12 Istirahat (1)

Kami terdiam sebentar melihat kerumunan mayat yang sedang berjalan menuju kearah kita, sebelum akhirnya aku berkata.

"Kita perlu menemukan tempat untuk bersembunyi, sekarang juga." Ucapku sambil menoleh ke yang lainnya.

"Salah satu rumah di dekat sini.?" Ucap Rei

"Sebuah rumah tidak akan berfungsi, terlalu besar kemungkinan untuk dikunci. Selain itu kita tidak punya waktu untuk memeriksa setiap rumah apakah aman untuk bersembunyi dengan 'Mereka' semakin mendekat." Saya menjawab Rei, sambil menunjuk kearah lautan mayat tersebut.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang.?" Tanya Kohta.

Saya mengepalkan tinjunya dan menundukkan kepalanya, alisnya berkedut.

'Serius,? Apakah dia akan mulai berteriak disini? Sekarang.?!.' Aku segera melihat kesekeliling mencari tempat untuk bersembunyi.

"Toko,kita bisa pergi ke toko itu. Tetap di lantai atas dan barikade tangga." Kataku sambil menunjuk kearah toko olahraga dua lantai di dekat sudut jalan.

"Toko itu berdinding kaca. Kau paham betul resiko tinggal di sana kan.?" Ucap Saeko.

"Aku terbuka untuk saran. Aku akan tetap berada diatap sekarang jika perlu." Aku berkata balik ke Saeko dengan bercanda.

"Sebenarnya itu bukan ide yang buruk." Saeko merespon, membuatku mengangkat alis.

"Ya jika kamu ingin mati kedinginan." Jawabku kepadanya.

"Oh! Oh aku tahu! Jika kita berdekatan kita tidak akan kedinginan." Shizuka tiba-tiba berkata sesuatu yang konyol dengan wajah berseri-seri.

Menyebabkan Kohta mimisan sambil melihat kearah Saya. Yang dijawab dengan tinjuan ke muka Kohta oleh Saya sebelum dia menoleh kearahku, hanya untuk menyadari bahwa aku juga sedang menatapnya.

"Apa! Kau mau juga.?" Saya meletakan tangannya dipinggul dan mencondongkan tubuh bagian atasnya kearahku.

Aku menjawab sambil mencoba menjaga poker-faceku.

"Tidak ada waktu tersisa…ke toko olahraga sekarang." Aku mulai berlari tanpa menunggu respon yang lain. Saeko,Miku dan Rei terkikik saat mereka mengikutiku, Saya mengikuti mereka sambil terus mengomel.Kohta mengikutinya dengan ekspresi kebahagiaan disusul oleh Shizuka yang polos beserta Kyoko yang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

'Sungguh waktu yang tepat untuk alam semesta komik. Tidak seperti kita akan mengalami kematian dalam lima menit!.'

Aku menggerutu dikepalaku sampai aku tepat di depan toko. Melihat melalui dinding kaca, aku melihat kedalam, tempat itu tampak sepi. Aku mendekati pintu yang menyebabkan pintunya terbuka secara otomatis.

'Tidak bagus, pintu ini akan terbuka saat mayat lewat didepannya. Meski agak sunyi, mereka mungkin mendengarnya dan masuk ke dalam toko.'

Aku menengok ke grup.

"Bagian dalamnya terlihat jelas tapi kita tidak bisa memastikan apa yang bersembunyi di sudut. Tetap waspada sampai kita dapat memastikan tempat ini aman sepenuhnya." Kataku sambil melihat lautan mayat yang mendekat.

"Pintu akan menarik banyak mayat jika terus terbuka setiap kali ada yang melewatinya." Ucap Saeko sambil menunjuk pintu yang sekarang terbuka lebar.

"Ya, kita perlu mencari pemutus sirkuit dan mematikan listrik di lantai pertama atau setidaknya mematikan daun penutup jendela. Jika tidak, kita harus memastikan pintu tetap terbuka. Setidaknya dengan terbuka pintu tersebut tidak akan menimbulkan suara." Aku berkata sambil berjalan ke dalam toko dengan anggota lainnya mengikuti.

Kami segera mencari mayat di lantai pertama, untungnya kosong tidak ada mayat satupun. Saeko,Rei,Kohta dan aku pun mencari papan sirkuit.

Di tengah pencarian, aku pergi ke dinding jendela untuk memeriksa seberapa dekat kita dari terkoyak.

'Sial mereka sudah dekat. Tidak ada cara untuk kita menutup daun penutup jendela sekarang.' Batinku.

Namun tiba-tiba lampu padam,dan sepertinya aku juga mendengar suara wanita berteriak.

Matahari hamper terbenam, lantai pertama sekarang berubah menjadi gelap. Belum lagi erangan mayat diluar tidak membantu sama sekali. Tidak membuang waktu, aku segera menjauh dari jendela dan naik ke lantai kedua.

Anggota lainnya juga mengikutiku ke lantai dua. Entah karena mereka tidak suka gelap atau karena mayat-mayat itu sudah banyak membanjiri depan toko.

Kami diam-diam pergi ke lantai dua dan memeriksa apakah ada tamu yang tak diinginkan.

'Menemukan mayat sekarang akan menjadi sangat buruk, jika kami tidak bisa membunuhnya dengan diam-diam bisa menyebabkan badai mayat di luar akan membanjiri dalam toko.' Batinku.

