webnovel

Penyusup berbahaya

Mereka berenam berjalan sesuai perintah Larra, bahkan meskipun Reza paling depan, namun Larra lah yang menginstruksikan kemana arah yang harus dituju.

Setelah berjalan cukup jauh selama kurang lebih satu jam, arah itu membawa mereka pada pilihan terbaik, yakni sebuah gua yang jalurnya mudah dilewati.

Gua itu tidaklah seperti gua di film-film yang gelap dan seram dengan lorong yang panjang hingga kedalam. Gua yang mereka temukan itu sangat sederhana, hanya sebongkah batu besar yang lengkungannya seperti huruf V menghadap samping. Jarak dari luar kedalam gua hanya sekitar 6 m, lebarnya sekitar 4 meter dan tingginya 3 meter diluar namun semakin kedalam semakin sempit dikarenakan bentuk sudut V nya.

Sebelum masuk ke dalam gua, Reza mengambil beberapa kayu bakar disepanjang jalan, untuk membuat api digua nanti.

Setiba di gua, Grace langsung meluruskan kakinya, Rayhan merangkuk Grace untuk berbagi kehangatan.

Sedangkan Reza tanpa diperintah pun langsung membuat api, ia menggunakan pisau lipat Rayhan untuk mengikis batang kayu bakar yang basah itu. Tujuannya adalah untuk mengambil bagian dalam dari kayu itu, karena meskipun bagian luarnya basah, bagian dalam kayu itu tidaklah basah. Dengan demikian, tidak butuh waktu lama, api sudah menyala. Reza juga mengambil beberapa ranting kayu hidup untuk membuat jemuran dibagian tepi luar tenda. Ia membuka bajunya, membilas lalu menjemurnya, asap api yang mengenainya membuat baju itu perlahan lahan mengering. Hal itu juga dilakukan oleh Ozzie dan Rayhan. Bahkan Larra juga demikian, ia santai saja memakai tangtop dan celana pendek dihadapan semua orang demi menjemur pakainnya. Lagian siapa juga yang berani mengomentari Larra.

"Aku penasaran bagaimana keadaan kelompok lain" lirih Ozzie, ia tiba-tiba teringat dengan Laurry, wanita yang ia sukai, yang mungkin berada dikelompok lain. Ozzie penasaran seperti apa kabar pujaan hatinya itu.

"Woy, melamun aja" Larra mendorong bahu Ozzie "minggir, kita mau buat kasur" usir Larra. Ozzie heran ketika melihat Larra dan yang lainnya berbondong-bondong mengangkut dedaunan yang di tebas Reza. Lalu dedaunan itu diletakkan di atas tanah gua secara rapi dan merata.

"Ini baru survival" kata Maura setelah selesai membuat terpal sekaligus kasur darurat dari dedaunan hidup itu.

"Ulat... " pekik Grace seraya menunjuk seekor ulat besar diatas dedaunan itu. Rayhan segera menyingkirkannya.

Tapi tetap saja Grace jadi paranoid dan menganggap dedaunan itu tidak mungkin hanya memiliki satu ulat. Ya benar anggapannya, banyak ulat kecil berkeliaran disana, yang warnanya hijau sama dengan warna daun itu sendiri. Hanya saja ketakutan terhadap ulat bukan pemikiran yang penting daripada ketakutan tidak bisa bertahan hidup. Karena apabila mereka mengandalkan tanah yang dingin hingga ke ulu jantung, mereka bisa terserang hipotemia.

"Sudah jam 5 sore, apa yang harus kita lakukan?" tanya Rayhan.

"kita istirahat saja di gua ini, hujan pun masih lebat, mungkin tim SAR akan mencari kita besok" sahut Larra

"Tapi aku lapar" lirih Grace

"Iya aku juga" sahut Ozzie

"Kita semua lapar" Reza meluruskan

"Aku akan mencari makanan, siapa yang mau ikut?" tawar Larra

"Aku sudah kedinginan Larra, aku tidak bisa" tolak Reza.

