11 Rindu

Budayakan Vote & Comment

Sorry For Typo

250220

Sudah seminggu lamanya Jimin tidak pulang ke rumah, ia masih menumpang di apartemen Taehyung untuk sementara waktu. 700 panggilan tak terjawab sudah tertera di layar ponsel jimin siapa lagi kalau bukan jungkook pelakunya.

Tak tega rasanya jimin mengabaikan panggilan telpon tersebut tapi hati kecilnya masih merasa sakit setiap kali mengingat kata-kata yg di lontarkan jungkook tempo lalu. Bahkan jika Yoongi mengganggunya, jimin masih akan tetap bertahan tapi beda kasusnya jika jungkook yg membentak menyertakan panggilan marga keluarganya.

Hari ini jimin sendirian di apartemen karena taehyung ada persidangan yg harus di ikuti sementara jungmin berangkat sekolah seperti biasanya. Hp jimin kembali berdering dan itu adalah panggilan yg kesekian dari suaminya.

Jimin bangkit dari ranjang untuk mengalihkan pandangannya dari hp yg terus berdering, ia mencari kesibukan untuk menghilangkan rasa penasarannya sekedar mengetahui kabar jungkook hari ini.

Sudah pukul 02.01pm tetapi jungmin belum sampai ke apartemen, rasa cemas menghantui jimin mengingat anak tampannya seharusnya sudah pulang sekolah dari 2 jam yg lalu.

Ting Tong

Jimin berjalan menuju pintu apartemen dengar tergesa, bagaimana ia lupa dengan anaknya sendiri karena terlalu memikirkan jungkook

"Anyeong eomma"

"Jungminaahhh.... aku hampir tidak bernafas, kau darimana saja heum??" Jimin memeluk sang anak erat

"Jungmin tadi pulang ke rumah kita sebentar"

"Mwo?? Untuk apa?? Siapa yg mengantarmu ke rumah??"

"Eomma gwenchana... boleh jungmin masuk dulu?? Tetangga yg lain bisa terganggu"

Jungmin melepaskan sepatunya lalu bergegas menuju dapur untuk mengambil minum sementara sang eomma nampak penasaran menunggu jawaban sang anak.

"Eomma... tadi taehyung ahjusi menjemputku di sekolah, lalu jungmin minta tolong di antarkan pulang sebentar karena buku tugas jungmin ada yg ketinggalan"

"Lalu?? Taehyung ahjusi mana?"

"Kembali lagi ke tempat ia bekerja"

Jungmin duduk di ruang tengah lalu lepaskan seragam yg masih melekat di tubuh mungilnya, jimin ikut membantu.

"Tadi... jungmin masuk ke rumah sembunyi-sembunyi. Appa dan yoongi tidak tahu aku datang"

"Mwo??"

" Jungmin meminta agar paman supir dan bibi yg membersihkan rumah untuk tutup mulut"

Entah kosa kata darimana yg didapat anak tunggal jimin tersebut, kadang-kadang perkataan jungmin melebihi batas umurnya.

"Lalu??"

"Jungmin mendengar Yoongi bernyanyi di kamarnya"

"Ahh begitu" seketika jimin menunjukan perasaan kecewa, sepertinya Yoongi mendapatkan kemerdekaannya.

"Lalu jungmin menuju kamar eomma dan appa"

Jungmin menggantungkan kalimatnya karena eommanya kembali antusias. Apakah ia harus menceritakan semuanya kepada sang eomma, di satu sisi jungmin tidak ingin orangtuanya berpisah namun di sisi lain jungmin tidak ingin melihat eommaya selalu menderita

"Lalu apa??"

"Jungmin lupa, eomma jungmin lapar"

Anak kecil itu mengalihkan pembicaraan, mungkin sebaiknya ia tak memberitahu sang eomma apa yg tadi di lihat dan saksikanya selama ia berada di rumah.

