18 MELUPAKAN SEMUA KENANGAN

Dengan langkah gontai dan perasaan sedih, Terry membuka pintu rumah dengan pelan berharap tidak membangunkan Alisha yang sedang tidur bersama Diana.

"Click"

Tiba-tiba lampu ruang tamu menyala, Terry melihat Alisha duduk di sofa sedang menatapnya dengan tatapan tak berkedip.

"Alisha??? kamu??" ucap Terry tidak tahu harus bicara apa saat melihat keberadaan Alisha di ruang tamu.

"Kenapa kamu terkejut Terry? kamu dari mana? aku mencarimu dari tadi? apa kamu tidak mendengar panggilanku?" tanya Alisha bangun dari duduknya dengan wajah kesal.

"Maafkan aku Alisha, tadi aku keluar sebentar mencari udara segar. Aku tidak bisa tidur dan aku juga tidak mau mengganggu tidurmu." ucap Terry dengan sebuah alasan yang terlintas begitu saja.

"Tidak bisa tidur? biasanya kamu tenggelam dengan minuman kalau tidak bisa tidur? apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku Terry?" tanya Alisha dengan tatapan serius.

"Aku benar-benar tidak bisa tidur Alisha. Dan aku juga tidak ingin minum. Aku berpikir, besok pagi kamu akan menikah kalau aku menghabiskan malamku dengan minuman, aku takut besok pagi aku tidak bisa bangun. Kami jangan pernah berpikir ada sesuatu yang aku sembunyikan darimu, sama sekali tidak ada. Kamu tahu siapa aku, untuk apa aku menyembunyikan sesuatu darimu." ucap Terry berusaha untuk tetap tenang menghadapi kecurigaan Alisha.

"Aku hanya merasa aneh saja Terry, beberapa hari terakhir ini sikapmu sangat begitu lain. Aku tidak mau kamu terlibat dalam suatu masalah yang bisa menyebabkan kamu dalam masalah besar Terry. Aku sangat mencemaskanmu." ucap Alisha sambil memegang kedua bahu Terry.

"Sudah aku katakan tidak ada sesuatu yang terjadi Alisha, aku baik-baik saja. Aku hanya memikirkan pernikahanmu, dan aku tidak tahu bagaimana kedepannya kita berdua setelah kamu menikah. Hanya itu saja yang menjadi kecemasanku." ucap Terry mencari alasan yang lebih tepat agar Alisha percaya.

"Ya ampun Terry!!! kenapa kamu memikirkan hal itu!! tentu saja kita akan selalu bersama. Walau nanti aku sudah menikah tidak ada yang bisa memisahkan kita bertiga." ucap Alisha seraya menangkup wajah Terry.

"Apakah itu berarti aku akan ikut denganmu kemanapun kamu pergi?? bahkan seandainya kalau kamu tinggal di rumah suamimu?" ucap Terry dengan tatapan penuh.

"Ya Terry!! tentu saja kamu dan Diana akan tinggal bersamaku. Walau nanti kita tinggal di rumah Lucken. Kamu sudah pasti tahu Terry, aku tidak mungkin jauh dari Diana dan kamu. Kalian berdua adalah hidupku." ucap Alisha dengan kedua matanya berkaca-kaca.

Terry menelan salivanya merasa bersalah pada Terry telah menyembunyikan apa yang telah dia lakukan dengan Lucken.

"Kamu juga hidupku Alisha. Aku bersyukur kamu tidak pernah berubah. Aku harap apa pun yang terjadi nanti kamu tidak akan pernah berubah. Tetap menyayangi aku." ucap Terry memeluk Alisha dengan perasaan bersalah.

"Aku berjanji padamu Terry, sampai kapan pun kita tidak akan pernah berpisah. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu dan aku akan selalu menyayangi kamu terutama Diana." ucap Alisha dengan sungguh-sungguh membalas pelukan Terry.

"Aku sudah lega mendengarnya, sebaiknya sekarang kita tidur. Ini sudah malam, besok kamu harus bangun pagi kan?" ucap Terry dengan tersenyum sedih sambil melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu malam.

Alisha menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

"Untung saja aku terbangun jadi tahu kamu tidak ada di rumah. Memang kamu kemana saja?" ucap Alisha sambil memeluk pinggang Terry masuk ke dalam kamar.

