webnovel

SMA dulu

Rifaldi adalah cinta pertamanya dan ia juga tidak pernah berpikir ada yang terakhir selain dia. Awalnya Laurry dan Rifaldi adalah teman sebangku ketika SMP hingga SMA. Mereka sudah seperti saudara kembar, les bareng, main bareng dan segalanya selalu bareng. Rifaldi tidak pernah pacaran, Laurry juga. Rifaldi juga tidak pernah berteman dengan orang lain selain dengan dirinya. Berbeda dengan Laurry yang banyak teman, tapi Rifaldi meminta Laurry menjauhi mereka semua karena ia tak suka.

"kamu ngapain sih berteman sama mereka, udah bosan ya berteman sama aku" kata Rifaldi ketika SMP, ia menarik Laurry ke sudut halaman sekolah.

"Maksud kamu apaan sih"

"kalo udah ga mau berteman sama aku ya udah. Selamat tinggal" Rifaldi benar-benar pergi meninggalkan Laurry dihalaman.

Laurry jadi panik, ternyata Rifaldi serius, wajahnya merah padam. Laurry mengejar Rifaldi lalu menahannya.

"Maksud kamu apa sih, jelasin dong. Aku gak mau kita berpisah" ucap Laurry tulus

"kamu liat selama ini. Aku ga pernah dekat dengan orang selain kamu kan"

"ii.. Iya itu kan karena emang ga ada yang mau berteman sama kamu" Laurry menahan senyum, Rifaldi membuang muka.

"justru itu, klo kamu emang setia kawan. Kamu juga ga boleh berteman sama orang lain selain aku"

"kalo aku ga mau" goda Laurry

"Aku akan menghilang sepenuhnya dari kehidupanmu"

Dar... J7g8+!'qd 2a aqantung Laurry tiba-tiba berdebar antara gelisah dan takut. Ia tidak mau itu terjadi. Rifaldi menatapnya dengan tajam.

"jangan dong Rif" nafas Laurry mulai memburu "aku janji ga akan dekat sama orang lain selain kamu"

"bener??" Rifaldi masih tampak ketus

"iya" Laurry mengangguk "tapi kamu juga harus janji akan selalu ada untuk aku selamanya"

"ga perlu ku lagi" Rifaldi lalu menggandeng tangan Laurry menuju ke kelas bersama-sama.

Sejak saat itu, Laurry menutup diri kepada semua orang, kecuali kepada Grace, sahabat SMAnya. Rifaldi mengizinkan perihal persahabatan Laurry dan Grace, dikarena Grace adalah adik kandung Rifaldi, ia bahkan sempat kembali mengingatkan Laurry disuatu sore ketika mereka sedang jalan berdua. Rifaldi mengatakan sesuatu yang menurut Laurry indah dan selalu ia ingat setiap saat.

"Laurry" panggilnya

Laurry menoleh, menatap iris mata cokelatnya dengan lembut.

"Kamu percaya padaku?"

"Tentu saja, Rifaldi..." jawab Laurry dengan kening berkerut karena ia menanyakan sesuatu yang ia udah tau

"memang kenapa tanya itu, kamu ga yakin ya sama aku"

Rifaldi menggeleng "kalau memang kamu sungguh percaya padaku, jangan pernah meragukan aku ya" lirihnya

Laurry diam sejenak

"maksud kamu apa" tanyanya lembut

"apabila suatu hari nanti hubungan kita bermasalah karena apapun itu. Kamu harus tetap ingat, bahwa aku tidak pernah ingin berpisah denganmu, karena aku mencintaimu"

Laurry terpana mendengarnya, Rifaldi mengaku bahwa ia mencintai Laurry, saat itu, Laurry mendapat pencerahan bahwa meskipun ia dan Rifaldi hanya berteman, tapi cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Tapi Laurry jadi bingung... Memangnya Rifaldi lagi niatan apa sebenarnya

"Tukan" Rifaldi tiba-tiba menunjuk Laurry "Tatapanmu mulai meragukan aku" Laurry terkejut "ya.. Abis kamu ngomong gitu. Aku gak mau kita bermasalah hingga berpisah, apalagi karena orang ketiga."