"Nde? Jungmin mau makan apa? Eomma tadi memasakan sup daging"

"Lapar sekaliii, jungmin mau di suapi eomma"

"Arraseo"

Jimin berjalan menuju dapur untuk mengambil makanan bagi sang anak, ia masih sangat penasaran dengan cerita jungmin tapi lebih baik ia tidak tahu jika setelah mendengar cerita jungmin hatinya akan lebih sakit lagi

"Mian eomma" jungmin menitikan air mata dan secepat kilat ia segera menghapus air mata tersebut agar eommanya tak curiga.

★★★★★★

"Jiminah..."

"Jiminahh... sayang"

"Kau dimana?"

"Aku sangat merindukanmu jiminahh"

Jungkook memeluk bingkai poto jimin dengan uraian air mata, ia memeluk poto jimin dan jungmin yg tersenyum cerah seperti sinar mentari di musim panas.

Berkali-kali ia menyerukan nama sang istri dan anaknya bergantian, rasa sesalnya tak kunjung hilang, bahkan selembar kertas perceraian yg di berikan jimin sudah berceceran di lantai menjadi beberapa bagian. Jungkook merobek kertas tersebut tanda tak setuju atas pengajuan pisah dari istri pertamanya.

Semenjak kepergian jimin dari rumah besar tersebut, jungkook tidak lagi memiliki nafsu makan, bahkan managernya mengatur ulang jadwal syuting sang aktor mengingat kondisi jungkook yg begitu memprihatinkan.

Sudah memasiki hari ke-5 aktor tampan tersebut berbaring di ranjang, demamnya tak kunjung turun dan ia tak mau mengkonsumsi obat apapun, yg di butuhkannya saat ini hanyalah jimin seorang.

"Kook, sampai kapan kau akan begini terus??"

"Jiminaah"

"Kenapa kau selalu memanggil jimin?? Aku istrimu juga kook, aku akan penuhi semua yg kau mau"

"Yoongi, aku sangat merindukan jimin, kau tahu dia dimana??" Jungkook menggenggam tangan yoongi erat

"Wae??? Jimin, jimin, jimin, jimin dan jimin saja yg ada di pikiranmu eoh?? Aku yoongi. Aku istrimu!!! Berhenti menyakiti ku kook!"

Yoongi menghempaskan genggaman jungkook dan pergi meninggalkan suaminya yg terus memanggil nama istri pertamanya. Yoongi benar-benar kesal dengan keadaan saat ini.

"Jungminahh... jiminie bogosipeo... mianeoh" jungkook kembali memeluk bingkai poto jimin dan anaknya.

Pukul 09.21pm jimin dan jungmin bersiap untuk tidur, ia menemani sang anak terlebih dahulu karena taehyung sampai saat ini belum pulang juga.

"Selamat malam jungmin"

"Nde eomma"

"Semoga mimpi indah sayang"

Jimin mengecup dahi jungmin dan bernyanyi untuk sang anak sebagai pengantar tidur, jungmin memeluk eommanya erat.

"Eomma"

"Heum??"

"Appa..."

"Mwo??"

"Appa... jungmin sedikit merindukannya"

"Bukankah kau tidak menyukai appa? Dan kau tadi bertemu appa jugakan??"

"Nde jungmin sedikit membenci appa. Tapi... jungmin hanya melihat punggungnya saja tadi"

"Maafkan eomma nak, mungkin kita tidak akan kembali ke tempat appa"

"Eomma"

"Heum??"

"Appa... sepertinya appa sedang sakit"

"MWO?? JINJJA??"

jungmin mengangguk berat, ia semakin erat memeluk jimin dan menyembunyikan wajahnya agar sang eomma tidak melihat wajah cengengnya saat ini.

Jantung jimin berdetak sangat cepat, apa benar yg di ucapkan jungmin?? Apa benar jungkook sakit?? Apa sakitnya kumat lagi?? Apa Jungkook melukai dirinya sendiri?? Pikiran buruk silih berganti menyerang otak jimin.

