10 TERJEBAK HASRAT (1)

"Aku lega, akhirnya aku bisa pergi ke Singapura dengan tenang. Dan besok pagi kamu akan menikah." ucap Lucken dengan tersenyum.

"Apa kamu tidak ingin melihat saat aku menikah dengan kekasihmu?" tanya Ducan dengan memicingkan matanya.

"Untuk apa aku melihatnya? setelah kalian berdua menikah dan aku sudah sembuh aku pasti akan datang untuk menggantikan posisimu." ucap Lucken dengan tersenyum.

"Hem...aku akan menunggumu sampai waktu itu tiba." Ucap Ducan dengan suara berat.

"Sekarang, apa ada yang ingin kamu tanyakan?" tanyakan Lucken menatap penuh wajah Ducan.

Ducan menggelengkan kepalanya.

"Oke... kita kembali pulang saja. Kamu bisa melanjutkan kesenangan kamu." ucap Lucken sudah mengetahui kesenangan Ducan.

Melukis dan memancing adalah kesenangan Ducan sejak remaja.

Tanpa menjawab ucapan Lucken, Ducan bangun dari duduknya berjalan keluar ruangan di ikuti Lucken.

"Luck, aku tidak ikut denganmu. Aku mau pergi ke Club sebentar untuk mencari udara segar." Ucap Ducan merasa bosan tinggal di rumah.

"Oke Duc, sebaiknya kamu bawa saja mobilku biar aku meminta Sopir rumah menjemputku." ucap Lucken sambil memberikan kunci mobil pada Ducan.

"Tidak usah Luck, aku mau naik taksi saja." ucap Ducan menolak memakai mobil pribadi Lucken sedangkan mobilnya sendiri tidak pernah dia pakai sejak kematian Diana cinta pertamanya.

"Oke... hati-hati di jalan." ucap Lucken menatap Ducan menjauh pergi berjalan ke jalan raya dan masuk ke dalam taksi yang lewat.

Lucken menghela nafas panjang, kemudian masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba saja hatinya merasa rindu pada Alisha.

"Kenapa aku tiba-tiba ingin bertemu dengan Alisha? apa karena besok pagi akan pergi jadi aku merindukannya?" tanya Lucken dalam hati menyimpan sebuah perasaan pada Alisha.

"Sebaiknya aku kesana untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin melihat dan menyentuh wajahnya." ucap Lucken sambil memejamkan matanya sebentar membayangkan wajah cantik Alisha.

Setelah cukup lama membayangkan wajah Alisha, Lucken menjalankan mobilnya pergi ke rumah Alisha.

Tiba di rumah Alisha, Lucken menghentikan mobilnya dan bergegas keluar seraya mengambil bunga yang baru di belinya saat dalam perjalanan menuju ke rumah Alisha.

Dengan tersenyum, Lucken berjalan ke pintu rumah Alisha dan menekan bel rumah beberapa kali.

"Ceklek"

Lucken tersenyum saat melihat wajah Terry sahabat Alisha yang berpenampilan santai dan sangat cuek pada semua orang.

"Hei Terry? Apa Alisha ada di rumah?" tanya Lucken dengan sebuah senyuman.

"Alisha? Alisha baru saja pergi mengajak Diana ke temannya." ucap Terry tidak mengatakan pada Lucken kalau Alisha pergi ke Club menemui temannya untuk mencari keberadaan pria yang Alisha cintai untuk terakhir kalinya sebelum menikah besok dengan Lucken.

"Oh begitu? apa Alisha akan lama perginya?" tanya Lucken ingin menunggu Alisha sampai pulang.

"Aku rasa tidak, Alisha pergi hanya sebentar saja. Kenapa?" tanya Terry dengan tatapan penuh menyimpan sebuah perasaan pada Lucken.

"Aku ingin menunggu Alisha pulang, ada yang ingin aku bicarakan dengan Alisha tentang pernikahan besok." ucap Lucken dengan serius.

"Baiklah... masuklah." ucap Terry seraya membuka pintu lebar-lebar agar Lucken masuk ke dalam rumah.

Tanpa menjawab ucapan Terry, Lucken masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah.

"Duduklah Luck." ucap Terry seraya membereskan minuman beralkohol yang baru saja di minumnya.

Terry menyiapkan beberapa minuman beralkohol berniat menghabiskan waktunya bersama Alisha dengan mengadakan pesta lajang hanya berdua saja.

"Apa kalian akan merayakan pesta?" tanya Lucken saat melihat beberapa minuman beralkohol dan bermacam kue di atas meja.

