webnovel

Sweet cheating (BL)

Bahasa campur aduk kaya gado-gado pedes manis. Kadang pake bahasa baku kadang juga nggak:) *** Niko menyadari penyimpangan sexualnya ketika masih dini. Dia lebih menyukai laki-laki yang memiliki paras tampan, badan kekar, dan bertubuh tinggi. Tiga tahun, dan selama itu niko masih menyimpan perasaanya untuk calvin. Cowok yang sekarang telah menjadi kekasih sahabatnya itu, ternyata memiliki gender yang sama seperti dirinya. Tak ada yang menyangka bahwa calvin akan merespon perasaan niko, bahkan memilihnya untuk menjadi orang ketiga di hubungan Calvin. Lika-liku di hubungan mereka tak selalu berjalan dengan mulus. Calvin yang terus menutupi hubunganya bersama niko, niko yang selalu berusaha merebut hati calvin sepenuhnya dari keyla. Perjuanganya yang tak tau malu, akankah berakhir begitu saja? Cover is mine by Canva dan Pinterest Cari aku di : @ Maethelwineblx

BL_Missp · LGBT+
Not enough ratings
61 Chs

Sedecim

Calvin bergeming saat melihat nama niko yang terpampang di layar handphonenya, dia sedikit ragu buat menjawab panggilan dari niko yang masih saja dalam mode memanggil.

Calvin kembali melirik dua temannya yang sedari tadi hanya memperhatikan calvin. Calvin berpikir sejenak, calvin ingin mengangkatnya tetapi calvin takut kalau nanti mereka mendengar perbincangan calvin dan niko bisa saja mereka memikirkan hal yang nggak, nggak. Calvin nggak mungkin membiarkanya begitu aja apalagi kalau galang sama mikel sampai tau tentang hubunganya dengan niko.

"Kenapa gak di angkat?" Tanya galang, galang mengernyit melihat calvin yang cuma diam saja tanpa mau mengangkat dan membiarkan ponselnya berdering terus-menerus. Calvin agak terkejut, calvin segera beranjak dari duduknya. Dia meminta ijin kepada kedua temannya untuk mengangkat telfonnya sebentar.

"Hm, gua angkat dulu"Kata calvin buru buru. Galang dan mikel sama-sama mengangguk kemudian calvin sedikit menjauh dari mereka berdua dan langsung mengangkat telfon dari niko.

"Kenapa sa—"

"Kemana aja sih? Lama banget angkat telfonnya!"

"Iya sayang m–"

"Lagi sibuk atau emang sengaja gak di angkat!"

"Saya–"

"Aku capek nungguinya tau"

"Sayang" Panggil calvin yang suaranya sedikit meninggi karena sedari tadi calvin tak punya kesempatan untuk berbicara. Calvin bernapas lega, dari sebrang itu dia tersenyum saat niko mulai tenang.

"Jangan marah-marah dong, nanti cepet tua"

"Tau"

"Yaudah, apa?" Tanya calvin, calvin menarik kursi dan duduk sembari mendengarkan suara niko yang tak berhenti mengomeli calvin.

"Aku kesel"

"Kesel kenapa sayang? Hum, Cerita dong" Kata calvin. Calvin memiringkan kepalanya melihat dua temannya yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka berdua walaupun, belum sepenuhnya mendengar semuanya.

"Aku masih kesel sama ayang soalnya lama banget angkat telfonnya" Calvin terkekeh di balik telfon.

"Aku baru keluar kelas, jadi lama. Maaf ya liby"

"Hm, yaudah. Oh, iya aku mau keluar" Calvin mendadak diam saat niko bilang ingin keluar, seketika itu juga reaksinya menjadi berubah.

"Keluar kemana?"

"Mau ke indomaret"

"Gak usah! Mau beli apa sih?"

"Ya, adalah pokoknya. boleh ya"

"Gak"

"Ish, calvin"

"Mau beli apa?"

