannya dimatikan sepihak oleh Lusi. Ia yakin sebentar lagi ada yang menggedor-gedor pintu depan.

'Tok tok'

Benarkan. Sahabat gilanya memang seperti itu, bahkan belum 5 menit setelah panggilannya terputus. Mengingat kontrakannya yang begitu dekat. Kontrakan Lusi berada dibelakang kontrakan Pita. Dengan berjalan kaki saja ia akan sampai dengan cepat.

"Pit.... Buka!!!" Teriak Lusi diluar sana, Pita berjalan membukakan pintu.

Setelah membuka Pintu, ia melihat Lusi yang berdiri. Lalu Pita memberikan senyum manisnya. Lusi hanya mendengus lalu nyelonong masuk kedalam, dan rebahan diruang tamu. Gilakan sahabatnya?!.

"Jadi, udah Puas?! Ampe baru pulang." Tanya lusi dengan merebahkan diri disofa.

"Sangat!!!" Pita tertawa dengan berjalan ke kamarnya mengambil sesuatu.

"Oleh -oleh buat kamu!!" Pita menaruh paper bag dimeja.

"Apa ni??" Tanya lusi membangunkan dirinya dari acara tidurnya lalu membuka paper bag itu untuk melihat isinya.

"Kain tenun?? Pit seriously?? Ini mahal loh, original pula. Sayang banget duitnya, kalo dipake beli makan bisa 2 minggu ini.... tabungan kamu banyak apa gimana si??" Tanya lusi melotot menuntut jawaban.

Pita terkekeh, jelas dia tidak membeli apapun. Namun Pandu yang membelinya, lebih jelasnya anak buah dari Bos Pemaksanya yang mengantarkan oleh-oleh khas Malang seperti makanan khas daerah sana. Beberapa juga akan ia berikan pada teman-teman musiknya.

"Gausah banyak tanya, rezeki aku!! Kamu emang suka kan yang berbau-bau traditional, apalagi bagik?!" Jawab Pita.

Lusi memanyunkan bibir lalu mengangguk. Yang malah membuat Pita tertawa. Sahabatnya ini memang kekanakan!!

Pita berjalan kearah kulkas.

Lusi hanya memperhatikan langkah Pita dengan tetap duduk tenang.

"Bolu lapis kukus!! Nih makan, yang ini bawa pulang." Pita menyodorkan sekotak bolu dalam plastik untuk Lusi, dan sekotak untuk dimakan bersama.

Lusi mengerenyit bingung, Pita yang mengetahui raut bingung Lusi hanya tersenyum getir.

"Besok kerja?!" Tanya Pita dengan membuka minuman kaleng yang ia ambil dalam kulkas.

"Ya, iyalah!! Kamu juga kerja, uangmu pasti habis!!" Lusi tertawa, dengan sedikit menyindir.

Pita menenggak minumannya.

"Ngga juga, tabunganku utuh!!" Jawab Pita santai lalu mengambil bolu dimeja, hendak memakannya namun dikagetkan dengan gerakan spontan Lusi menarik tangannya.

"Ini..." Lusi menarik tangan Pita, Pita yang baru tersadar bahwa Lusi menyadari ada cincin dijari manis Pita lalu menarik tangannya paksa. Membuat Lusi kembali menatap Pita heran.

Ia lupa melepaskannya. Dan ia juga belum siap jika memberi tahu Lusi. Sekarang!!

Pita mencari alasan.

"Ini..... Cincinlah!!" Jawab Pita asal.

"Iya tau, tapi itu bukan kaya cincin biasa?!"

"Mmm, ya iyalah. Bukan cincin biasa!! Cincin asli, dari toko emas." Jawab Pita dengan senyum dipaksakan berharap Lusi percaya, lalu meminum minuman kalengnya lagi dengan sesekali melirik Lusi.

"Yakin kamu bisa beli itu?! Gaji kita setahun kerja di DNT corp, belum tentu bisa beli itu!!" Jawab Lusi santai.

"Itu lebih mirip cincin tunangan atau cincin pernikahan, dan itu.... Berlian!!"

Pita menatap manik mata Lusi, lalu Lusi tersenyum kecut membuat Pita menghela nafas pasrah.

