10 Pisah

Budayakan Vote & Comment

Sorry For Typo

JANGAN DI HAYATI!!

240220

Hujan deras menghantam tubuh jungkook di bawah ribuan ritik hujan yg berguguran membasahi bumi, air matanya hilang bersamaan dengan air yg mengalir di pori-pori kulitnya, rintihan jungkook bahkan tertelan karena derasnya hujan.

Jimin meninggalkan Jungkook setelah pertengkeran hebat di dalam rumah mereka, awalnya karena pertengkaran kecil akibat kesalah pahaman tapi sekarang pertengkaran itu menjadi petaka.

Sebelumnya Yoongi dan Jimin duduk di ruang tengah sekedar menghibur diri untuk melepaskan penat karena seharian beraktifitas diluar rumah, jungmin sudah tertidur lelap. Jungkook sedang mandi di lantai atas jadi hanya ada kedua istri jungkook yg tersisa.

"Perutmu semakin besar Yoongi, apa masih sering keram?"

"Tidak jim biasa saja, hmm jimin bisa kah kau membantu ku berdiri"

"Kau mau kemana?"

"Ke kamar, aku ingin tidur saja"

"Baiklah, mari ku bantu"

"Jim... apa boleh jungkook tidur denganku malam ini?? Sejak aku tinggal disini jungkook tak pernah tidur denganku"

Yoongi memasang tampang melasnya seakan minta di kasihani, dengan berat hati jimin menganggukan kepalanya tanda setuju.

"Sekarang ke kamarlah, aku akan menyuruh jungkook turun"

Jimin membantu Yoongi berdiri dari tempat duduk dengan hati-hati, ia memapah Yoongi sampai kekamar.

"Ahh.. aduhh sakith jim"

"Wae?? Kau kenapa?? Apa yg sakit??"

"Kau mendorongku jim??"

"Mendorong apanya Yoongi??"

"Jika kau tak ingin membantuku hiks jangan coba mencelakaiku jim hiks, kau cemburu jika aku mengandung anak jungkook huh?"

Jimin menatap Yoongi dengan heran apa maksud perkataan Yoongi saat ini, padahal jimin sudah dengan sangat hati-hati memapah Yoongi ke kamar dan sekarang istri muda jungkook itu menangis tersedu

"Yoongi kenapa?? Jim?" Jungkook turun dari lantai atas mendapati kedua istrinya bersitegang

"Hiks kook-ah, jimin.. jimin mau mencelakaiku hiks" yoongi memeluk jungkook erat

"Yoongi drama apa yg kau mainkan??" Jimin menahan geram

"Jim jelaskan sekarang! Apa yg ku coba lakukan?? Jim aku mempercayaimu sayang, kenapa kau melakukan sesuatu sampai sejauh ini?!"

"Apa yg harus ku jelaskan?? Kenapa kau menuduhku kook??"

"Jimin mendorongku kook, aku hampir terjatuh"

"YOONGI!!"

"JANGAN BERTERIAK PARK JIMIN"

"apa?? Ku bilang apa?? PARK?? kau memanggil marga keluargaku??"

DUARRR!!!

Kilat petir menyambar langit malam yg penuh dengan ketegangan di dalam rumah keluarga Jeon, hati jimin terasa hancur berkeping-keping. Air mata namja mungil itu mulai berguguran.

"Jim.. aku.. aku" jungkook benar-benar habis akal

"Cu..cukup kook, ahh jebbal, aku tidak ingin menangis hiks tapi ini benar-benar menyakitkan. Aku anggap hiks ini adalah Final kook"

"Jim.. aku mohon, maaf sayang"

"Jangan menyesal kook-ah, ahh appo jeongmal, yoongi kau sekarang bahagia"

Jimin menaiki anak tangga dengan cepat, ia bergegas ke kamar untuk mengemas pakaianya siap angkat kaki dari rumah neraka tersebut.

Jungkook menghentikan kegiatan jimin dengan perasaan bersalah, apa yg dia ucapkan tadi hanya karena emosi sesaat

"Lepas kook!! Hiks, lepaskan kook-ahh.... aku  hiks membencimu"

"Jimin.. jimin... jimin jangan tinggalkan aku, aku.. aku mohon, aku salah jim" jungkook sangat panik dan air matanya menetes didetik berikutnya

"Terlambat kook, keputusanku sudah bulat. Kita pisah kook"

"Jangan sayang, jimin andwe" jungkook terus memegang lengan istrinya menahan agar jimin tak pergi

"Hiks, lepaskaaan!!!" Jimin meraih ponselnya yg tergeletak di nakas

*HakimKim→Calling

'Yeobseo?? Jimin?'

'Hiks, tae hiks bisakah kau menjemputku dan jungmin hiks sekarang?'

'Secepatnya, tunggu aku'

Telpon putus setelah pecakapan singkat jimin menghubungi taehyung, jungkook terus memohon agar jimin tidak meninggalkannya.

"Cukup sudah kau menyakati hatiku kook hiks, semoga kau bahagia dengan yoongi hiks"

"Jimin... kau hidupku sayang, jimin andwe jebball-eoh" jungkook menangis seperti anak kecil

"Ini surat cerai kook, akhirnya ku serahkan juga kepada mu"

Jimin keluar dari kamar menghentakan pegangan jungkook dengan keras, secepatnya ia berlari kekamar jungmin lalu membangunkam malaikat kecilnya itu.