"Cemilan" Calvin berdecak, padahal calvin sudah banyak membelikan cemilan untuk niko sebelum berangkat. Apa masih kurang?

"Gak, gak. Kamu di apart aja, di kulkas banyak cemilan"

"Mau yang lain"

"Niko, dengerin aku gak sih?!"

"Gak"

"Jangan bandel! Awas, sampe aku tau kamu keluar ya"

"Gak mau" Calvin beranjak sembari menggusar wajahnya kasar, dia menarik napasnya dalam.

"Yaudah, tapi aku yang antar—"

"Gak usah. Aku udah di indomaret"Senyum calvin berubah datar.

"Jadi,—"

"Iya, calvin. Gua udah di indomaret"Jawabnya polos, calvin yang mendengar suara niko menjadi sangat kesal.

"Terus, kenapa kamu ijin sama aku kalau kamu aja udah di indomaret? Balik ke apart!" Suruh calvin.

"Gak, ah—"Calvin mendengar suara niko yang sedang mengobrol dengan seseorang.

"Sayang?"

"Kamu lagi sama siapa!"

"Ntar" Sahutnya, calvin berdeham. Cukup lama calvin menunggu niko sampai akhirnya niko mengaktifkan suara panggilan.

"Calvin"

"Sama siapa sih?"

"G-gak ada. Yaudah, aku matiin ya—"

"Tunggu dulu"

"Kamu dimana? Aku nyusul"

"Indomaret depan apartem—"

"Jangan kemana2! Aku ke sana" Calvin mematikan sambungan telfonnya dan menaruhnya kembali di kantong outer kimono.

Sehabis menelfon niko, calvin langsung kembali menuju tempat duduknya. Galang dan mikel sama-sama menoleh, mereka berdua jadi penasaran karena calvin terlihat sangat buru-buru sembari menegak kopinya sampai habis.

"Dari sape?" Tanya galang.

"Pacar gua" Jawab calvin, galang beroria. Mereka bisa menebak bahwa yang menelfon calvin adalah keyla, siapa lagi coba? Pacarnya calvin kalau bukan keyla.

"Si keyla?" Kata mikel, Calvin mengangguk singkat tanpa menoleh ke arah duanya.

"Gua duluan ya" Calvin merogoh dompetnya dan memberikan uang 200 ribu untuk mereka.

"Buat bayar kopi"Ucap calvin sebelum beranjak.

"Sekalian nih, ama kita?" Calvin mengangguk sambil berlari dari kejauhan. Calvin menuju parkiran dan mencari motornya yang terpakir rapi. Calvin jadi penasaran sebenarnya tadi niko lagi ngomong sama siapa? Kenapa suaranya cowok!

^^^

"Terus, kenapa kamu ijin sama aku kalau kamu aja udah di indomaret? Balik ke apart!" Suruh calvin. Niko mendengus kesal, padahal niko sudah sampai di indomaret. Masak langsung di suruh pulang? Yang bener aja mah si calvin.

"Gak, ah—"Ucapan niko jadi terhenti, waktu niko mendengar suara seseorang memanggil namanya. Niko berbalik ke belakang dan menangkap sosok cowo manis plus ganteng serta wajahnya yang tampan karena terpancar cahaya ilahi yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Kak reza"Gumam niko.

"Hai, kok diem aja" Kata reza membuat lamunan niko kembali tersadar. Niko terbelalak saat menyadari bahwa dirinya masih menelfon calvin dan pastinya calvin sedang mendengar suara reza. Niko langsung memberi tau calvin, karena niko takut kalau calvin akan berpikir yang macam-macam tentangnya.

"Eh, iya kak" Reza tersenyum. Aduh senyumnya reza adem banget, niko yang melihatnya jadi gimana gitu.

"Kamu sendiri?" Tanya reza, niko mengangguk kecil sambil tersenyum kikuk.

"Kalau kakak?" Tanya niko balik.

"Aku tadi bareng sama—"

"Hai, kak niko" Sapa el yang muncul dari belakang reza. Niko membalas sapaan el dengan sopan.