Rifaldi tersenyum lalu menatap Laurry serius

"oleh sebab itu, kamu harus percaya sama aku"

"sepenuhnya"

"Karena hatiku hanya milikmu, ingat itu"

Ya semuanya terdengar manis sebelum sebuah fakta terbongkar. Semua yang dilakukan Rifaldi adalah bohong, Grace bukankah adik kandung Rifaldi, melainkan tunangannya.

"Laurry, kenapa kamu terus menghindar dariku! Tidak bisakah kamu memaafkan kesalahanku? "

"Akan kupikirkan" sahut Laurry sekenannya "Jangan bahas hubungan kita, tujuan utama kita adalah mencari Grace, tunanganmu itu"

Rifaldi hendak menyanggah ketika matanya melihat tanda panah dengan tinta merah yang sebagian besar sudah terhapus air hujan.

"Laurry, lihat ini. Ini adalah arah yang dituju oleh kelompok 10. Sepertinya mereka keliru mengikuti panah merah ini"

Laurry menyentuh tinta cat tersebut yang merembes dikulit "Tintanya masih sangat baru, ini pasti baru dibuat hari ini juga. Jika panitia mengaku tidak membuat jebakan semacam ini, maka sudah pasti benar-benar ada penyusup di kelompok 10, dan penyusup itu pasti memiliki pengikut yang bertugas mengatur skenario perjalanan mereka"

"Termasuk membuat panah merah ini? "

Laurry mengangguk, "kita harus lebih berhati-hati sekarang"

"Laurry, ini artinya kita harus berpura-pura tersesat dan tidak tahu perihal penyusup itu"

"Ya benar sekali, tapi kemungkinan terburuk adalah salah satu pengikut penyusup itu membuntuti kita" bisik Laurry

Rifaldi mengangguk paham. Seseorang yang sadar masuk kesarang harimau akan lebih berhati-hati daripada seseorang yang tanpa sadar masuk ke sarang harimau.

Setelah berjalan cukup jauh, Laurry menemukan kejanggalan di jalan itu. Yakni ranting-ranting kayu dan rumput liar yang patah-patah berantakan seperti habis diterjang oleh binatang buas. Namun yang mengejutkan ada banyak sisa lumpur sepatu yang melekat dibeberapa bagian dedaunan. Dalam diam, Laurry membawa Rifaldi mengikuti arah itu. Rifaldi menemukan sebuah kain sobekan celana yang diikat di ranting kayu. Kain itu berwarna cokelat namun bau amis darah ular. Sebenarnya kain itu milik Maura, ia sengaja merobek celananya dan melumuri dengan darah ular lalu diikat di ranting, itu sebagai kode untuk tim SAR yang akan mencarinya. Sesungguhnya Maura tak pernah ditabrak teman-temannya ketika sedang pipis. Karena melamun ular itu mematuk kaki Maura, namun tersangkut di celana Maura yang longgar, itu memberi kesempatan Maura untuk memotong kepala ular itu dengan pisau lipat namun tidak sampai putus.

Untuk mengantisipasi kejanggalan, ia meremukkan ular yang sudah mati itu dengan kayu.

"Sobekan ini baru Ry" lirih Rifaldi

Laurry mengangguk seraya menunjuk rembesan darah ular di beberapa bagian rumput liar

"Seseorang yang mengikat kain ini memberikan pesan bahwa mereka sempat bertarung dengan ular"

Laurry dan Rifaldi melanjutkan jalannya, hingga menemukan mayat ular tersebut tergeletak sekitar 1 km dari arah ular itu dibunuh. Aneh, pikir mereka.

***

Matahari sudah terbit, George terlebih dahulu bangun dari tidurnya dan segera duduk di tebing untuk melihat indahnya pemandangan. Sejauh pandang ia lepaskan, pohon pohon hijau membentang, sungai tampak berliku, bagaikan permadani di kaki langit. Gunung gunung menjulang, berpayung awan, oh indahnya pemandangan.

"Aku lapar... " Lirih Versace di mimpinya.

George yang sedang duduk di tebing menoleh kepada Ce dan Versace yang masih terlelap padahal matahari sudah terbit. Namun matanya terbelalak ketika ia melihat seekor ular mendekati Versace, hanya beberapa centi lagi maka ular itu akan mematuk leher Versace.

