22 Bagian 20

Saat ini mereka sudah di Jakarta dan sedang menuju kontrakan milik Pita. Setelah kemarin malam Pandu dan Pita menikmati hari terakhirnya diMalang dengan sangat romantis, bahkan Pandunya mengikat sang kekasih dengan melingkarkan cincin manis agar kekasihnya itu tidak didekati pria lain.

Tadi pagi mami dari kekasihnya bahkan merengek agar Pita lebih lama menginap disana, jika Rudie 'suaminya' tidak membujuk dengan sekuat tenaga mungkin Pita benar-benar akan ditahan disana lebih lama. Rudie mengatakan jika nanti kita bisa berkunjung ke Jakarta menemui anaknya dan calon menantunya. Dan dengan berat hati Erie melepas kepulangan anak dan kekasih dari putra semata wayangnya itu.

"Besok, jangan masuk kerja!! Istirahatkan tubuh kamu." Pandu mengintrupsi, membuat Pita yang sedang khusyuk menikmati jalanan yang amat sangat ia kenal kemudian menoleh ke arah Pandu.

"Gapapa, aku sama sekali ngga lelah!!" Jawab Pita meyakinkan.

"Turuti saja!!" Tegasnya dengan wajah datar. Membuat Pita mengreynyitkan alis bingung.

Oh ayolah, keluar sudah sipat aslinya. Selama diluar kota ia tidak bersikap semenyebalkan ini, bahkan saat bicara Pandu sama sekali tidak melihat kearah Pita.

Ia lebih memilih memalingkan wajah keluar jendela, menikmati jalanan ibukota dan juga mendengus kasar tidak suka dengan paksaan dan tentunya ekspresi Pandunya itu. Memangnya dia salah apa sehingga Pandu bersikap dingin. Biarlah juga dengusannya terdengar oleh Pandu.

Setibanya dikontrakan Pita, ia buru-buru keluar. Diikuti Pandu yang juga turun, Pita membuka pintu kontrakannya. Pandu tetap dibelakangnya berdiri santai, hingga Pita berhasil membuka Pintunya. Ia hendak masuk namun ingat jika Pandu mengekorinya, lalu berbalik kearah Pandu. Dengan keterkejutan luar biasa karena saat memutar badan ia langsung berhadapan dengan dada bidang Pandu. Tangannya lalu mendorong kasar tubuh Pandu.

"Sana pulang!!" Titah Pita dengan nada sedikit ditinggikan. Demi apapun raut wajah Pandu saat ini sangat menyebalkan, terlebih sepanjang perjalanan hanya hening yang terasa.

Pandu menatap tajam kedua bolamata Pita, yang mana membuat nyalinya menciut. Raut wajah Pandu juga terlihat sedang tidak bersahabat. Oh, Pita dibuat bingung dengan sikap kekasihnya.

Namun ia tidak akan goyah.

"Pulang, aku mau istirahat!! Ahh---" Pita terkejut saat ia baru selesai mengakhiri kata terakhir tubuhnya didorong kasar Pandu kedalam kontrakannya.

'Brukk'

Pandu menutup kasar pintu kontrakan Pita dengan kaki.

Pita sedikit ketakutan dengan sikap Pandu, apalagi sorot matanya yang tajam membuat Pita benar-benar tidak memiliki keberanian.

"Jelaskan, siapa lelaki yang berani nyentuh kamu direstoran!!" Tanya Pandu tegas, dengan rahang mengeras sempurna.

Pita tersadar.

Astaga kenapa ia lupa memberi tahu Pandu tentang pertemuannya tadi dengan kakak kelasnya. Jangan salahkan Pita karena Pandu sendiri tidak bertanya.

Aldi Pradipto. Kakak kelas dan juga sahabat dari Virza, memang saat mereka keluar dari restoran Pandu mendapat panggilan entah dari siapa namun ia melangkah sedikit menjauh. Dan Pita tentunya berjalan duluan menuju mobil Ranger Rover itu. Namun langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya, ia menoleh dan melihat Aldi kaka kelasnya.