Jimin meraih ponselnya yg sedari siang ia letakan sembarangan agar tak tergiur mengangkat telpon dari jungkook. 1005 panggilan tak terjawab dan semuanya dari jungkook.

Apa sebaiknya besok ia pulang? Sekedar untuk mengetahui keadaan jungkook? Apa taehyung akan mengizinkan? Taehyung yg merencanakan semuanya agar jimin tak mudah goyah dengan perlakuan sesaat jungkook.

Hakim muda itu bilang jika jungkook benar mencintainya dan jungmin maka jungkook akan melakukan berbagai cara untuk menemukan mereka, taehyung meyakinan agar jimin bisa sedikit lebih tega kepada jungkook.

Jika cinta jungkook kepada jimin begitu besar maka ia tak akan menyerah begitu saja. Jimin menyabarkan perasaan kalutnya, ada benarnya juga perkataan taehyung jika ia mencintai jimin maka appa jungmin itu akan berjuang lebih keras.

*JungminAppa←calling

'....'

'Sayang?? Jiminahh'

'.....'

'Kau dimana jiminahh?? Sayang'

Jimin menahan air matanya agar tak mengalir atau jungkook akan mendengar suara paraunya karena memikirkan jungkook juga.

'Bicaralah sayang, aku mohon maafkan aku'

'....'

'Aku akan menjemputmu sayang, katakan kau dimana?'

Suara jungkook begitu berat dan penuh dengan kesedihan di tambah lagi isakan jungkook yg meminta dengan kesungguhan

'Aku sudah bahagia dengan taehyung'

'Andwe... jeball... jangan tinggalkan aku sayang... jiminaahhhh'

'Jangan menggangguku lagi kook'

'Tidak, kau hanya mencintaiku jiminahhh... kau tak bisa mencintai orang lain'

Jungkook menangis tanpa henti, jimin benar-benar menekan dadanya agar tak goyah mendengar suara suaminya itu.

'Katakan kau dimana sayang, aku akan menjemputmu dan jungmin'

'Kami tidak membutuhkanmu lagi kook, jungmin sudah mendapatkan appa baru'

'ANDWE!! jungmin adalah darah dagingku. Jeball jiminahh.. katakan kau dimana??'

'Sekarang kau baru menyadari bahwa jungmin anakmu?? Kau kan punya anak juga dari yoongi. Itu darah dagingmu!'

'Sayang ku mohon'

'Sudahlah kook, kita sudah selesai'

'Tidak ada kata selesai untuk kita jiminaah... katakan kau dimana sayang??? Ku mohon'

'..... aku di tempat taehyung'

Jimin mematikan sambungan teleponnya dengan jungkook, ia tak dapat lagi menahan sesak di dadanya, benar-benar sakit rasanya mendengar tangisan jungkook tapi jika tidak seperti ini maka jungkook tak akan jera.

Jimin menangis tersedu di ruang tengah, ia terus menekan dadanya yg terasa ngilu, sakit sekali hanya itu yg di rasakan jimin.

"Kau menangis lagi?"

"Taehyung?? Hiks Kau sudah pulang??"

"Baru sampai, kau kenapa??"

Taehyung duduk di sebelah jimin lalu memberikan pelukan hangat bagi namja mungil tersebut, selama beberapa hari ini jimin tidak bisa tidur nyenyak dan setiap malam ia akan menangis. Taehyung setia menemani jimin.

"Kau pasti bisa jim, tunggulah sebentar lagi"

"Hiks, ini benar-benar menyiksaku tae"

"Kau kuat jim, kau bukanlah orang yg lemah"

"Hiks tae... maafkan aku"

"Gwenchana, kau akan mendapatkan kebahagianmu"

"Hiks terima kasih tae"

Jimin terlelap dalam pelukan taehyung setelah puas menangis, hakim muda itu menggendong tubuh mungil jimin menuju kamar tempat jungmin tertidur pulas saat ini, taehyung meletakan tubuh jimin dengan lembut, setelahnya taehyung mematikan lampu kamar dan menutup pintu kamar tersebut.