George dengan lincah hendak menangkap kepala ular itu, namun ternyata ia kalah cepat, ular itu lebih dulu ditangkap oleh Ce yang ternyata sudah bangun.

"George, cepat cari kayu bakar buatkan api!" perintah Ce

George membuang nafas lega, ia segera mencari kayu bakar sementara Ce membersihkan ular itu untuk di bakar dan menjadi sarapan lezat pagi ini.

Tepat ketika aroma bakaran itu menusuk hidung mancung Versace, saat itu juga ia membuka matanya, dan mendapati George sedang duduk di tebing sementara Ce sedang memanggang ular.

"Sarapan yang lezat!! " lirih Versace tanpa bangkit dari tidurnya.

"Bangunlah Versace" George angkat suara. Versace akhirnya bangun lalu duduk di dekat George.

"Indah sekali" kagumnya

"Aku terus berpikir, betapa luas hutan ini. Tapi aku tidak pernah bertemu manusia lain selain kalian berdua dan juga.... Ibu" ucap George penasaran, namun sedih ketika mengucapkan Kata Ibu.

"Apakah dunia memang seperti ini, atau ada yang lain yang tidak kita ketahui?" lanjut George

"Aku tahu" jawab Versace semangat "Kita adalah makhluk penghuni hutan yang hampir lenyap, dulu makhluk seperti kita sering di bunuh oleh makhluk yang lebih kuat dari kita. Kita di bunuh untuk dimakan, sampai makhluk kita habis dari hutan ini, hanya kita saja yang masih tersisa" jelas Versace dengan bangga

George tampak bingung "Makhluk apa yang membunuh dan memakan kita?"

"Itu adalah makhluk yang sangat besar, lebih bersar dari kita, mungkin seperti monyet raksasa yang sering kita temui disini"

"Hah... Besar sekali... Lalu kemana mereka sekarang?"

"Tentu saja mereka sudah lenyap juga. Ketika makhluk kita habis dimakan, mereka sudah tidak ada makanan lagi, sehingga mereka juga mati. Mungkin disuatu tempat salah satu dari mereka masih ada, sama seperti kita."

"Jadi maksudmu... " Ce datang membawa ular panggang yang wangi "Dulu kita bernasib sama seperti ular ini, yang di bunuh dan dimakan oleh makhluk lain yang lebih besar dan lebih kuat darinya yaitu kita, dan suatu hari ular ini akan lenyap, maka kita juga akan lenyap"

"Setidaknya makanan kita banyak, kita juga makan daun, tidak mungkin kita lenyap semudah itu" kilah George

"Itu artinya kita harus memperbanyak diri kita, seperti pohon yang selalu tumbuh anaknya, dan babi hutan yang mengeluarkan anak dari perutnya" jawab Versace girang, seperti baru saja memecahkan misteri.

"wah.... Kamu pintar sekali" puji George

"Tapi.... Bagaimana caranya??" Ce tampak binggung, begitu pula dengan Versace dan George

"iya ya... bagaimana Versace? " George malah menanyakan Versace

"mana aku tahu, tapi.. bukankah kita bisa menyelidiknya nanti"

"Ah... Ayo kita makan"

Mereka bertiga menyantap ular itu dengan lahap, ular yang cukup besar, sebesar betis Versace yang kurus.

George melirik Versace yang kekenyangan, juga Ce yang masih makan dengan anggun. Baru George sadari, Ce punya wajah yang tampan dan berkarisma seperti seorang pangeran.

"Kenapa kau melihatku?" Ce tampak risih

"Aku penasaran dengan benda melingkar di leher mu itu, kenapa kami tidak punya"

Ce melihat kalungnya lalu tersenyum "Artinya aku anak kesayangan ibu"

Versace tersinggung "Berati ibu tidak sayang pada kami"

"Ah.. Bukan begitu. Aku hanya bercanda" Ce tersenyum "Ibu bilang, ini namanya kalung, dan benda ditengahnya ini adalah namaku, Ce"

Mellerize terpesona mendengarnya, ia menyentuh kalung C itu dengan tangannya yang mungil "Jadi ini yang namanya Ce, aku penasaran Versace seperti apa ya, kenapa ibu tidak.. "

"Kapan kita selidiki pohon dan babi hutan" potong George

"Sekarang! " semangat Versace

---

Next chapter