16 Terpuruk

Budayakan Vote & Comment

Sorry For Typo

080420

Jungkook duduk di sisi ranjang ruang inap istri mudanya, hampir 30 hari mereka di rawat di Rs tersebut dan perkembangan tubuh mereka juga kian membaik. Namun yg masih terluka adalah hati mereka yg terlibat skenario kehidupan

Yoongi sedang menimang-nimang bayi mungil yg saat ini terlelap dalam pangkuannya, senyum yoongi merekah saat berduan dengan anak cantiknya, jungkook hanya memperhatikan interaksi eomma dan anak tersebut.

"Appa hanya melihat saja? Tidak ingin mencium Jeoni?" Yoongi membuka suara

"Jeoni sudah tidur sayang, biarkan ia istirahat. Apa kau sudah makan?"

"Aku tidak begitu lapar kook"

"Makanlah walau sedikit, Jeoni memerlukan asupan mengerti?"

"Baik lah, Jeoni sayang tidur yg nyenyak" Yoongi memindahkan bayi mungil tersebut ke atas kasur khusus untuknya.

"Appa bisakah kau membantuku naik keranjang"

Jungkook mengangguk lalu mendekati istri mudanya yg berada di dekat ranjang, jungkook menggendong tubuh sang istri dari kursi roda keatas tempat tidur dengan perlahan.

Yoongi sudah mulai menerima keadaan bahwa ia benar mengalami kelupuhan total pada kedua kakinya dan kemungkinan untuk sembuh seperti semula tidaklah mudah.

Jungkook menyelimuti tubuh yoongi lalu mengecup dahinya agar segera tidur karena malam sudah sangat larut. Jungkook meninggalkan kamar Yoongi dan menutup pintu ruang rawat tersebut.

Jungkook melangkahkan kaki untuk kembali menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti ketika melewati kamar Jimin, sudah sebulan lamanya tangisan dari kamarnya tak kunjung padam. Di tengah malam tangisan jimin akan kembali pecah dengan menyerukan nama jungmin.

Sang dominan memberanikan diri untuk membuka pintu kamar rawat istri pertamanya. Selama mereka di rawat di Rs tersebut tak pernah sekali pun jungkook menemui sang istri. Bukannya jungkook tidak ingin bertemu dengan sang istri tapi jiminlah yg selalu menolaknya.

Ceklek

Jungkook menutup pintu kamar dengan pelan setelah masuk dengan sangat berhati-hati, jungkook memperhatikan setiap langkah kakinya agar yg di dalam tidak terusik.

"Hiks jungminah... eomma rindu hiks... perut eomma sakit sekali nak, apa kau tak ingin mengambilkan eomma obat heum?? Hik hiks"

Jimin menatap langit malam dari balik jendelanya sambil terus menangis, ia duduk diatas ranjang dengan memeluk poto jungmin tanpa menghentikan kegiatannya.

Jungkook mendekati jimin yg tidak menyadari kedatangan suaminya. Sang dominan memeluk tubuh mungil istrinya dari belakang, jimin kaget mendapati seseorang memeluk tubunya

"Sayangku... berhentilah menangis"

"Aahhh kenapa kau kesini. Keluar!!! Aku membencimuu hiks, aku benciii!! Aku tidak ingin melihat mu" jimin meronta melepaskan pelukan suaminya

"Aku merindukanmu sayang, aku tidak akan pergi, kau boleh memukulku sesuka hati"

"Brengsek, kau keparat!! Kau membunuh anakku, kau.. kau hiks kau tak pernah bermain bersama jungmin sekalipun kook, ahhh jebbal kau tak pernah meluangkan sedikit waktumu untuk kami berdua ahh dan sekarang malaikatku sudah pergi.. hiks"

"Iya sayang, semua salahku, aku yg bodoh, seharusnya aku tak mengabaikan mu dan jungmin."

"Jungkook-ah... anakku sudah berada di surga, jungmin tidak ingin berada di sisiku lagi karena kau! Hiks apa gunanya aku bertahan untuk rumah tangga kita hiks sementara yg menjadi pertimbanganku sudah mati! Ahhhhhhh jebball.. dadaku sakithh"

Jimin meronta di pelukan sang suami, ia memukuli semua bagian tubuh jungkook, meskipun jungkook meringis menahan sakit dari serangan jimin ia tetap bertahan. Jimin membutuhkannya, jimin adalah segalanya bagi jungkook.

"Ahh.. aduhh.. aauuu, hiks sakit"

"Kau kenapa sayang?"

"Perutku... hiks kenapa perutku selalu sakit hiks??"

Jungkook menundukan kepalanya lebih dalam, jimin belum tahu jika banyak organ dalamnya yg rusak dan yg paling menakutkan adalah cetusan bahwa ia tak akan bisa memilik anak lagi. Bagaimana jika jimin tahu, air mata jungkook menetes begitu saja.

