1 Chapter 1 ( Kemarahan )

Para pengawal tampak ketakutan dengan kemarahan tuannya, mereka tampak menunduk.

Pria itu mengepalkan tangannya dan mendekati para pengawal itu.

"Kalian benar-benar bodoh!" teriak Pria itu.

Suaranya sangat lantang bagaikan petir yang menyambar pohon.

"Pergi dari sini, aku muak melihat kalian!" teriak Pria itu.

Para pengawal pun pergi meninggalkan tuannya.

"Mereka benar-benar sangat bodoh!" teriak Pria itu.

Pria itu pun pergi dengan sangat marah.

Di sisi lain...

Seorang gadis berusia 21 tahun sedang membersihkan taman ditemani oleh para pelayan.

"Nyonya. Anda tidak lelah?" tanya Pelayan.

"Tentu saja tidak, Laila. Sejak kecil aku suka sekali berkebun," balas Gadis itu.

"Apa anda haus?" tanya Pelayan.

"Aku tidak haus. Laila," balas Gadis itu.

"Ayo Laila. Kita lanjutkan tanam bibit apelnya." Gadis itu mencangkul tanah dan menanamkan bibit apel.

Para pelayan hanya geleng-geleng kepala melihat istri seorang CEO terkenal dan terkaya mencangkul tanah.

Dari kejauhan pria itu sedang memperhatikan istrinya.

"Dasar gadis bodoh!" umpat Pria itu.

Pria itu pun pergi.

***

Gadis itu dan pelayan pribadinya telah selesai berkebun.

"Akhirnya selesai juga ya, Laila. Aku haus," ujar Gadis itu.

"Saya akan buatkan jus," ujar Laila.

Laila pun pergi meninggalkan istri dari tuannya sendirian, tanpa gadis itu sadari ada tiga orang pria yang sedang mengawasinya.

"Taman ini sangat indah. Seandainya saja ada banyak bunga-bunga pasti akan lebih indah," ujar Gadis itu.

Tanpa gadis itu sadari, salah satu pria yang bersembunyi itu mendekatinya secara diam-diam.

"Nyonya, kami pergi dulu ya,".

Kelima pelayan itu pun pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

"Malang sekali nasibmu istri yang tidak dianggap dan tidak diperdulikan oleh suaminya sendiri,".

Pria misterius itu pun mendekati gadis dihadapannya dan mulai melancarkan aksinya dengan menyuntikkan obat pada leher gadis itu.

Pria misterius itu menggendong tubuh gadis yang tidak sadarkan diri itu lalu membawanya pergi dengan sangat jauh.

***

Beberapa menit kemudian Laila datang dengan membawakan segelas jus lemon.

"Nyonya ini jusnya," ujar Laila.

Laila sangat terkejut karena nyonyanya tidak ada ditempat.

"Nyonya pergi kemana?" tanya Laila dengan nada panik.

"Aku harus mencari nyonya," lanjut Laila.

Laila pun pergi untuk mencari istri dari tuannya.

***

Laila sudah mencari nyonyanya kemana-mana namun hasilnya nihil, ia sangat takut dan cemas.

"Aku harus menanyakan soal ini pada lima pelayan itu," ujar Laila.

Laila pun pergi.

***

Laila menatap lima pelayan yang sedang tertawa dan bercanda.

"Sella, Lia ...," ujar Laila.

"Ya, Laila. Ada apa?" tanya Sella dan Lia.

"Kalian liat nyonya tidak?" tanya Laila.

"Bukankah nyonya ada di taman tadi," balas Sella dan Lia.

"Nyonya tidak ada di taman," ujar Laila.

"Apa!" teriak Sena.

"Ya, Sena. Nyonya tidak ada di taman," ujar Laila.

"Apaan sih, Sena. Jangan lebay deh," omel Kania.

"Bagus dong kalau nyonya hilang. Aku lebih suka nona Citra yang menjadi istri dari tuan Leon," ujar Ria.

"Benar kata, Ria. Aku juga suka kalau nona Citra yang jadi istri tuan," ujar Kania.

"Jangan lupa, kalau nona Citra telah mengkhianati tuan Leon," ujar Sena.

"Sudahlah, Sena. Sebaiknya kita berempat berpencar untuk mencari nyonya," ujar Laila.

"Kau benar," ujar Sena, Lia, dan Sella.

Laila, Sena, Lia, dan Sella pun pergi untuk mencari istri dari tuannya.

"Akhirnya hilang juga istrinya tuan Leon," ujar Ria.