"Ternyata melihat keadaanmu begini lebih menyakitkan jiminah"

"Sepertinya di dalam hatimu hanya ada jungkook"

"Apa kau begitu mencintainya??"

"Apa tak ada tempat lain di hatimu untukku?"

"Sepertinya aku benar-benar tak terlihat dimatamu jiminah"

Taehyung bermonolog dengan dirinya sendiri, ia berjalan menuju kamarnya untuk mengistirahatkan tubuh, hati serta fikirannya. Apa ia harus merebut jimin dari suaminya?? Atau apakah taehyung menyerahkan jimin begitu saja setelah apa yg di lakukan suaminya??

Taehyung memejamkan mata yg terasa sudah sangat berat, lebih baik pikirkan esok lagi. Udara dingin karena hujan deras yg terus mengguyur memberikan sensasi lebih dalam karena suasana yg tercipta.

Ting tong, ting tong, ting tong

Suara bel apartemen milik taehyung terus berbunyi, baru sekejab rasanya ia terhanyut di alam mimpi tapi suara memekan itu sangat mengganggu.

Taehyung membuka matanya malas, ia melirik jam dinding yg terpajang di kamarnya masih menunjukan pukul 01.30am, siapa yg berani mengusik kediamannya dini hari seperti sekarang.

Taehyung melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen, ia sangat kaget melihat jimin sudah mondar-mandir di depan pintu.

"Jimin?? Ada apa??"

"Tae.....itu jungkook"

"Mwo?? Jungkook??"

"Ndeee... jeball tae ia basah kuyup, ottokae??"

"Tenanglah jim, jangan panik"

"Aku tidak kuasa melihatnya begitu tae, darimana ia tahu alamatmu??"

"Jimin tenang, aku akan menemui kungkook,  kau tunggu di dalam saja, mengerti?"

Jimin mengangguk tanda setuju, ia masih memandangi wajah pucat jungkook dari baik pintu, rasa khawatir jimin begitu besar apalagi melihat keadaan suaminya yg begitu mengenaskan. Lagi dan lagi air mata jimin jatuh menetes. Taehyung segera keluar dari apartemennya lalu menutup pintu kembali memastikan agar jimin tidak mengikuti dari belakang

"Kau jungkook?"

"Mana istriku?? Kembalikan jimin!!"

"Jungkook-ssi kendalikan emosimu, jimin ada di dalam, dia baik-baik saja tanpamu, sebaiknya kau pulang saja tuan"

"Aku ingin jiminku, ku mohon"

"Sekarang kau baru sadar pentingnya jimin untukmu? Tapi kau terlambat jungkook-ssi. Jimin akan segera menikah denganku"

Bagai disambar petir, jungkook sangat terpukul mendengar ucapan pria gagah yg ada di hadapannya saat ini, jungkook menarik baju taehyung kasar siap untuk memukul wajah tampan tersebut.

"Kau tak akan pernah mendapatkan jimin dariku!!!"

"Berkacalah jungkook-ssi, ketika kau sadar betapa besarnya arti jimin bagimu maka silahkan datang kembali kesini untuk merebutnya dariku! Sekarang kau pulanglah tuan, kau terlihat sangat buruk dan perlu di kasihani"

Taehyung membalikan badan meninggalkan jungkook yg saat ini menahan amarah, ia tak memiliki kata-kata lagi untuk membalas perkataan taehyung. Jungkook pulang dengan tangan hampa dan air mata yg terus mengalir sepanjang perjalanan.

Bersambung

Gw baper anjir!!

QaraTanjung

avataravatar
Next chapter