1 BAB I : KISAH MELANIE (Part 1)

Pagi yang teduh telah mengawali lembaran kisah yang terjadi di suatu hari sabtu. Matahari yang bersinar lembut, terlihat menyambut datangnya akhir pekan yang ada di pertengahan bulan Oktober itu. Gumpalan-gumpalan awan yang menghias langit membuat udara terasa sejuk dan nyaman.

Di pinggiran kota, terdapat sebuah wilayah yang dikenal dengan nama "Kampung Nila". Saat itu, di sana suasananya terasa sangat tenang. Hanya ada beberapa penduduk Kampung Nila yang terlihat pergi keluar rumah untuk berbelanja atau sekedar jalan-jalan pagi. Sedangkan penduduk yang lainnya, menikmati sabtu pagi mereka dengan bersantai di dalam rumah.

Kampung Nila terlihat nyaman dengan dua lingkungan perumahan yang bersih dan tertata rapi yaitu, perumahan "Bawah" di bagian selatan yang dihuni warga kelas ekonomi menengah, dan perumahan "Atas" di bagian timur untuk warga kelas ekonomi atas. Kampung Nila dibatasi oleh sebuah sungai jernih di bagian utara dan sebuah jalan raya di bagian barat.

Pembangunan di Kampung Nila terbilang lebih pesat dibandingkan dengan wilayah lain disekitarnya. Hal tersebut dikarenakan adanya sebuah pabrik minuman bersoda dalam kaleng yang bermerk "Smugee" dan sebuah minimarket bernama "Square Zero". Kedua tempat itu memiliki andil besar dalam menggerakkan roda perekonomian di Kampung Nila. Banyak warga dalam dan luar Kampung Nila yang mendapatkan pekerjaan di sana.

Walaupun memiliki tingkat pembangunan yang pesat, warga Kampung Nila masih tetap dapat merasakan keasrian di wilayah mereka karena terdapat taman "Bougenville" yang ada di pinggir sungai. Di bagian barat laut Kampung Nila, pabrik minuman kaleng "Smugee" dan minimarket "Square Zero" terletak cukup berdekatan satu sama lain. Kedua bangunan itu berbatasan langsung dengan jalan raya. Jalan raya itu menjadi sebuah pembantas wilayah di sepanjang bagian barat dan menjadi satu-satunya akses keluar dan masuk Kampung Nila.

Terdapat sebuah supermarket bernama "Serba-Serbi" yang terletak bersebelahan dengan lapangan sepakbola di tengah-tengah wilayah itu. Supermarket itu adalah produk dari PT. Mega Market Retailment (PT. MMR) dan baru berdiri di sana sekitar 3 tahun sebelumnya. Di sana, dijual berbagi macam kebutuhan lengkap bagi warga Kampung Nila seperti, alat tulis, makanan dan minuman, alat-alat elektronik, bahan masakan, dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya. Seringkali, warga dari wilayah lain datang untuk berbelanja di "Serba – Serbi". Bersama dengan pabrik minuman "Smugee" dan minimarket "Square Zero", supermarket "Serba-Serbi" ikut menjadi motor utama penggerak roda perekonomian di wilayah itu.

Suasana pagi yang tenang dan diiringi dengan hembusan angin pagi yang sejuk, membuat beberapa orang memutuskan untuk meneruskan tidurnya hingga siang hari. Namun sayangnya, hal itu tidak dapat dilakukan oleh Melanie Ambarwati, seorang warga yang tinggal di perumahan "Bawah". Rencananya untuk meneruskan tidur hingga siang hari ternyata diganggu oleh suara ketukan di pintu kamarnya.

"Melanie! Ayo nak, antar mama ke "Serba-Serbi". Mama kekurangan bahan masakan. Kamu bisa kan, mengantar mama dengan motor?", pinta mamanya Melanie dengan suara kencang.

Mamanya Melanie itu sudah berumur sekitar 40 tahun dan masih terlihat bugar. Mata bulat dan lesung di pipi menghiasai wajahnya yang sudah agak berkeriput.

Melanie yang sudah terbangun dari tidur dan mendengar permintaan sang mama, tetap tiduran saja menghadap ke tembok. Dia berpikir, jika dia tidak menyahut, mamanya akan menyangka dirinya masih tertidur dan segera pergi ke "Serba – Serbi" sendiri tanpa mengganggu dirinya.