Maura kemudian berdiri "Aku saja"

"Tampaknya kamu tidak kedinginan? " tanya Larra di perjalanan

"Aku berasal dari sebuah desa terpencil di kaki gunung, aku juga mantan anak pecinta alam ketika SMA, jadi aku sudah biasa dengan situasi seperti ini" jelas Maura

"Sepertinya Reza juga terbiasa dengan situasi seperti ini" Larra menanggapi

"Tentu saja, dia juga anak pecinta alam dan bahkan menjabat sebagai ketua angkatan"

"Itu artinya kamu kenal Reza sebelumnya"

"Iya, dia satu sekolah denganku"

Larra berhenti melangkah, lalu menatap wajah Maura dengan penuh tanya "Apakah kalian berada di satu organisasi?"

Maura mengangguk "Dia ketua dan aku sekretaris"

Larra menatap Maura dengan kesal "Lalu kenapa kalian bersikap seperti saling baru kenal? Apa kalian ada masalah? Atau kalian sengaja menyembunyikan dariku"

Maura menatap Larra dengan heran, bagaimana bisa Larra berpikir kalau mereka sekomplotan menyembunyikan sesuatu darinya, lagian Larra dan mereka juga baru kenal satu sama lain. Apa masalahnya untuk dia?

"Waktu bisa mengubah segalanya. Jika kita berpisah selama beberapa tahun, itu artinya kita berhenti berteman. Lalu tiba-tiba kita bertemu lagi secara kebetulan, kita memang saling kenal nama, tapi kita bukan teman lagi. Semuanya telah berubah, jikapun tidak ada yang berubah, menurutku itu tetaplah bukan orang dalam cerita yang sama" jelas Maura.

"Aku mengerti maksudmu. Lupakan saja" tepis Larra "Kita sudah tiba di sungai kecil ini, apakah kamu bisa membuat simpul tali pancing?"

"Sepertinya kamu hafal dengan hutan ini? " tuding Maura

"Aku hanya punya insting yang bagus" sahut Larra "apakah kamu bisa membuat simpul tali pancing?"

"Tentu saja" jawab Maura sekenanya. Ia kemudian membuat 2 buah pancingan dan ia serahkan pada Larra.

"Aku menyerahkan tugas memancing padamu, kupikir kamu tidak takut cacing dan tau cara memancing. Aku akan mencari botani praktis" jelas Maura seraya pergi meninggalkan Larra "Aku akan kembali kesini nanti"

Sekitar 2 jam kemudian, Maura tidak kembali juga. Padahal dia yang membawa senter dan pisau lipat.

Larra kemudian membuat sebuah tulisan di atas tanah untuk mengantisipasi kemungkinan Maura telat menyusulnya. Setelah itu ia kembali ke gua membawa 20 ekor ikan.

Reza terkejut akan kehadiran Larra yang tiba2 dan tanpa pencahayaan itu. Tampaknya Reza menyembunyikan sesuatu di tantannya.

"Larra, kok sendirian? " tanya Reza tanpa menyembunyikan suara gugupnya.

"Maura masih nyari botani kayaknya, dia gak akan tersesat kok, dia bawa senter dan pisau lipat. Ohya kamu yang urus makanan ini ya, aku mau istirahat sebentar"

Larra kemudian berbaring disebelah Ozzie yang sudah terlelap dari tadi, begitu pula dengan Grace dan Rayhan yang terlelap dalam sandarannya.

Di basecamp-

Dibawah hujan lebat yang tak kunjung berhenti, kesembilan kelompok maba sudah berkumpul didalam tenda masing2. Sedangkan didalam tenda tentara yang besar, seluruh kepanitiaan sekaligus ketua ke-9 kelompok maba tersebut berkumpul untuk membahas penyelesaian masalah yang sedang terjadi selama acara Penutupan Masa Ospek fakultas teknik ini berlangsung. Masalah utama yang dibahas tentu saja tentang menghilangnya kelompok 10 yang mendapatkan undi pertama dalam outbound. Terutama karena menghilangnya kelompok 10 ini terjadi secara misterius, pasalnya dari 8 pos yang disediakan, tak satupun yang mengaku kelompok 10 pernah tiba di pos mereka. Lebih parahnya lagi, jarak antara kelompok 10 dan kelompok 4 yang berada di nomor undi kedua hanya 10 menit, namun kelompok 4 mengaku tidak menemukan jejak kelompok 10 di sepanjang jalan.

