1 ]|SUPER HERO|[

Ben, Melemparkan kursi dan meja yang ada di depannya dengan sekali hentakan. sejurus kemudian kursi dan meja itu melayang dengan cepat menuju sasaran.

Kimo yang menjadi sasaran dari musuhnya pun tak kalah gerak. ia mengeluarkan kekuatanya, Dalam sekejap meja dan kursi itu hancur terbakar menjadi kepingan seperti koran yang hangus terbakar dan jatuh menjadi serpihan kecil.

Ben yang merasa sudah di ambang batas kemampuannya mencoba bertahan, darah masih menetes di sela sela giginya, Ben merasa senang walau tubuhnya tak sanggup lagi untuk berdiri, ia masih sempat tersenyum.

kimo pun sama sama waspada, dia kenal betul Rival nya ini. manusia yang tak kenal kata mengalah.

tempat sekelilingnya sudah hancur pita poranda karena tingkah mereka yang sedari tadi beradu kekuatan, siasat dan cara mereka bertarung. sudah melebihi level para Chard pada umumnya...

Untuk terakhir helaan nafasnya, Kimo mengaktifkan kembali Vogd miliknya,

kedua kakinya erat memaku tanah,

"Voooggddd....

Seketika tempat sekitarnya menjadi gelap, Kakinya mengeluarkan percikan api kecil,bunga bunga api berterbangan di sekitar kedua kakinya membumbung tinggi di terbangkan angin yang tercipta dari Efek Vogd yang ia aktifkan.

Ben yang merasakan hawa di sekitarnya berubah menjadi sangat dingin langsung bersiap, ia tau orang yang did rupanya ini sama sama di ambang batas nya.

Vogd milik Kimo sangat hebat, bahkan belum pernah ada yang berhas lolos dari teknik Vogd Milik Kimo. Card di level S pun mengakui teknik Vogd ini.

denga Sisa pernafasan dan jantung yang memicu darah semakin cepat keseluruh tubuhnya, Kimo memfokuskan semua kekuatanya ke segala anggota gerak tubuhnya.

"MAXIMUM DRIVEEE.!!!

sekali lesatan Kimo maju denga kecepatan Angin, menuju sasaran, Ben.

sedang Ben, Musuhnya atau Rival beratanya yang selama ini selalu bersaing menjadi Nomer satu di dunia Card...

Ben tak bisa berbuat banyak tak bisa di hindari Vogd Milik Kimo, Ben hanya bisa mengaktifkan Zipo Barier miliknya, itu jalan satu satunya,

"ZIPO WALL FIRE!!"

Ben mengerahkan pelindung miliknya.

Darah semakin banyak yang menetes dari mulut dan hidungnya,

telinganya berdengung, seluruhtubuhnya bergetar hebat, getaran dari bertabrakanya dua energi. tanah yang ia pijak melesak semakin dalam,Retak.

retakan itu menjadi puangi kecil kecil dan melayang ke udara, batu batu reruntuhan di sekelilingnya pun ikut melayang,

sedetik kemudian dengungan panjang dan desingan secara bersamaan menggema di penjuru tempat itu. bangunan seketika hancur, Rata dengan tanah.

kepulan debu dan angin membuat dua orang yang berseteru hebat tak terlihat.

sisa sisa hawa dingi dari Vogd milik Kimo masih terasa.

kilatan kilatan cahaya berwarna putih dan Hijau saling berebut tempat, seolah ada badai yang sedang terjadi....

BOOOOMMMM!!!

Ledakan demi ledakan menggema, gelombang ledaknya menyapu menghempaskan segalanya...

Dan...

sunyi,sepi dan tenang seketika mencekam.

mencekik keberanian setiap mahluk yang ada di sekitar tempat itu.

tak ada lagi manusia, mahluk hidup yang ada di sana...

kematian telah merenggut keduanya, kematian dari kesombongan, keangkuhan,kekuatan dan ketamakan. kematian yang akan membawa kedamaian.

]|SUPER HERO|[

..Part Satu..

•AWAL YANG DI GARISKAN•

"Kalian Bayangkan dunia ini tanpa oksigen,"

seseorang laki laki umur Tiga puluh tahunan berbicara di depan sebuah papan hitam engan pakaian rapi, Kemejan coklat bermotif batik dan berpenampilan klimis. Pak Sumanto namanya, Tapi orang orang biasa memanggilnya dengan pak Man.

seorang guru Biologi di sebuah sekolah Menengah Pertama.