"Sayang... apa kau sangat kesakitan? Bagian mana lagi yg sakit??"

"Kau tak perlu bertanya lagi brengsek, keluar dari kamarku. Kau selalu membuatku menderita!"

Jimin membuang muka dan menghentakan punggung jungkook yg sedari tadi memeluknya dari belakang. Jungkook kaget dengan apa yg di lakukan jimin tapi ia mengerti jika saat ini emosi sang istri sedang tidak stabil.

Jungkook harus segara sembuh untuk kedua istrinya jika saja tidak maka ia tak akan mampu untuk merawat istri-istrinya. Niat jungkook untuk menceraikan Yoongi pun sudah lenyap, semua bencana ini terjadi karena jungkook sendiri.

Yoongi tidak bisa lagi berkarir karena cacatnya lalu bagaimana ia akan menafkahi diri sendiri dan juga anaknya, jungkook memikirkan hal itu berkali-kali. Sementara jimin kehilangan jungmin dan juga rahimnya lalu apa yg ia miliki selain jungkook? Dan bagi jungkook istri pertamanya bagaikan darah yg mengalir di tubunya.

★★★★★★

Mobil mewah berwarna hitam sudah terparkir di halaman rumah keluarga Jeon, mereka sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Para penggemar baik jungkook dan yoongi sudah menanti di luar pagar rumah mereka.

Jungkook keluar dari mobil tersebut lalu mengeluarkan barang-barang yg mereka bawa dari Rs, di bantu para pelayan semua barang akhirnya di pindahkan. Jimin ikut turun dari mobil dan ingin bergegas masuk kedalam rumah.

"Jiminahh.." Yoongi memanggil istri pertama suaminya

"Heum?"

"Bisakah kau menggendong Jeoni sebentar?"

"Wae??"

"Aku tidak bisa turun karena kaki ini tidak bisa di gunakan lagi"

Jimin mengangguk tanda mengerti, ia juga mengetahui jika Yoongi lumpuh. Dengan hati-hati jimin menggendong Jeoni kecil. Rasa rindu akan jungmin kembali menyesakan dadanya.

"Baiklah sayang aku akan menggendongmu, hati-hati" jungkook mengangkat tubuh istri keduanya dan mendudukan Yoongi di atas Kursi roda yg sudah berada di sebelah mobil.

"Terima kasih jungkook"

"Oppaa!!!! Yoongii... jungkooookkkk!!" Tariakan para fans yg menangis karena ingin mengetahui keadaan idolanya begitu antusias.

Yoong melambaikan tangan dan tersenyum hangat, mungkin teriak-tariakan yg menyerukan namanya tak akan terdengar lagi untuk waktu berikutnya, akhirnya air mata Yoongi tumbang.

"Ayo kita masuk sayang"

"Kook, aku ingin bertemu mereka" yoongi kenunjuk kearah pagar

"Itu berbahaya, mereka akan melihat keadaanmu dari dekat"

"Aku hanya akan melihat mereka untuk kali terakhir kook, kau tahu keadaanku sekarang heum??"

Jungkook mengangguk menyetujui permintaan Yoongi, melihat istrinya sudah berurai air mata akhirnya jungkook mendorong kursi roda Yoongi menuju kedekat pagar yg tertutup rapat tapi diantara celah-celah pagar tersebut ia dapat melihat ratusan penggemar yg mendukung mereka.

"Jimin kau masuklah dulu sayang" jungkook tersenyum kepada jimin yg masih terpaku saat menggendong Jeoni, setelahnya jimin segera melangkahkan kaki memasuki rumah.

"Yoongiii... jungkookaahh!! Gwenchana?? Oppa??? Apa kalian sehat??" Para penggemar mereka terus berteriak dengan penuh kekhawatiran

"Anyeonghaseo... terima kasih kalian sudah repot-repot datang untuk melihat kami"

"Yoongi saranghae... uljima... kami mencintaimu" para penggemar ikut terharu melihat kondisi yoongi

" ahh... hiks bagaimana mungkin aku tidak menangis saat kalian datang untuk melihat keadaan kami heum? Sebelumnya aku ingin menyampaikan sesuatu" Yoongi menunduk dalam.

"Uljimaaa Jeon Yoongi" teriakan para penggemar makin membuatnya pilu, jungkook memegang pundak Yoongi untuk memberi kekuatan.

"Aku mencintai kalian semua, hiks mungkin aku tidak akan lagi muncul di layar televisi kalian hiks, kalian lihat aku tidak akan bisa berjalan lagi hiks" yoongi menangis tersedu.

"Uljima yoongi, ahhh Uljimaa..."

"Aku sangat berterima kasih untuk dukungan kalian selama ini. Kuharap kalian akan terus memberikan cinta itu kepada ku. Terima kasih" yoongi memberikan Hormat terakhirnya kepada semua penggemar yg hadir.

