1 PANDANGAN PERTAMA

Alisha berjalan tergesa-gesa sambil membawa kameranya dan menggantungkannya di bahu kirinya.

"Alish! kenapa kamu harus membawa barang sebanyak ini?" tanya Terry sahabat dekat Alisha yang selalu menemani kemanapun Alisha pergi.

"Terry... kenapa kamu cerewet sekali? ayo cepat! kita harus ke sana tepat waktu." ucap Alisha sambil menggandeng tangan Terry menyeberang ke arah Hotel Gold Star di mana ada pagelaran lukisan bebas yang di hadiri banyak pelukis terkenal.

"Alish! jangan terlalu cepat jalannya. Aku kehabisan nafas." ucap Terry berhenti tepat di pintu masuk Hotel Gold Star.

"Terry, kamu harus tahu... waktu kita hanya tinggal satu hari di kota Bali ini. Besok pagi kita sudah harus pulang ke Jakarta. Jadi, kita harus mendapatkan lukisan yang bagus untuk kita bawa pulang." ucap Alisha dengan tatapan matanya yang indah.

"Baiklah, seperti katamu saja. Kita akan menghabiskan banyak waktu di acara gelar lukisan ini." ucap Terry mengikuti langkah-langkah panjang Alisha yang tinggi semampai.

"Ayo!" ucap Alisha meraih tangan Terry yang berjalan lambat seperti siput.

Tiba di pintu masuk aula Hotel Gold Star, Alisha melepas tangan Terry dan berjalan masuk ke dalam aula tanpa menghiraukan orang-orang di sekelilingnya selain menatap takjub lukisan-lukisan yang tergantung memenuhi dinding aula gedung Hotel Gold Star.

"Ya Tuhan, Terry!! indah sekali lukisan-lukisan ini!" ucap Alisha sambil menutup mulutnya berjalan kesana kemari melihat beberapa lukisan yang menurutnya begitu indah.

Karena terlalu bahagianya Alisha tidak menyadari jalannya hingga tubuhnya yang tinggi semampai menabrak seseorang.

"BRUKKK"

Wajah Alisha seketika pucat saat melihat seorang laki-laki dengan wajah dingin menatapnya dengan tatapan tajam.

Tanpa berkata apa-apa laki-laki itu mengambil peralatan melukisnya yang berserakan di lantai.

Saat sadar dari keterkejutannya Alisha mendekati laki-laki itu ikut membantu mengambil cat air dan kanvas yang belum sempat di ambil laki-laki itu.

"Jangan sentuh!!" ucap laki-laki itu dengan suara penuh tekanan sambil merampas kanvas yang ada di tangan Alisha.

Seketika itu juga Alisha mengangkat wajahnya dengan perasaan takut.

"Tolong maafkan aku, sungguh aku tidak sengaja." ucap Alisha sambil menjepit kedua daun telinganya menatap dalam kedua mata coklat di hadapannya.

Dengan wajah tampan yang tertutup sebagian jambang di rahang kerasnya, serta rambut hitam sedikit panjang dan ikal membuat penampilan laki-laki itu semakin cool dan macho.

"Tidak perlu meminta maaf, percuma saja! kamu sudah merusak lukisanku!" ucap laki-laki itu sambil membersihkan lukisan seorang wanita tua.

"Apa kamu tidak bisa memperbaikinya? atau aku harus menggantinya dengan sejumlah uang?" tanya Alisha dengan wajah panik.

Sesaat laki-laki itu terdiam kemudian bangun dari tempatnya.

"Ikut aku! kalau kamu mau menggantinya!" ucap laki-laki itu kemudian berjalan cepat dengan langkah kakinya yang panjang.

"Terry!! ayo ikut!" panggil Alisha sambil menarik tangan Terry berlari mengejar laki-laki yang telah bermasalah dengannya.

"Ohh, Nooo! Alish! kenapa kita harus mengejar laki-laki itu?" tanya Terry dengan tatapan bingung ikut berlari mengejar laki-laki yang tidak di kenal.

"Cukup! Terry! kamu diam saja." ucap Alisha sudah hampir mendekati laki-laki itu yang masuk ke dalam sebuah kamar yang besar dan sepi.

Alisha menghentikan langkahnya tepat saat laki-laki itu berbalik ke arahnya.

"Apa kamu sudah siap menggantikan lukisanku?" ucap laki-laki itu dengan suara beratnya.

"Katakan dulu apa yang harus aku lakukan untuk mengganti lukisanmu yang rusak itu?" ucap Alisha berdiri tegak agak jauh tepat di hadapan laki-laki itu.