Semua siswa laki laki maupun perempuan mendengarkan dengan seksama,

kecuali satu, Dia sibuk menggambar sebuah seketsa, tak jelas apa yang dia gambar.

atau mungkin hanya coretan asal untuk mengusir kebosananya.

Dia lihat pohon Beringin di halaman sekolahnya, berdiri kokoh dan besar.

membuat hawa sejuk dari hembusan angin sesekali menyapu wajahnya.

"Oke anak anak, Sekian dulu dari saya, Sebelum pergantian pelajaran selanjutnya ada yang mau di tanyakan dari penjelasan bapak tadi.?" Pak Manto mengakhiri pelajarannya setelah mendengar bunyi dering bel pergantian pelajaran.

"Tidak pak," jawab salah satu anak.

"Baiklah, jadi sekian dari bapak, jangan keluar kelas ya selama jam pergantian pelajaran."

"Baik pakkk.!'' Jawab semuanya berbarengan.

anak anak mulai gaduh membereskan buku pelajarannya, ada yang langsung ngobrol dengan teman sebangku, ada yang maju menghapus tulisan pak Manto. dan itu Rian, ketua kelas.

Sedang Aditya Benyamin. atau biasa di panggil Ben, tetap duduk di kursinya dengan gamang. banyak pikiran yang melintas di pikirannya. Masa depan. apa itu, untuk apa di ciptakan? bagi seorang anak di usianya. masa depan hanya menjadi pembatas untuk segala kesenanganya. kesenangan untuk menghabiskan waktunya, kesenangan untuk menghabiskan masa mudanya.

untuk apa di ciptakan kalau hanya untuk membatasi.

lalu untuk apa dunia ini di ciptakan kalau tidak untuk bersenang senang.

setidaknya itulah yang terlintas di pikirannya saat ini.

"Hai Ben, bagai mana dengan soal kemaren yang kamu janjikan?" salah satu murid yang duduk di depannya Ben Berdiri di samping meja Ben.

"Aahhhh... soal apa.??" Ben sedikit kaget.

"Soal kertas yang aku titipkan ke kamu."

Panji sedikit menekan suaranya sehingga terdengar seperti berbisik.

Panji adalah Teman Ben yang bisa dibilang paling dekat. walau tak pernah bermain bersama setelah usai sekolah.

jangankan main kerumah masing masing, Rumah Ben Saja Panji tidak tau dimana.

bisa di bayangkan bagaimana Ben berteman dengan murid yang lain.. jawabannya tidak. Ben memang tidak suka berbaur dengan anak anak lain. bukan tidak suka. tapi tidak bisa. alasannya dia sendri tidak tau.

"Ah, iyaaa aku ingat" Jawab Ben datar.

"Kenapa?"

"Kog kenapa?" Panji balik bertanya dengan nada sedikit kesal.

"Sudah kamu kasih ke Tina Belum?"

"Tunggu, jadi kemaren nitip itu buat di kasih ke Arena?"

"Ya iyalah bego," Panji mulai kesal.

"masa di kasih ke kepala sekolah,?"

"Aku kira iyaa?"

"What!!?"

"kenapa?"

"Kenapa lagi??!! jangan bilang kamu beneran kasih ke kepala sekolah ya.?"

"emang iyaa" Ben menjawab dengan santai

"Wah. Parah si."

TINGG TINGG TOONG.

PENGUMUMAN. PANGGILAN KEPADA PANJI SUKMA DARI KELAS TIGA: DUA, UNTUK DATANG KE RUANG KEPALA SEKOLAH.

"Emang anjing." Panji menggerutu sambil pergi meninggalkan Ben yang masih duduk santai di kursinya.

sedang murid lain berbisik bisik satu sama lain. tentu saja membicarakan Panji. yang tumben di suruh datang ke ruang kepala sekolah.

Ben tak memperdulikan kegaduhan di kelasnya, ia masih asik menatap pohon beringin yang sama yang ia pandangi dari jam pertama pelajaran. angkanya melayang jauh. menembus batas kewajaran.

Bagaimana kalau ternyata dunia ini di kendalikan oleh sekelompok orang yang tidak bisa di sebut orang.

Sore jam setengah tiga, Setelah semua pelajaran selesai dan murid murid lain berhamburan keluar kelas masing masing.

Ben Melangkah dengan santai,

Menyusuri lorong kelas. ia lewati kelas demi kelas

sampai Ben menghentikan langkahnya, ia memandang lekat lekat tiga orang di depannya, orang orang yang membuat langkahnya terhenti.