"Melanie! Ayo antarkan mama, nak!", teriak mamanya tanpa mengetuk pintu.

"Ugh! Mama egois sekali, sih! Aku kan masih ngantuk!" keluh Melanie dengan berbisik agar sang mama tidak mendengar ucapannya. Dia kemudian membalikkan badannya.

Melanie mengusap matanya yang masih sayu dan segera melirik ke arah jam yang terpaku di dinding dekat pintu kamarnya. Kasur Melanie berada di depan pintunya.

"Astaga! Baru jam enam!", gumam Melanie. Matanya masih terasa berat.

"Aku baru tidur sebentar, dan sekarang mama memintaku untuk mengantarnya berbelanja.", bisik Melanie.

"Melanie !!", teriak mamanya lagi.

Karena jengkel, Melanie lantas menutup kepalanya dengan bantal guling.

Kemudian, Melanie tidak mendengar teriakan mamanya lagi. Tapi, sayup-sayup terdengar suara sang mama sedang menelepon seseorang. Perlahan, Melanie mengangkat bantal guling untuk mengintip apakah mamanya sudah masuk ke dalam kamar atau belum.

Ternyata saat Melanie mengangkat sedikit bantal gulingnya, sang mama tiba-tiba membuka pintu dan masuk ke dalam kamarnya. Saat itu, Melanie sekilas melihat mamanya memakai baju batik berwarna biru.

Melanie dengan refleks segera menutup kembali kepalanya. Dia mengatur tubuhnya dengan kondisi lebih rileks agar benar-benar terlihat sedang tertidur pulas.

"Melanie sayang, hari ini mama juga mau beli..", ucap mama ketika memasuki kamar. Ucapan mama terhenti saat dia melihat anaknya sedang tertidur dengan wajah tertutup bantal guling.

"Kamu masih tidur, Melani. Pasti begadang lagi ya?", tanya mamanya seraya menghela napas dan memandangi anaknya itu dengan tatapan lembut.

"Mama pasti juga mau beli beras. Ugh repot!", seloroh Melanie di dalam hatinya.

Tanpa menutup pintu kamar, sang mama kemudian berlalu meninggalkan Melanie. Suasana rumah menjadi hening hingga beberapa menit. Saat itu, suasa terasa cukup sunyi bagi Melanie yang sedang berpura-pura tertidur. Sampai akhirnya, terdengar suara motor yang cukup familiar di telinga Melanie.

"Suara motor ojek, pak Mahmud", pikir Melanie.

Sayup-sayup terdengar suara mamanya berbincang dengan seseorang. Melanie tidak dapat mendengar perbincangan tersebut dengan jelas, karena terganggu oleh suara berisik mesin motor itu.

Dengan hati yang lega, Melanie lantas mencoba untuk meneruskan tidurnya kembali. Dia kemudian mendengar suara motor itu pergi menjauh. Setelah itu, suasana rumah kembali hening karena hanya Melanie dan mamanya yang tinggal di rumah tersebut.

Beberapa menitpun berlalu dan Melanie merasakan ada yang aneh dengan matanya. Dia sulit sekali untuk memejamkan mata.

"Ya ampun, sekarang jadi tidak bisa tidur!", ujar Melanie kesal. Dia kemudian mengucak matanya dengan gemas.

Melanie yang jengkel lantas bangkit dan duduk sejenak di atas kasurnya. Dia menggaruk bagian belakang kepalanya, kemudian menyapukan tangannya dari bagian depan kepala hingga belakang untuk merapikan rambutnya yang sebatas leher. Rambut Melanie yang agak ikal, terlihat kusut karena baru bangun tidur.

Melanie merasakan suhu di dalam kamarnya cukup sejuk dengan sinar matahari sendu yang menyeruak masuk melewati jendela kamarnya.

Jendela kamar Melanie memang jarang dia tutup dengan gorden di malam hari. Melanie lalu melihat jam dinding kembali. Saat itu, jam dinding telah menunjukkan pukul 06.40.

Kemudian, Melanie memperhatikan pintu kamarnya yang masih terbuka. Dia melihat lorong di luar kamarnya yang bernuansa remang – remang.

"Kok gelap, ya?", gumam Melanie.

Dirinya lantas bangkit untuk ke luar kamar. Melanie lalu melihat ke sebuah jendela yang ada di sisi kiri kamarnya. Jendela itu masih tertutupi oleh gorden.

avataravatar
Next chapter