"Hai, juga el"Jawabnya manis.

"Eh, kebetulan banget ya ketemu sama kak niko di sini. Atau, jangan-jangan kakak emang jadohnya kak reza lag—" Belum sempat el menyelesaikan omonganya yang ngawur, reza sudah mendaratkan cubitan keras di pinggang kecilnya el dan membuatnya melenguh kesakitan.

"Awh, sakit kak!" Cicit el yang menatap reza dengan tajam.

"Bisa diem gak!" Tatapan reza seolah mengatakan itu, el membersut dan kembali terdiam. Reza kembali menatap niko yang sejak tadi hanya melihat mereka melakukan perang mata.

"Maaf atas sikapnya el ya nik" Kata reza,niko menggelengkan kepalanya seraya menjawab,"Gak papa kak"Jawab niko.

"Eh, iya. El mau ke sana dulu ya kak" Ucap el menunjuk arah rak sebelah. Padahal sebenarnya el memang sengaja meninggalkan reza sendiri supaya kakaknya bisa berduaan dengan niko.

"Hm" Sahutnya.

Setelah el pergi reza beralih menatap niko yang sedang memilih banyak cemilan.

"Kamu suka coklat?" Tanya reza yang mengikuti langkah niko dan berusaha mengimbangi niko yang berdampingan dengannya.

"Iya kak" Reza manggut-manggut. Reza menoleh memandang niko sangat lama, dia menjadi penasaran serta bingung waktu melihat banyak plaster yang tertempel di mana-mana.

"Kamu kenapa?" Pertanyaan reza membuat niko menoleh ke arahnya.

"Kenapa, apanya kak?"

"Di plaster" Kata reza sembari menujuk area yang di maksud reza. Niko langsung paham, dia tersenyum tipis sembari menggeleng pelan.

"Oh, ini papa kok" Jawabnya.

"Beneran, gak papa? Kamu gak luka kan, gak habis jatuh?!" Tanya reza yang terlihat sangat khawatir di balik wajahnya.

"Aku gak papa kak—" Belum selesai niko menjawab niko tertegun,langkah kakinya menjadi terhenti saat reza berpindah tempat dan berdiri di hadapanya. Reza menatap lekat wajah niko, tangannya terulur menyentuh, dagu, pipi, dan melihat lehernya yang penuh dengan plaster.

"Kak... reza" Suara Niko terdengar pelan dan sedikit gugup.

"Leher kamu kenapa? Kok lebam?!"

"I-ini gak papa. kak reza bisa jauhan dikit gak" pinta niko, niko takut kalau calvin akan melihat mereka dengan jarak sedekat ini. Niko nggak mau kalau nanti terjadi salah paham.

Reza memegang leher niko lembut dan ingin memastikan. Reza mendekatkan wajahnya membuat jantung niko menjadi deg-deg tidak karuan.

"Kamu beneran gak papa?"

"Niko!" Suara seseorang membuat keduanya tergemap. Niko yang tau dan hapal dengan suara tersebut langsung menjauh dari reza, jantungnya berdegup sangat kencang dan menjadi sangat takut.

"C-calvin" Gumam niko, calvin menatap marah ke arah niko kemudian berganti menatap reza yang berdiri di sampingnya niko.

"Calvin?" Batin reza, reza juga ikut menatap calvin dan mulai melihat penampilanya dari atas sampai bawah." Dia calvin" batinya yang tak henti memandang wajah calvin.

Niko berjalan mendekati calvin di sana, niko ingin tersenyum tetapi sepertinya calvin hanya menatapnya datar. " Aku udah bel—"

"Langsung pulang" Niko mengangguk kecil, niko berbalik menemui reza dan mengatakan sesuatu padanya," Aku duluan ya kak" Reza hanya mengangguk setelah itu niko bergegas menuju kasir dan membayar semua total yang dia beli.

Bersambung

BL_Misspcreators' thoughts