"Saranghae yoongi... gwenchana, gwenchana, gwenchana kau pasti kuat yoongi~aa" para penggemar terus memberikan dukungan untuk namja muda nan cantik itu.

Jungkook berjongkook untuk melihat keadaan yoongi yg sudah terisak, ia menggenggam tangan Yoongi lalu menghapus air mata istrinya yg berguguran

"Kau baik? Ayo kita masuk ke rumah heum" yoongi mengangguk

"Tarima kasih untuk kalian semua, aku dan Yoongi pamit. Saranghae" jungkook memberikan hormat juga kepada semua penggemar lalu mendorong kursi roda yoongi menuju rumah.

Di balik jendela rumah besar tersebut ada jimin yg ikut menangis melihat keadaan di luar, banyak sekali orang-orang yg mencintai jungkook dan Yoongi lalu dirinya apa?? Bahkan jimin tak berharga sedikitpun, tak ada yg memberikan dukungan untuknya. Jimin juga sangat terluka tapi tak ada satu pun orang yg mengetahui jika ia benar-benar menderita.

Jimin menatapi bayi mungil yg tertidur cantik dalam pelukannya, air mata jimin terus berguguran. Mungkin Yoongi kehilangan karir dan kakinya tapi ia memiliki kekuatan untuk bertahan yaitu Jeoni. Sementara jimin? Semua rasa sesak berkecamuk di dalam dadanya.

Ceklek

Jungkook dan Yoongi sudah memasuki rumah, jungkook sangat kaget melihat jimin yg menangis terisak-isak. Jimin mendekat dan membawa Jeoni kepelukan Yoongi. Setelahnya jimin berlari menuju kamar di taman belakang, yah itu kamar milik jungmin. Ia mengunci kamar tersebut dan mulai menangis sangat kencang melampiaskan rasa kesal yg ada di hatinya.

Yoongi menatap Jungkook yg berdiri di belakangnya, ia dapat melihat dengan jelas bagaimana raut kekhawatiran jungkook melihat kepergian dan tangisan jimin.

"Kook, antarkan aku ke kamar"

"Nde?? Iya sayang" jungkook kembali mendorong kursi roda Yoongi menuju kamarnya.

Jungkook menata semua barang-barang yg di perlukan Yoongi dan menggendong istrinya menaiki ranjang. Jungkook menatap yoongi dengan lembut

"Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa menekan tombol hijau pada remot yg ada di atas meja, pelayan akan datang dengan cepat"

"Terima kasih jungkook. Hmm Jimin sepertinya membutuhkanmu"

"Apa kau membutuhkan hal lainnya??" Yoongi menggelengkan kepala

"Baiklah jika sudah tidak ada, aku bisa pamit??" Yoongi mengangguk meskipun ia menginginkan jungkook untuk berada di sisinya saat ini tapi tidak seharusnya ia bersikap egois untuk sekarang.

Jungkook mencium darah dagingnya lalu berlalu meninggalkan kamar yoongi, jungkook menutup pintu kamar yoongi dan setelahnya air mata namja tampan itu tumpah.

Jungkook mendengar jelas suara teriakan dan tangisan jimin dari kamar di taman belakang, dengan langkah tidak santainya jungkook berlari menuju kamar tersebut ia sangat takut jika jimin melakukan hal di luar akal sehat.

"Jiminaah... sayang buka pintunya" jungkook mengetuk pintu kamar tersebut

"Jimin aku mohon sayang, aku disini untuk mu, kau tidak sendirian" tangis jimin semakin menjadi

"Jiminahh.. buka pintunya sayang" jungkook benar-benar tidak tahu harus bagaimana

"Bibi Lee bisakah kau carikan kunci darurat kamar di taman belakang?" Jungkook berlari menuju dapur untuk meminta kunci cadangan kepada pelayan rumah mereka.

"Ini tuan" sang pelayan memberikan kunci tersebut dengan tangan gemetar, tak dapat di sembunyikan bahwa bibi lee adalah pelayan yg paling dekat dengan jimin jadi wanita paruh baya itu benar-benar mengkhawatirkan keadaan majikannya.

Jungkook membukan pintu kamar tersebut dengan tergesa dan mendapati semua barang di kamar tersebut berantakan. barang-barang jungmin, mainannya, pakaian yg tercecer dari lemari semua berantakan. Jimin menggulungkan diri didalam selimut dan terus meraung. Ia memeluk baju² yg menjadi favorite untuk almarhum anaknya. Jungkook memeluk jimin dari balik selimut tersebut. Menyedihkan sekali keadaan saat ini.

Anjir gw kenapa sih??? Sakit pala gw terseraahhhhh... gw mewek sendiri anjiran :'(

Bersambung

Selamat membaca yah

Semoga tidak ada yg terluka

Terima kasih

QaraTanjung

avataravatar
Next chapter