"Minta temanmu untuk meninggalkan kamar ini." ucap laki-laki itu dengan tatapan tajam.

Alisha menoleh ke arah Terry dan memberi isyarat pada Terry untuk meninggalkan ruangan.

Mendapat tatapan dan isyarat dari Alisha, segera Terry keluar dari kamar dengan hati penuh tanda tanya.

"Temanku sudah pergi. Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Alisha dengan penasaran.

"Naiklah di tempat tidur, setelah itu baru aku katakan." ucap laki-laki itu kemudian mengambil beberapa bahan cat lukis juga kanvas yang cukup besar untuk melukis.

Dengan patuhnya Alisha naik ke atas tempat tidur dan menatap laki-laki itu dengan sebuah tanda tanya besar.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Alisha dengan kedua alisnya terangkat.

"Berbaringlah miring dengan menghadap ke arahku. Aku akan mengambil wajahmu untuk pengganti lukisanku yang sudah kamu rusak." ucap laki-laki itu tanpa tersenyum mengambil peralatan lukisnya.

Karena sudah tekadnya untuk mengganti lukisan yang rusak, Alisha mengikuti perintah laki-laki itu dengan berbaring miring.

Dengan profesinya sebagai foto model Alisha tidak ada kesulitan sama sekali berpose berbaring miring.

Tanpa ada pembicaraan laki-laki itu mulai melukis Alisha yang sangat cantik dengan tekstur tubuh yang indah.

Hampir satu jam Alisha bergeming di tempatnya dengan menghadap ke arah laki-laki yang berwajah tampan tapi begitu sangat dingin dengan tatapan mata coklatnya yang tajam.

Setelah beberapa saat, laki-laki itu meletakkan alat kuasnya kemudian mendekati Alisha.

"Apa kamu lelah?" tanya laki-laki itu sambil memberikan sebotol air mineral pada Alisha.

Alisha menggelengkan kepalanya seraya bangun dari tidurnya berniat turun dari tempat tidur namun kakinya tidak tepat saat menyampai lantai hingga Alisha terjatuh dalam pelukan laki-laki itu.

"Maaf." ucap Alisha menatap penuh kedua mata laki-laki itu dengan tatapan sangat dalam.

Sungguh tatapan mata coklat laki-laki itu menusuk dalam ke jantung Alisha hingga jantung Alisha berdegup sangat kencang.

Alisha merasa telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan laki-laki yang tengah memeluknya.

"Kamu suka sekali mengucapkan kata maaf, apa kamu tidak bosan?" tanya laki-laki itu berbisik pelan di telinga Alisha.

"Lalu aku harus bilang apa? aku selalu melakukan kecerobohan." ucap Alisha dengan kedua mata berkedip indah saat laki-laki itu mengangkat pinggangnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Aku menyukai wanita yang ceroboh." ucap laki-laki itu berniat menjauh namun Alisha menarik pinggang laki-laki itu hingga jatuh menindihnya.

"Namaku Alisha, siapa namamu?" tanya Alisha menatap penuh wajah laki-laki yang penuh dengan jambang di sekitar rahangnya.

"Apa arti sebuah nama? bagiku tidak penting. Kamu bisa memanggilku sesuka hatimu." ucap laki-laki itu dengan hembusan nafasnya menerpa wajah Alisha.

Alisha mengerjapkan matanya, saat wajah dingin itu semakin dekat dengan wajahnya. Dua bola mata coklat dengan alis tebal sedang menatap dirinya. Alisha memberanikan diri menyelipkan anak rambut yang menutup sebagian wajah pria itu, terlihat jelas bekas goresan luka kecil di atas dahinya menambah kejantanan wajah dingin yang begitu dekat dengan wajahnya.

Dengan cepat Alisha memejamkan matanya dan mengatur deburan keras jantungnya yang berdetak sangat kencang seolah-olah menarik dirinya ke dalam kubah hasrat yang tak tertahankan.

Dalam kesunyian laki-laki itu meraba kulit tubuhnya dengan kedua tangannya yang kokoh.

Alisha semakin tenggelam dalam deru nafas berat laki-laki yang sudah menindihnya dan melumat intens bibirnya tanpa berkesudahan. Aroma woody dari tubuh laki-laki itu menyeruak memasuki rongga dadanya hingga membuat Alisha semakin terlelap dalam gelombang hasrat yang tak tertahankan.

"Aku menginginkanmu, aku ingin menenggelamkanmu dalam hasratku." ucap laki-laki itu dengan desahan nafas berat seraya melepas semua pakaian Alisha.

avataravatar
Next chapter