"Kau benar, Ria. Semoga saja tidak ditemukan," ujar Kania.

Ria dan Kania pun pergi.

***

~ Ruang Kerja ~

Pria itu tampak sedang sibuk memeriksa berkas-berkas pekerjaannya. Jari-jarinya tidak pernah berhenti mengetik di komputernya. Saat sedang fokus bekerja tiba-tiba pintu ruangan diketuk.

"Sialan!" umpat Pria itu.

Pria itu menghela nafas panjang.

"Masuk!" teriak Pria itu.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan masuk Ria dan Kania.

"Maap menganggu waktunya. Tuan," ujar Ria dan Kania.

"Katakan, ada keperluan apa datang keruanganku?" tanya Pria itu.

"Kami ingin mengantarkan makan siang untuk anda dan kami ingin mengatakan kabar buruk juga," balas Ria dan Kania.

"Makanan itu taruh di sana saja dan katakan apa kabar buruknya?" tanya Pria itu.

"Tuan. Nyonya telah kabur," balas Ria dan Kania bersamaan.

"Apa!" teriak Pria itu.

Pria itu mengepalkan tangannya, istrinya telah berani bermain-main dengannya dengan cara kabur dari Mansion.

"Pergi dari sini!" teriak Pria itu.

Ria dan Kania pun pergi mereka tersenyum licik.

"Kurang ajar!" teriak Pria itu.

Pria itu melemparkan semua barang yang ada dihadapannya.

"Berani sekali kau kabur dariku, Syafa!" teriak Pria itu.

Pria itu pun mengambil ponselnya lalu pergi ke halaman Mansion.

"Aku tidak akan segan-segan membunuhmu. Jika kau berhasil ditemukan," batinnya.

***

Pria itu telah sampai di halaman, ia membuka pintu mobil dan pergi mencari istrinya.

Kania dan Ria merasa senang, mereka tertawa terbahak-bahak karena berhasil membuat tuannya marah kepada sang istri.

"Rencana kita berhasil," ujar Ria.

"Tuan pasti akan membunuh istrinya jika berhasil ditemukan," ujar Kania.

"Kita harus membantu nona Citra kembali pada tuan," ujar Ria.

"Benar, aku sudah tidak sabar," ujar Kania.

Ria dan Kania pun memutuskan untuk pergi saat melihat Laila, Sena, Lia, dan Sella menuju ke arahnya.

"Kemana lagi kita harus cari nyonya," ujar Sena, Lia, dan Sella.

Mereka berempat tampak cemas karena nyonya kesayangannya hilang.

"Laila. Apa tuan sudah tahu jika nyonya hilang?" tanya Sena, Lia, dan Sella.

"Tuan selalu mengabaikan istrinya. Jadi tidak mungkin ia akan perduli," balas Laila.

Sena, Lia, dan Sella terdiam.

***

Di sisi lain...

~ Gudang ~

Syafa terbaring lemah dilantai yang dingin, dengan kaki dan tangan yang terikat. Tak lama kemudian pintu gudang terbuka, lalu muncul tiga pria bertubuh kekar.

Ketiga pria itu melihat Syafa dengan tatapan kelaparan.

"Gadis itu sepertinya masih suci," ujar Pria berkepala botak.

"Benar. Dia masih suci," ujar Pria rambut gondrong.

"Bagaimana kalau kita menyentuhnya," ujar Pria bertato bulan.

Tiba-tiba datanglah bos mereka bertiga yang mengenakan jas formal berwarna coklat. Ia memakai topeng putih untuk menyamarkan wajahnya.

"Apa yang ingin kalian lakukan pada gadisku!" teriak Pria itu.

Ketiga pria itu pun terkejut.

"Kenapa kalian terkejut?" tanya Pria itu.

Pria itu mendekati Syafa dan tersenyum.

"Sayang kamu lelah ya terikat seperti ini terus?" tanya Pria itu.

Pria itu mengusap lembut kening Syafa dan tersenyum.

"Kalian bertiga pergilah. Aku yang akan menjaga gadisku sendiri," ujar Pria itu.

Ketiga pria itu pun pergi meninggalkan atasannya bersama gadis yang paling ia cintai.

***

"Kau tahu aku sangat sayang pada dirimu," ujar Pria itu, "Kamu sudah seperti adikku sendiri,".

Pria itu membuka ikatan tali yang mengikat tangan dan kaki adiknya.

"Kita akan pergi ke tempat yang layak untukmu," ujar Pria itu.

Pria itu pun pergi bersama dengan Syafa.

avataravatar
Next chapter