"Kamu benar!! Ini cincin tunangan." Aku Pita membuat Lusi menatap lekat wajah Pita.

"Are you kidding me??" Tanya Lusi memajukan tubuhnya mendekat kearah Pita. "Padahal tadi asal nebak, tapi bener?! Wah.... Hebat!!". Lusi bertepuk tangan dengan kehebatannya sendiri menebak asal. Sedangkan Pita merasa dipermainkan oleh ekspresi Lusi.

Harusnya ia tidak mengaku.

Tapi mau bagaimana lagi. Sudah terlanjur.

Pita memutar bolamatanya. Lalu kembali memakan bolunya.

"Akhirnya..... Setelah sekian lama!! Kamu tertarik juga sama yang namanya cowo. Haha!!" Lusi tertawa, dengan memegangi perutnya. Sedangkan Pita hanya melihat miris pada Lusi. Apanya yang lucu?? Dan ia lebih memilih menikmati makanannya.

"Tapi.... Setau aku, kamu gapunya pacar!! Dan sepulang kamu liburan, kamu udah tunangan. Jangan-jangan.... Kamu tunangan sama om om beristeri ya?!!!!" Tuduh Lusi menatap lekat Pita seolah mencurigai.

Pita tersedak, ia terbatuk-batuk dengan ucapan Ambigu sahabatnya. Lusi yang menyadari acara tersedak Pita mengambilkan air didalam kulkas. Lalu memberikan pada Pita dengan menepuk-nepuk punggungnya.

Setelah batuknya mereda ia memelototi Lusi. Lusi hanya tersenyum getir.

"Bisa mati konyol gue malam ini." Pita berteriak, sampai Lusi sedikit memundurkan tubuhnya, menghindari amukan Pita.

Dan, Pita refleks menggunakan kata 'gue' karena ia sedikit kesal dengan Lusi. Tidak salahkan?!

"Heeee... Ya maaf. Gausah gue guean segala, ga cocok!!" Nyengir Lusi membuat Pita lagi-lagi mendengus.

"Jadi siapa laki-laki yang ngajak kamu tunangan?" Tanya Lusi.

Suasana jadi hening seketika. Cukup lama.

Diam.

Diam.

"Please, gausah drama!! Segala diem-dieman. Udah mirip novel-novel aja!! Gumam Lusi. Membuat Pita nyengir.

Pita membenarkan duduknya menghadap Lusi. Lalu menatap matanya.

"Kamu percaya kalo aku punya hubungan sama Pak Pandu?!" Aku Pita pelan, dengan wajah serius.

"Ngga!!" Lusi menggelengkan kepala, kemudian ia tertawa lepas, melupakan waktu hampir tengah malam. Persetan, jika tetangga memarahinya.

"Ini serius Lus!!" Jawab Pita, membuat Lusi terdiam dengan seribu tanya.

"Pit, Pak pandu itu baru beberapa bulan ngambil alih DNT corp, setelah sekian lama ia diAmerika. Oke.... dia emang ganteng, mapan. Tapi please, jangan mengkhayal yang engga-engga!!" Lusi menatap Pita prihatin.

"Terserah!! Percuma ngejelasin ke kamu!!" Pita menyenderkan tubuhnya pada sofa murah miliknya. Lalu teralihkan pada ponselnya yang berbunyi didalam kamar. Ia berlari kecil.

Ia kembali ke ruang tamu membawa ponselnya.

"Kalo ini percaya?!" Pita menunjukan layar si pemanggil yang menampilkan wajah atasannya 'Pandu Dirgantara'.

Lusi menganga.

Pita menggeser tombol hijau.

"Halo."

📞"Kamu sudah tidur??"

"Belum!"

📞"Ada tamu dirumah??"

"Kamu tau??"

Lusi hanya mendengarkan. Dengan melihat gerak gerik Pita. Ia masih sedikit kurang percaya dengan pengakuan Pita.

📞"Siapa??"

"Lusi." Pita melirik Lusi.

📞"Bisa kamu keluar?? Aku diluar!!"