Menurut laporan dari kelompok 9 yang berbaris di samping kelompok 10, mengatakan bahwa kelompok 10 tampaknya memiliki hubungan antar anggota yang buruk. Sepanjang berbaris mereka bertengkar dan tidak mendengarkan instruksi kak Nany, dan yang paling aneh adalah, kelompok 10 sudah lengkap 6 orang padahal sebenarnya mereka meninggalkan seorang teman sekelompoknya, yakni Laurry yang saat itu sedang mengambil perlengkapan outbound bersama-sama dengan perwakilan dari ke-9 kelompok lainnya.

Jadi untuk menyelesaikan permasalahan ini, Laurry menawarkan diri untuk mencari teman sekelompoknya.

"Ketika saya mengambil perlengkapan, salah satunya saya diberikan kartu anggota ini" Laurry menunjukkan 6 lembar kartu anggota dengan foto di hadapan rapat "Disini tertulis Reza Rahadian sebagai ketua kelompok, Laurrysia, saya sendiri sebagai seksi perlengkapan, dan anggota-anggotanya terdiri dari Rayhan, Graceva Mellerizze, Dan Maura. Saya tidak tahu siapa yang menyusup ke kelompok ini dan mengaku menjadi bagian didalamnya" jelas Laurry "Saya hanya khawatir dengan teman-temanku saya, karena saya kenal dengan Rayhan, Ozzie, Reza dan Grace. Grace adalah sahabat saya sejak SMA. Jadi saya mohon izinkan saya mencari teman-teman saya sebelum terlambat"

Riffaldi kemudian mengangkat tangan juga, dia adalah ketua kelompok 1 "Saya setuju, saya akan menemani Laurry"

Laurry menatap Riffaldi, seseorang yang pernah memberinya harapan. Apa gerangan orang itu tiba-tiba mau menemani Laurry, padahal saat ini mereka sudah tidak lagi bertegur sapa.

"Kita hanya mengantisipasi niat jahat dari penyusup itu, karena apabila kita menyerbu datang kesana, orang itu mungkin akan waspasa dan mengubah strategi, atau akan melukai teman-teman kita. Lagian kita perlu berhati-hati untuk memahami motif penyusup itu dan menangkapnya" jelas Rifaldi lagi "Jadi, aku dan Laurry akan maju duluan, boleh dianggap sebagai kelinci percobaan. Apabila kami tidak kembali selama 3 hari. Hal itu berati apa yang terjadi berbahaya dan semua orang harus pulang dan laporkan kepada polisi"

"Sebenarnya kami takut kalian celaka. Soal kapal laut, karena kita berada di pulau dengan jarak tempuh 3 hari, saya akan menghubungi kapal laut malam ini juga" ketua panitia menaanggapi.

"Tidak perlu khawatir kak" sanggah Laurry "Lebih baik melepaskan 2 orang daripada melukai kita semua. Karena apabila kita terlalu takut dan tidak bertindak sama sekali, sama halnya kita membiarkan teman kita hilang, toh belum tentu benar-benar ada penyusup. Bisa jadi mereka memang mengira 1 kelompok hanya ada 5 orang"

Akhirnya setelah melalui perdebatan dan diskusi panjang, Laurry dan Rifaldi pun dilepaskan pergi dengan perbekalan yang cukup. Mereka masing-masing memakai carrier 60 L.

Riffaldi dan Laurry berjalan beriringan, tidak jarang Riffaldi menggandeng tangan Laurry apabila Laurry kesulitan berjalan. Namun Laurry selalu menepisnya. Ia ingin bersikap profesional, tak ingin menyakiti dirinya sendiri dengan membiarkan Riffaldi pelan-pelan kembali merembes kedalam hatinya. Ya tindakan Rifaldi memang biasa saja, tapi tidak bagi Laurry.

Terlebih ketika Laurry mengingat tentang apa yang pernah dilakukan Rifaldi padanya.

Next chapter