Tanpa Pita cegah, Aldi memeluknya. Tidak lama namun mampu membuat Pita terdiam karena perlakuan Aldi.

Saat SMA virza dan aldi bisa dibilang idaman setiap wanita disekolahnya, mereka memang sudah terlahir tampan, tidak aneh juga jika Pita sering jadi bahan ocehan siswi disekolahnya karena menurut mereka  ia menggoda kedua lelaki yang sudah ia anggap seperti kaka sendiri. Karena saat Pita dibully beberapa temannya Virza dan Aldi lah yang selalu sigap menyelamatkannya. Mungkin karena itu pula mereka iri pada Pita dan membenci Pita.

Pita tersenyum kecut saat Aldi melepaskan pelukannya, berbeda dengan Aldi yang tersenyum girang karena baru bertemu lagi dengan Pitaloka. Tanpa mereka sadari Pandu melihat perbincangan mereka berdua dengan tatapan tidak suka, rahang mengeras dan kedua tangan yang terkepal menahan amarahnya agar tidak menghabisi lelaki yang baru saja menyentuh wanitanya disini.

Tidak lama Aldi pergi meninggalkan Pita. Dan barulah Pandu menghampirinya dengan wajah datarnya. Pita merasakan perubahan suasana hati Pandu namun ia mengenyahkan semua itu karena mungkin Pandu memiliki masalah dikantor setelah menerima panggilan.

*****

Dan beginilah, ia menuntut jawaban agar Pita menjelaskan. Dan sedikit membuat perut Pita tergelitik karena kecemburuan Pandu. Benarkan Pandu cemburu?! Sebisa mungkin ia menahan tawanya agar tidak keluar . Haha.

"Dia kak Aldi, sahabat kak Virza!!" Jawab Pita selembut mungkin sembari menahan tawanya agar tidak menyembur.

Seolah tidak cukup dengan jawaban itu Pandu bertanya kembali.

"Kamu manggil semua orang dengan sebutan kaka?? Dia bahkan peluk milik aku tanpa seizinku!!!" Jawab Pandu tegas disetiap katanya membuat Pita tidak tahan untuk tidak tertawa.

"Hahaha--- kamu cemburu?! Kam---" keluar sudah tawanya yang dengan susah payah ia tahan, namun ucapannya terpotong saat Pandu malah berjalan kedepan dengan tatapan membunuhnya. Pita kembali terdiam saat dirasa Pandu masih menyeramkan.

'Oke oke Pit ini galucu' batin Pita dengan berjalan mundur.

"AKU TIDAK SUKA MILIKKU DISENTUH ORANG LAIN!!" Tegas Pandu dengan rahang mengeras, demi apapun Pandunya sangat menyeramkan.

"A--ku minta maaf!!" Jawab Pita terbata-bata dengan menatap mata hitam Pandu yang sedikit memerah.

Dan sial punggungnya sudah membentur tembok ruang tengahnya. Ia harus mencari cara agar emosi Pandu bisa mereda.

'Bugh'

Pita menutup mata ngeri saat mendengar Pandu meninju tembok disamping wajah Pita. Sebenarnya ia tahu, Pandu tidak akan menyakitinya. Maka dari itu ia harus mencari cara untuk menormalkan emosi Bos Pemaksanya itu.

Pandu mengunci tubuh Pita dengan kedua tangan disisi kiri dan kanan tubuh Pitaloka, namun tidak melakukan apapun tetap menyeramkan, tentunya.

Pita menemukan cara yang mungkin Pandu akan luluh, 'cium dia'.

Pandu masih dengan tatapan tajamnya melihat setiap inci wajah Pita yang masih memejamkan mata.