Pita terkejut dengan melihat kearah Lusi. Lusi yang menyadari hanya bertanya dengan gerakan tubuh seolah mengatakan 'apa'.

"Tunggu sebentar!!". Pita berjalan kearah Pintu.

Saat Pintu terbuka, ia melihat sosok yang selalu mengganggu kewarasannya. 'Pandu'.

Pandu tersenyum saat melihat Pita. Dan Pita membalas senyuman itu lalu pandangannya teralihkan pada pakaian Pandu yang terlihat rapi seperti habis bekerja.

"Kamu, darimana selarut ini?!" Tanya Pita.

"Ketemu klient." Jawab Pandu santai.

"Boleh aku masuk?!" Lanjutnya

****

Lusi menyaksikan pandangan didepannya tidak percaya. Meneliti secara rinci wajah Atasannya. Ia lalu menghela nafas. Ternyata Pita benar.

Benar-benar..... 'Gila' bisa menggaet Atasannya hanya dengan beberapa bulan, bahkan mereka sudah bertunangan.

"Jadi.... Bener?!" Tanya Lusi, saat Pita duduk berdampingan dengan Pandu.

"Yang kamu lihat didepan kamu ini, bukan khayalan aku Lus. Ini real!!" Jawab Pita dengan melirik Pandu.

Pandu hanya tersenyum sesekali.

"Wahhh.... Daebak!!" Lusi bertepuk tangan dengan menggelengkan kepala antusias. Tidak lupa juga mengeluarkan kata gaul yang digunakan orang Korea.

"Pit, sebenernya aku masih pengen tanya-tanya sama kamu!! Tapi ini udah tengah malem, aku balik ya!!" Lusi berdiri dan membungkukan badannya kearah Pandu.

Sebenarnya bukan itu alasannya, ia hanya tidak enak dengan Atasannya. Lagian ini sudah cukup jelas dengan pengakuan Pita. Mengingat atasannya ada didepan mata.

"Hati-hati."

Pita mengantarkan Lusi kedepan.

Lusi berbalik sebelum benar-benar pergi.

"You're amazing Pit!!" Ucap Lusi.

Pita terkekeh, lalu Lusi benar-benar pergi.

****

Kini Pita hanya duduk canggung dengan Pandu. Namun Pandu terlihat begitu santai. Berbanding terbalik dengannya.

"Jadi?? Kenapa malam-malam kesini?" Tanya Pita, memecahkan suasana.

"Kebetulan lewat." Jawab Pandu.

"Besok jangan dulu bekerja!!" Lanjutnya.

"Loh, kenapa?" Tanya Pita menghadap Pandu.

"Kamu harus istirahat." Pandu menyelipkan rambut Pita kebelakang telinga. Pita memejamkan mata saat merasakan elusan tangan Pandu yang mengenai pipinya.

Entah mengapa melihat Pita memejmkan mata ia ingin sekali menciumnya, tapi diurungkannya kembali saat mengingat wanitanya harus beristirahat.

"Aku pulang," Pandu melepas belain dipipi wanitanya.

"Gitu aja?!" Tanya Pita.

Pandu menatap lekat gadis didepannya bingung.

Pita menyadari raut wajah Pandu yang bingung.

'kenapa ia bisa seagresif ini?' batinnya.

Pandu berdiri. Diikuti Pita

Saat sampai didepan pintu ia membalikan badan menghadap Pita. Pita menghentikan langkahnya.

'Cupp'

Pandu mencium singkat bibirnya. Lalu melepaskannya dan mengusap gemas puncak kepala Pita.

Pita tersenyum malu da ia yakin wajahnya merona saat ini.

Bosnya memang selalu bersikap manis.

"Kunci pintu." Pita hanya mengangguk patuh. Dan Pandu benar-benar meninggalkan kediaman Pita.

Setelah mengunci Pintu ia kembali ke kamarnya dengan senyum yang belum luntur, perasaannya berbunga-bunga diakibatkan oleh virus yang Pandu tularkan.

🔥🔥🔥

Krik banget ya obrolan dua sahabat diatas😅 entahlah, aku nulisnya masih ngantuk. jadi harap dimaklum.

.

.

see you next chapter 💛

Next chapter