Syukurlah ketakutanku tidak berdasar,dan kami tidak menemukan satu mayat pun.

"Baiklah..cari barang yang bisa kamu temukan untuk membarikade tangga. Tidak ada benda berat yang perlu didorong. Suaranya akan membunuh kita secara efektif." Setelah aku bicara, kami segera mencari benda-benda di lantai dua.

Beberapa menit kemudian, kami telah memasang penghalang yang terdiri dari kursi,meja dan benda lainnya.

Setelah itu kami menjauh dari barikade yang cukup lemah itu dan berjalan lebih dalam di lantai 2 toko itu.

Kami mengambil beberapa kursi dan berkumpul diujung toko, dekat dinding kaca di lantai 2 dan melihat lautan mayat dibawah kami.

'Oke mungkin seribu itu berlebihan,tapi masih terlalu banyak dari mereka.' Batinku saat melihat lautan mayat yang ada dibawah kami.

Aku kemudian bangun dari kursiku.

"Aku akan melihat-lihat lantai 2. Mungkin ada kantong tidur atau semacamnya.Juga..eh matikan lampunya. Jendela kaca ini akan membuat ruangan ini bersinar seperti suar sekarang. Kita tidak bisa menjemput lebih banyak orang yang selamat, setidaknya tidak saat ini."aku berkata saat aku meninggalkan yang lainnya ,memberika pandangan terakhir ke Saeko yang hanya mengangguk kepadaku.

'Aku tahu Saeko setuju denganku, dia mengatakan hal yang sama persis nanti. Tapi yang lain sepertinya tidak terlalu tertarik untuk menghindari membantu orang lain. Tak masalah, kita harus tetap bersembunyi, aku tidak ingin resiko menarik perhatian orang-orang yang sudah menggila saat ini.'

Berjalan disekitar toko, aku berhenti dibagian ski.

'Olahraga musim dingin ini harus memiliki sesuatu yang bermanfaat.'

Aku terus melihat kesekeliling sampai aku berhenti menatap sesuatu yang cukup menarik perhatianku.

"Sungguh nostalgia." Ucapku sambil tersenyum memandangi gantungan baju dan mengambil topeng ski hitam.

'Bingkai serat karbon, pelindung polikarbonat, bahkan memiliki balaclava sendiri.'

Aku mengambil masker dan sepasang balaclava dan pergi ke kamar mandi.

Aku selalu menyukai topeng dan helm, mungkin karena itu bisa menutupi wajahku atau aku hanya menganggap mereka keren saja.

Membuka wastafel, aku melemparkan satu balaclava ke dalam air mengalir dan menggunakanannya sebagai handuk untuk mengelap mukaku dari kotoran apapun yang menempel.

Aku kemudian memasang memasang balaclava yang disertakan oleh topeng dan kemudian memakai topeng itu sendiri.

Aku melihat diriku di cermin sebentar sebelum meninggalkan kamar mandi dengan topeng yang masih terpasang dan kembali ke dalam toko ski.

'Topeng tidak menghalangi pandanganku, dan aku masih bisa mendengar dengan normal. Bagus.'

Aku terus melihat hal-hal lain dibagian ski saat suatu ide muncul dikepalaku.

'Pelindung kaki,pelindung lutut dan pelindung lengan akan sangat berguna.'

Aku mengambil beberapa peralatan itu dan mempersiapkan diri.

' Aku lebih suka memakai sesuatu yang berwarna hitam, tetapi serat karbon ini benar-benar lebih kuat dan lebih ringan dari apapun yang ada disini. Juga melihat label-label harga yang ada,aku menebak bahwa serat karbon ini berkualitas tinggi.'

Setelah mempersiapkan diri, aku melihat ke cermin.

'Harus memeriksa bahwa hal-hal ini tidak membuatku menjadi bel makan malam berjalan sebelum menjadi bersemangat…setelah kupikir-pikir, mengambil resiko membuat suara apapun saat berada didekat lautan mayat bukanlah ide yang cemerlang.'

Dengan tes 'ninja' biasa tak tersedia, aku mulai berputar ditempat dan melakukan beberapa peregangan tanpa suara dan selambat mungkin untuk melihat apakah ada bagian yang akan menghalangi.Dengan begini, bagian manapun yang berpotensi mengeluarkan suara saat aku bergerak dapat dipastikan tanpa benar-benar mempertaruhkan nyawa semua orang..

Beberapa menit kemudian, tes selesai, aku menyimpulkan bahwa pelindung lutut harus dilepas, karena tampaknya itu membatasi pergerakanku saat bergerak dan menimbulkan suara yang banyak saat aku bergerak.

Seletah melepas pelindung lutut, aku melakukan beberapa peregangan lagi sampai akhirnya aku yakin bahwa gerakanku sama seperti sebelumnya dan peralatan ini tidak membuat suara berisik.

'Baik sekarang mari mencari kantong tidur."

Aku terus melihat-lihat bagian ski sampai aku menemukan peta yang menampilkan denah lantai dua dari tampilan atas-bawah.

'Tidak ada kantong tidur dibagian ski, dan kemungkinan besar berada di bagian Hiking.'

Sebelum pergi aku mengambil dua pelindung lengan dan kaki untuk Saeko dan Rei.

avataravatar
Next chapter