"Hiks jungminahh, bangun nak. Kita harus pergi dari sini hiks"

"Eomma?? Wae??" Jungmin yg terbangun kaget melihat sang eomma

"Ayo sayang kita pergi hiks"

"Jiminaahhh... bukan pintunyaaaaaa!!"

"Appa kenapa eomma??" Jungmin ketakutan mendengar hantaman keras dari luar kamarnya

"Hiks, ayo ambil barangmu. Ki.. kita pergi hiks jebballl.."

Jungmin bangkit dari ranjang dan mengambil barang-barang di perlukan, jimin sudah mengepak semua pakaian sang anak.

"Jimin sayang!! Jebbal jangan begini, maafkan akuuuu"

Jimin membuka pintu kamar jungmin, ia menggandeng tangan mungil sang anak yg saat ini terlihat cemas, sebenarnya apa yg terjadi.

"Aahhh jiminaah... jebbal sayang jangan tinggalkan aku, jiminaahhh" jungkook bersujud di kaki jimin dan jungmin, ia memohon ampun atas apa yg di lakukannya tadi.

"Hiks aku kecewa paling dalam kepada mu kook, hiks aku masih kuat jika kau bentak hiks, tapi kau menyebut margaku hiks berarti aku bukan lagi JEON JIMIN!"

jimin mempercepat langkahnya keluar rumah, ia menatap yoongi yg saat ini ikut menangis karena takut, ia tidak menyangka jika keadaannya akan sejauh ini

"Kau sudah menyulut api yoongi..." jimin berlalu meninggalkan yoongi yg gemetar hebat.

Jungkook mengejar Jimin yg sudah berada di depan rumah, ia terus berteriak memanggil nama jimin dan juga jungmin.

Taehyung sudah memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah mewah tersebut, ia menunggu di depan mobil dengan berteduhkan payung berwarna bening.

Jimin berlari kearah mobil yg sudah terparkir itu, tubuhnya dan jungmin sudah basah kuyup karena hujan.

Taehyung sangat terkejut melihat keadaan jimin, ia memayungi jimin dan menggendong jungmin agar segera masuk ke mobil

"JIMINAHHH... ANDWEE!! JEBBAALLL SAYANG" jungkook meringkik di bawah derasnya hujan menatapi kepergian sang istri dengan pria yg tak di kenalnya, ia benar-benar pilu.

Jungkook menangis di bawah derasnya hujan tanpa memikirkan jika bumi dan langit menertawakannya saat ini, kisah rumah tangganya ternyata lebih menakutkan dari pada drama yg sering di lakoninya.

★★★★★★★

Taehyung menyuguhkan teh hangat untuk jimin dan segelas susu untuk jungmin, jimin masih terisak tiada henti, jungmin menatapi eommanya dengan sedih.

Mereka sudah di balut dengan selimut hangat, jungmin berada di pelukan eommanya yg saat ini badannya menggigil menahan sesak.

Taehyung mengusap pipi jimin yg terus di basahi air mata bening nan suci itu, taehyung ikut merasakan pilu yg dialami jimin.

"Jungmin sudah tertidur, aku akan menggendongnya kekamar" taehyung mengangkat tubuh jungmin untuk di pindahkan ke kamar setelahnya ia kembali ke ruang santai menemani jimin.

"Terima kasih tae hiks, aku tidak tahu harus kemana hiks"

"Tenangka dirimu jim, kau butuh pelukan??"

Jimin mengangguk, taehyung segera mendekatkan diri kepada jimin, ia membawa tubuh jimin yg bergetar kedalam pelukannya, jimin kembali menangis terisak-isak.

"Taehyungah.. hiks ahh appo tae hiks"

"Dadaku sakit sekali tae hiks"

"Hiks aku rasa ingin mati hiks"

"Rumah tanggaku hiks hancur sudah hiks"

"Aahh jebball  sakith sekaliii hiks"

Taehyung mengusap rambut halus jimin memberikan kekuatan untuk si mungil, ia tak banyak bicara lebih baik membiarkan jimin berteriak sampai sang empunya merasa legah.

"Ternyata suamimu aktor terkenal itu heum?"

"Mantan, aku hiks memberikan surat cerai hiks untuknya"

"Tenangkan dirimu jim"

Jimin masih betah memeluk tubuh taehyung, entah bagaimana perasaannya saat ini hanya sakit saja yg ada tanpa mendapatkan kebahagian sama sekali, entah sakit karena perlakuan Yoongi, atau karena perkataan jungkook atau mungkin sakit karena meninggalkan jungkook sendirian dalam kepedihan

Bodoh sekali kau jiminah, jungkook baru saja membuang mu tapi kau masih memikirkan kesedihan jungkook?? Kau harus mengasihani dirimu sendiri terlebih dahulu. Apa jungkook baik-baik saja?? Hanya itu yg di pikirkan jimin sekarang.

Hayo yg nangis angkat tangan??? :'(

Bersambung

Anjir mewekan, syalan

QaraTanjung

avataravatar
Next chapter