"JANGAN PER---" Ucapannya terhenti saat Pita dengan cepatnya menarik tengkuk Pandu lalu menciumnya lembut. Bahunya seketika merosot, rahangnya yang mengeras dengan urat-urat yang jelas terlihat kembali rileks, tatapan tajamnya berubah melembut. merasakan permainan Pita dibibirnya. Lama Pita menciumnya, lalu tangan yang tadinya ditengkuk leher Pandu mengusap lembut pipinya, membuat Pandu memejamkan mata karena sensasi yang Pita berikan.

Tanpa aba-aba Pandu mencium Pita rakus, penuh kabut gairah, dan juga amarahnya yang sedikit demi sedikit menghilang. Kedua tangan yang tadinya mengunci tubuh Pita berpindah Pada kepala belakangnya, menahan kepala Pita yang sedang bersandar di dinding.

Pita tidak tinggal diam, tangannya menjambak lembut rambut Pandu, memalingkan wajah kekiri dan kekanan menikmati permainan yang ia mulai sendiri.

Tangan kanan Pandu secara otodidak membuka kancing kemeja yang Pita kenakan hingga terbuka semua. Ia membiarkan Pandu menyentuh bagian itu. Menjamahnya untuk pertama kali tanpa melepaskan ciuman yang saat ini sudah berpindah keleher jenjangnya.

Sedangkan tangannya meremas lembut gundukan itu dengan lembut meski masih tertutup bra. Membuat sekujur tubuh Pita memanas merasakan sensasi permainan Pandu.

Pandu semakin merapatkan tubuh mereka, ia kembali mencium bibir yang sudah menjadi candu baginya dengan tangan kanan yang sudah mengotori buah dadanya.

"Enghh" erangnya, saat Pandu kembali menciumi leher dan telinganya.

Ia sudah tidak bisa menahan lagi, menahan suara desahannya agar tidak keluar disela permainan ciuman dan rabaan Pandu. Bahkan Pita juga merasakan tonjolan yang menyentuh perutnya. 'Bagian bawah Pandu meronta' haha.

Mendengar desahan Pita malah membuat Pandu menggila, namun ia kembali ingat akan janjinya pada Pita. Bisa-bisa ia menjebol milik Pita saat ini jika tidak segera menyudahinya.

Pandu menghentikan kegiatannya dengan terpaksa.

Pita yang tadinya memejamkan mata kembali membuka mata karena Pandu menghentikan kegiatannya sepihak. Kecewa?! Pita kecewa.

Pandu sedikit mengontrol nafsunya dengan memejamkan mata menundukkan kepala dihadapan Pita yang masih tersengal-sengal karena perbuatannya. Ia mengancingkan kembali kemeja yang Pita kenakan. Lalu mengelus lembut pipi wanitanya.

"Cukup sampai disini sweetheart!!" Elusnya dengan senyum manis andalannya.

Pita mengangguk lemah.

"Kamu memaafkanku??" Tanya Pita penasaran.

"Untuk apa kamu meminta maaf?! Aku yang harusnya minta maaf karena tidak bisa mengontrol emosi dan nafsuku!!" Jelas Pandu dengan menyelipkan rambut Pita kebelakang telinganya.

"A--ku, menikmatinya!! Kamu tidak perlu merasa bersalah." Pita menunduk malu.

Dan, oh ayolah!! Katakan Pita gila, gila karena menikmati permainanan yang ia mulai. Apa ia terlalu agresif?! Sekarang ia menyesal telah berkata jujur.

Ia mendongak keatas saat Pandu menyentuh dagunya agar menatap kedua bolamatanya.

"Terimakasih sudah menikmatinya. Aku harus pulang sekarang!"

Pita tersenyum, meskipun ia masih ingin berlama-lama dengan Bos Pemaksanya itu.

Pandu mengecup singkat bibirnya, lalu mengacak gemas rambut Pita dan melangkah pergi meninggalkan kontrakan kekasihnya..

🔥🔥🔥

gimana?? komen dong tentang bab ini, kasih bintang kek atuh ah... aku juga butuh saran mau itu pait atau manis biar kedepannya lebih semangat lagi nulis😂 (maksa nih)😆

avataravatar
Next chapter