2 Sweet Man 01

Angin pagi berhembus pelan menerbangkan beberapa anak rambut milik seorang gadis kecil dengan tubuh berbalutkan seragam taman kanak-kanak yang kini tengah bersandar di depan pagar rumahnya.

"Papa, cepat! Aku nanti bisa terlambat!" Seru gadis kecil dengan sorot mata berbinar menatap seorang pria berambut cokelat muda sebahu di ikat asal yang tengah berjala santai menghampirinya.

"Tenanglah Chi-chan, ini masih terlalu pagi. Taman kanak-kanak bahkan masih dalam tahap pembersihan."

"Tapi aku sudah berjanji dengan teman-teman jika akan datang pukul setengah tujuh pagi untuk membantu Emi-sensei bersih-bersih."

Pria berambut cokelat muda sebahu menghela nafasnya. Saat ini bahkan baru memasuki pukul enam pagi, dengan jarak dari rumah menuju taman kanak-kanak hanya membutuh kan waktu sepuluh menit, mereka masih harus menunggu dua puluh menit lagi sampai teman-teman gadis kecil itu datang.

"Tidak biasanya kalian ingin membantu Emi-sensei bersih-bersih." Ujar pria berambut cokelat muda sebahu sambil menolehkan kepalanya kearah gadis kecil di sampingnya.

"Bibi yang menjadi petugas kebersihan hari ini sampai satu minggu kedepan akan berhalangan hadir. Jadi kami memutuskan untuk membantu Emi-sensei mengerjakan pekerjaan bibi itu."

"Ah begitu rupanya. Kalian anak-anak kecil masih begitu polos dan berhati suci ya. Semoga saja itu akan bertahan sampai kalian dewasa nanti."

Gadis kecil yang mendengar gumaman pria berambut cokelat muda sebahu menaikan sebelah alisnya heran sambil mengangkat kepalanya untuk melihat wajah pria tersebut.

"Apa yang sedang kamu gumamkan papa?"

Pria berambut cokelat muda sebahu yang baru menyadari jika gadis kecil disampingnya dapat mendengar kata-kata yang dirinya gumamkan tadi, langsung menggelengkan kepala cepat.

"Tidak, bukan apa-apa. Hari ini Chi-chan akan pulang di jam seperti biasa bukan?" Tanya pria berambut cokelat muda sebahu mengalihkan topik pembicaraan.

Gadis kecil pun menganggukan kepalanya. "Iya. Aku akan pulang di jam seperti biasa."

"Baiklah kalau begitu. Jika hari ini caffe sedang tidak terlalu ramai, aku yang akan menjemput Chi-chan. Tapi, jika caffe sedang ramai maka Keiko-chan lah yang akan menjemput mu seperti biasa."

Gadis kecil mengangkat kepalanya untuk melihat wajah pria berambut cokelat muda sebahu dengan ekspresi wajah datar. "Aku berharap, caffe milik papa selalu ramai. Supaya papa bisa membelikan ku boneka dan pakaian baru yang bagus."

Pria berambut cokelat muda sebahu meringis mendengar apa yang baru saja di katakan oleh gadis kecil disampingnya.

"Ya, ya, ya baiklah. Tapi kenapa Chi-chan selalu ingin membeli boneka dan pakaian dengan menggunakan uang ku? Padahal mama dan ayah mu selalu memberikan uang bulanan untuk memenuhi kebutuhan mu."

"Karena kamu adalah papa ku!"

Jleb!

Pria berambut cokelat muda sebahu, merasakan jika ada sebuah panah yang kini tengah menancap tepat di jantungnya.

"Hei, hei, hei. Berhentilah memanggil ku papa. Aku ini paman mu, Chi-chan. Aku adalah adik dari mama, mu."

Dengan tegas, gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. "Papa adalah papa ku! Uang papa adalah uang untuk ku juga."

Pria berambut cokelat muda sebahu memasang ekspresi wajah meringis setelah mendengar apa yang di katakan oleh gadis kecil.

'Seharusnya kau berkata seperti itu pada uang dari pemberian ayah dan mama mu.' Gumam pria berambut cokelat muda sebahu sambil menghela nafas panjang.

Tidak terasa kini mereka berdua sudah sampai di halaman taman kanak-kanak. Terdapat beberapa anak kecil dan juga orang tua mereka yang sudah berada di halaman.

"Arata-san, selamat pagi."

"Hei, Chi-chan. Selamat pagi."

Pria berambut cokelat muda sebahu dan gadis kecil menganggukan kepala mereka bersamaan.

"Selamat pagi juga, Ayumi-san, Kana-san, Yuri-san dan Aiko-san." Sapa pria berambut cokelat muda sebahu membalas.

Para orang tua anak-anak kecil itu pun mengganggukan kepala mereka.

"Arata-san, sudah lama kami tidak melihat mu. Bagaimana dengan bisnis caffe milik mu? Apa berjalan lancar?" Seorang perempuan berambut hitam sebahu dengan berbalutkan pakaian kerja formal bertanya pada pria berambut cokelat muda sebahu.

"Ya, Yuri-san. Sampai dengan saat ini caffe masih berjalan lancar. Oh ya, lain kali kalian datanglah ke caffe kami. Kami akan memberikan layanan spesial untuk kalian." Jawab pria berambut cokelat muda sebahu dan di respon dengan pekikan dan tawa para orang tua murid.

"Senangnya jika aku bisa datang berkunjung. Sayangnya aku selalu sibuk dengan pekerjaan di kantor."

"Kamu benar Yuri-san. Meski aku bukan seorang karyawan kantoran, tetapi aku harus selalu sibuk membereskan rumah dan memasak. Bukan begitu Kana-san, Ayumi-san?"

"Kamu benar Aiko-san. Seandainya kami bisa berkunjung dalam waktu dekat."

Pria berambut cokelat muda sebahu mengulaskan senyum cerah diwajahnya, membuat derajat angka tingkat ketampanannya semakin bertambah.

"Tenang saja, kalian bisa datang berkunjung kapan pun kalian bisa dan kami akan memberikan pelayanan spesial untuk kalian para ibu cantik yang selalu bekerja kerasa memanjakan keluarga kalian."

Keempat ibu rumah tangga yang mendengar perkataan pria berambut cokelat muda sebahu tersipu malu dan memandang pria tersebut dengan sorot mata berbinar.

Pria berambut cokelat muda sebahu yang baru saja melirik kearah jam tangan yang melingkar di pergelangannya membulatkan mata terkejut.

"Semuanya maaf, sepertinya aku harus pergi sekarang untuk mempersiapkan caffe."

Keempat ibu rumah tangga itu pun menganggukan kepala mereka bersamaan.

"Baiklah Arata-san. Sampai bertemu lagi. Kami akan berusaha untuk menyempatkan waktu datang berkunjung ke caffe milik mu."

Seulas senyum cerah kembali terulas di wajah tampan pria berambut cokelat sebahu. "Baiklah, kami akan selalu siap menyambut kalian semua. Kalau begitu aku permisi."

Pria berambut cokelat muda sebahu itu berjalan menghampiri anak perempuan yang tengah membersihkan kaca ruang kelasnya.

"Chi-chan, paman pulang ya. Kamu berteman yang baiklah dengan teman-teman mu. Jangan merepotkan Emi-sensei. Kamu paham?"

Gadis kecil itu pun menganggukan kepalanya patuh.

Setelahnya pria berambut cokelat muda sebahu itu berjalan meninggalkan taman kanak-kanak, menuju caffe tempatnya bekerja.

avataravatar
Next chapter