"Aku hanya duduk di cafe dan minum sedikit arak. Tapi kamu jangan cemas aku sama sekali tidak mabuk." ucap Terry dengan jawaban cepat.

"Baguslah kalau kamu sudah sadar kalau minuman keras itu tidak akan baik untuk kamu. Selain kamu bisa mabuk, bisa menghilangkan nyawa kamu juga." ucap Alisha dengan tatapan penuh perhatian.

"Kamu benar Alisha, sekarang kita tidur oke? dan kamu jangan bicara lagi, nanti kita tidak tidur-tidur." ucap Terry seraya menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

"Apa kamu mau tidur bersamaku malam ini?" tanya Alisha ingin berdua dengan Terry sahabat sejatinya yang tahu semua tentang semua permasalahannya.

"Tentu Alisha, mungkin malam ini malam terakhir kita bisa tidur bersama. Besok pagi kamu sudah menikah dan kamu pasti akan bersama suamimu." ucap Terry dengan tersenyum mengulurkan tangannya pada Alisha.

Dengan tersenyum Alisha menyambut uluran tangan Terry dan naik ke atas tempat tidur.

"Terry." panggil Alisha setelah berbaring di samping Terry dengan posisi sama-sama menatap langit-langit kamar.

Sekilas Terry menoleh ke arah Alisha.

"Ada apa?" tanya Terry kembali menatap ke atas langit-langit kamar di mana bayangan Lucken tampak ada di sana.

"Kamu tahu Terry, selama hidupku aku hanya berharap akan bisa bertemu dan menikah dengan pria dingin itu. Tapi pada kenyataannya takdirku tak bertemu juga dengannya. Seolah-olah dia benar-benar menghilang dari hidupku." ucap Alisha dengan suara hampir tak terdengar dan mata berkaca-kaca.

"Alisha, besok kamu sudah menikah dengan Lucken. Kenapa tidak kamu lupakan saja pria dinginmu itu. Kamu cukup fokus dengan suami kamu dan Diana. Kita harus bersyukur Diana akan punya Ayah seperti Lucken." ucap Terry tidak tahu harus mengatakan apa kalau pria yang akan di nikahi Alisha bukanlah Lucken tapi saudara kembar Lucken, Ducan yang punya masalah lalu kelam dan punya sakit mental kejiwaan.

"Kamu benar Terry, aku harus bisa melupakan pria dingin itu. Aku harus mencurahkan semua persalinan hanya pada Lucken. Aku akan menjadi istri yang baik dan mengabdi sepenuhnya padanya." ucap Alisha bertekad melupakan Ducan setelah menikah dengan Lucken.

"Syukurlah kalau kamu memutuskan hal itu. Kamu harus memulai hidup baru dengan suami dan putri kamu. Kamu harus bahagia dan karir kamu harus semakin bagus setelah menikah dengan Lucken." ucap Terry dengan perasaan bersalah.

Alisha menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum.

"Aku sedikit tenang setelah bicara denganmu, sekarang sebaiknya kita tidur. Good night Terry." ucap Alisha dengan suara pelan kemudian memejamkan matanya melepas semua beban yang ada di dalam hatinya.

Terry menghela nafas dalam menatap Alisha yang sudah tidur, bayangan Lucken semakin menari-nari di kelopak matanya.

"Seperti halnya Alisha yang akan melupakan cinta sejatinya. Aku juga harus melupakanmu Luck. Mulai saat ini aku akan memendam semua kenangan bersamamu." ucap Terry bertekad juga melupakan kenangan indah saat bersama Lucken.

****

Di kamar Ducan....

"Ternyata selama ini cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Alisha wanita yang aku cintai selama ini hanya mencintai Lucken saudaraku. Aku yang pernah ada di masa lalunya, hanyalah sebuah kenangan usang yang tidak berarti apa-apa. Aku membencimu Alisha, aku membencimu!! kamu harus membayar penderitaanku selama ini!" ucap Ducan sambil meremas rambutnya merasakan rasa sakit yang luar biasa di dalam hatinya mengetahui Alisha sangat mencintai Lucken.

avataravatar
Next chapter