"Kamu pasti anak yang bernama Benyamin."

"Emh. Ben saja, Panggil aku Ben."

"Hahahah.. ternyata benar kata Panji, Ternyata kamu memang belagu."

"Aku tak keberatan soal itu"

"Siala ini anak, dia tidak tahu kalau sebentar lagi bakalan kita bikin bonyok," mereka pun bersiap dengan kepalan tangan.

"Jadi Panji yang menyuruh kalian?"

Selidik Ben.

"heheheh kenapa? takut?" jawab Bimo yang kelihatanya jadi ketua mereka,

Bimo memberi isyara kepada kedua temanya yang sedari tadi diam menunggu perintah untuk menyerang.

mereka pun maju. Ben hanya menghela nafas dengan sedikit malas, Seketika sebuah kepalan tangan mengarah ke wajah Ben.

tapi Ben tidak menghindar, Alhasil wajah Ben yang cukup tampan terkena hantaman itu dengan keras.

BUGGHHKK!!

Ben Masih berdiri di tempat semula tak goyah atau mengundurkan langkahnya.

ada sedikit nyeri di pelipis matanya.

Bimo dan teman temanya tertawa girang sampai Bimo sedikit membungkuk untuk memegangi perutnya

"Hehehehe..." Ben pun ikut tertawa, merasakan sensasi pukulan yang ia terima.

seketika tawa Bimo dan kawan kawanya terhenti berganti rasa jengkel.

lagi. tinju mengarah ke wajah Ben, bertubi tubi, tapi Ben tidak menghindarinya. ia menerima setiap pukulan yang mereka layangkan ke wajah, perut bahkan tendangan yang begitu keras yang Bimo lancarkan ke kepala Ben. Lantaran rasa kesal benar benar menguasa Bimo. melihat Ben tidak melawan sedikitpun. dan dengan sengaja memberikan dirinya untuk di pukuli sampai bonyok dan jatuh terduduk.

Bimo dan kawanya sampai kehabisan tenaga Karen tak mengatur serangan dengan pasti.

terdengar suara nafas ketiganya yang ngos ngosan karena kehabisan Nafas.

Sedang Ben masih terduduk dan kemudian tertawa

"Hehehehe.. Apa kalian sudah puas.?"

Ben bangkit dari duduknya dengan pelan.

"Aku tau Panji pasti sedang melihat ini dari suatu tempat," Ben membersihkan sragamnya yang kotor

"Aku hanya bilang. " Ben menatap ketiga anak itu denga tajam.

"Larilah,"

"Hahh!!??"

"Lari..?" Bimo menjawab, dengan nada mengejek. lalu tawa mereka pun pecah.

BRUAAAKK!!

Tubuh Bimo menghantam susunan kursi yang yang tidak terpakai, dan tubuhnya tak bergerak lagi.

"Sudah kubilang, Larilah sebelum Terlambat."

Kedua teman Bimo kaget tak bergerak,Tiba tiba rasa takut menguasai mereka.

Ben Melangkah dengan santainya,

menghampiri keduanya. menatap tajam.

"Tunduklah Pada Raja kalian" Suara Ben penuh penekanan.Menggema...

"Bb- baiikk..." Suara mereka seolah tercekik d tenggorokan.

"Kalian tau hukuman bagi pemberontak?!"

sebelum mereka duduk bersimpuh di depan ya Ben melayangkan tendangannya denga keras kearah kepala salah satu teman Bimo.

BLEETTAAAKKK!!

Dia terpelanting jauh, berguling beberapa kali sebelum akhirnya menghantam dinding.

melihat kedua temanya tak bergerak dengan sekali serang, dia mulai menangis ketakutan.

nafasnya tak teratur.

"Jangan takut," Ben berjongkok di depannya sambil menjambak rambutnya, sehingga dia bisa dengan jelas melihat orang yang tadi memukulinya bertubi tubi

"Kau tau, Rasa sakit itu adalah teman bagiku."

lalu Ben diam, Menatap matanya dengan tajam, seolah mencari sesuatu, menyelami, atau sedang membaca rasa takut yang sedang di rasakan oleh orang yang ada di depannya.Lalu melepaskan cengkraman ya.

Dan berdiri lalu meninggalkan mereka.

sebelum jauh melangkah "Iangat, Namaku Ben, Aditya Benyamin."

avataravatar
Next chapter