"Benar, aku berencana mengadakan pesta lajang bersama Alisha sebelum dia menikah besok. Saat ini aku sedang menunggunya juga." ucap Terry sambil membereskan botol minuman untuk disimpannya kembali.

"Mau kamu bawa kemana minuman itu?" tanya Lucken berniat meminta sedikit minuman itu untuk menghangatkan badannya di suasana cuaca yang dingin.

"Aku mau membawanya ke dapur. Kenapa? apa kamu menginginkannya?" tanya Terry dengan tatapan dalam.

Lucken menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

"Kalau kamu tidak keberatan aku ingin merayakan pernikahanku besok dengan Alisha bersamamu. Apa kamu tidak keberatan?" tanya Lucken masih dengan sebuah senyumannya yang mempesona.

"Aku tidak keberatan." ucap Terry dengan singkat namun hatinya sangat bahagia bisa minum bersama dengan Lucken pria yang dia cintai.

"Terima kasih." ucap Lucken dengan tersenyum seraya menegakkan punggungnya.

"Sekarang bagaimana? permainan apa yang kita lakukan agar suasana kita tidak tegang?" tanya Lucken saat Terry duduk diam saja.

"Aku tidak tahu, terserah padamu saja." ucap Terry sambil meneguk minumannya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Sialan!! kenapa aku selalu gugup setiap di hadapan Lucken." ucap Terry dalam hati tidak menyalahkan Lucken kalau tidak meliriknya sama sekali. Karena di mata masyarakat umum dia sudah mempunyai seorang putri kecil bernama Diana.

Diana sebenarnya putrinya Alisha hasil dari hubungannya Alisha dengan pria dingin yang tidak dikenal Alisha saat bercinta di Bali.

Untuk menjaga karir Alisha agar tidak hancur Terry berkorban mengakui Diana sebagai putrinya dan merawat Diana bersama Alisha.

"Apa kamu melamun Terry? bagaimana kalau kita membuat sepuluh pertanyaan dan harus di jawab dengan jujur. Yang tidak bisa menjawabnya harus minum minuman ini sebanyak sepuluh gelas kecil ini." ucap Lucken dengan tersenyum.

"Siapa takut! lakukan saja." ucap Terry merasa tertantang.

"Oke... kita mulai. Aku bertanya dulu padamu dengan sepuluh pertanyaan. Siapa pria yang kamu cinta saat ini?" tanya Lucken dengan pertanyaan pertamanya.

Terry meneguk salivanya, bagaimana bisa dia menjawab jujur pertanyaan Lucken. Kalau dia mencintai Lucken.

Terry terdiam tanpa menjawab pertanyaan Lucken, Terry minum satu gelas minumannya.

Hingga sepuluh pertanyaan Lucken selanjutnya, Terry sama sekali tidak bisa menjawab semua pertanyaan Lucken.

Dengan kepala sedikit pusing Terry meneguk minumannya yang terakhir.

"Sekarang giliran kamu Terry, kamu bertanya apa padaku?" tanya Lucken hanya minum beberapa gelas untuk menghangatkan badannya.

Terry menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Aku tidak ingin bertanya apa-apa padamu Luck. Aku hanya meminta satu hal saja padamu. Maukah kamu bercinta denganku?" tanya Terry dengan tiba-tiba dan pertanyaan itu sangat membuat Lucken terkejut.

"Apa Terry? apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?" tanya Lucken dengan tatapan tak percaya.

"Aku mencintaimu Luck, tapi aku tahu kamu mencintai Alisha. Aku mau bercinta denganmu satu kali ini saja sebelum kamu menikah dengan Alisha. Kamu tidak perlu takut, aku sudah berpengalaman. Kita hanya bersenang-senang saja." ucap Terry di luar kesadarannya.

Lucken mengangkat wajahnya menatap wajah Terry dengan tatapan rumit.

"Apa kamu yakin kita melakukannya hanya untuk bersenang-senang saja?" tanya Lucken dengan serius apalagi Lucken tidak akan menikah dengan Alisha. Dan Terry juga tidak akan mungkin hamil karena dia pria mandul.

Terry menganggukkan kepalanya dengan pelan kemudian mendekati Lucken dan duduk di atas pangkuan Lucken.

Dengan cepat Lucken memegang pinggang Terry agar tidak terjatuh.

"Aku mencintaimu Luck." ucap Terry dengan suara berbisik kemudian mencium bibir Lucken dengan sangat lembut.

avataravatar
Next chapter