18 Tempat Sampah

"Oh shit!!" Tak pernah Felicia sangka bahwa Kaisar meninggalkan banyak sekali tanda cinta di tubuhnya. Dan Felicia dengan percaya diri melangkahkan kaki sampai ke apartemen Jessca. Pantas saja semua mata menatapnya saat di dalam lift tadi. Mereka pasti mengira Felicia melewatkan malam yang begitu indah dan panas. Padahal sumpah! Gadis ini bahkan tak mengingat apa pun selain kesedihannya.

"Weits, jangan bilang akhirnya cewek kolot kayak elo takluk sama Reyhan!" Jessca tersenyum miring menggoda sahabatnya. Wajahnya terlihat sumringah, soalnya setelah sekian purnama akhirnya si nona cupu bisa juga merasakan indahnya seks.

"Hiks ... hiks ...." Tapi yang ada Felicia justru tergugu. Wajahnya mahsyegul dan tangisan pun pecah. Jessca terpaksa menutup telinganya yang berdengung-dengung karena suara tangisan Felicia jauh lebih kencang dari sirine pemadam kebakaran.

"Ihh ... kok malah nangis sih??" Jessca memeluk Felicia dan menyuruh sahabatnya masuk ke dalam apartemennya.

"Bunuh aja gue, Jess." Felicia ngelantur karena depresi dengan kebodohannya. Hanya gara-gara luapan emosi sesaat hidupnya yang sempurna hancur dalam waktu satu malam.

"Iya, bentar gue ambil pisau dulu kalau gitu." Jessca melepaskan pelukannya.

"Buat apa?"

"Katanya suru bunuh elo!"

"Lucknut lu!! Benci gue sama elu."

"Trus ngapain cari gue kalau benci?"

"Hiks ... hiks ... soalnya cuma elo tong sampah yang enggak pernah bocor." Felicia memeluk Jessca lagi. Gadis itu hanya bisa memutar bola matanya kesel karena dibilang tong sampah. "Kalau gitu elo sampahnya, ya."

"Iih ... Jessca!!!!" hardik Felicia, bukannya di elus-elus atau di puk puk di punggung biar tenang malah bercanda mulu.

"Cerita deh, gue siap jadi tong sampah elo. Asal cepet, gue masih harus kuliah, kerja, dan ketemuan sama Jungkook." Yang terakhir boong sih.

"Gue tidur sama Kaisar."

"Hmm .... " hening sesaat, otak Jessca yang lemot lagi loading, sayangnya lola jadi Felicia kudu nunggu tiga menitan sampai akhirnya gadis berpotongan bob itu berteriak "APAAAA??!!!"

"Gue tidur sama Kaisar. Hiks … gue mabuk dan … dan … gue tau … tau sudah ada di sampingnya pagi ini. Terus …" Felicia terisak-isak.

"Gue nggak paham, Cia!! Masuk gih, elo cerita dari awal." Jessca menggandeng Felicia masuk ke dalam apartemennya yang …

"Jorok banget sih?? Kapan elo terakhir bersih-bersih??" Felicia langsung kehilangan nafsu untuk sedih.

"Pagi gue kuliah, sore kerja di kedai kopi, malem gue nge-dance di club. Lo pikir gue anak orang kaya kayak elo yang tinggal buka telapak tangan aja dapet duit?!" Jessca memunguti pakaian yang bertebaran dan melemparkannya ke dalam keranjang cucian. Setelah papanya meninggal, hidup Jessca menjadi kacau. Ia harus bertahan hidup sendiri sebatang kara.

"Ngapain ambil job banyak-banyak? Elu hidup cuma sendiri, Jess! Nggak sehat tahu bergadang terus!" Felicia menegur sahabatnya.

"Hlah maling teriak maling. Elo pikir elo kagak gila kerja apa?" Jessca terkekeh, "lagian kalau gue nggak kerja keras bagai kuda lumping, (sampai makan beling), gue nggak bakalan bisa bayar cicilan mobil, sewa apartemen, makan, sama nyalon. Gue juga gak bisa ngisi tabungan yang sengaja gue sisihin buat ketemu Jungkook."

Felicia merasa iba juga, ia bekerja hanya untuk memuaskan dirinya yang memang perfecsionis dalam segala hal, sedangkan Jessca bekerja untuk hidup. Felicia menjadi semakin merasa bersalah juga pada Reyhan. Mungkin Reyhan benar, Felicia bukanlah wanita yang tepat untuk menjadi ibu rumah tangga. Ia masih hanya peduli pada dirinya sendiri.

"Kok malah jadi gue yang curhat, sih? Elo jadi cerita nggak?" Jessca melipat tangan di depan dada.

"Jadi …."

Felicia menceritakan semuanya pada Jessca. Mulai dari saat Reyhan memutuskannya sampai ketahuan selingkuh dengan adik Felicia sendiri. Lalu tak lama Felicia yang terbakar api amarah meredakannya dengan meminum wine. Tanpa sadar ia melaju ke arah rumah Reyhan yang kebetulan dijaga oleh Kaisar. Dan terjadilah malam pertama Felicia.

"Wah, daebak!! Gimana rasanya tidur sama cowok badboy kayak dia, Cia?" Jessca bergeleng-geleng dengan keberuntungan Felicia. Padahal dia rela ditiduri sama Kaisar.

"Gue nggak inget. Serius, gue sama sekali enggak inget!" Felicia mendengus kesal, ia sungguh ingin memaki dirinya sendiri yang mudah sekali mabuk. Well, satu botol juga banyak kales Cia!

"Serius?? Elo nggak inget sama sekali??" Jessca hampir tertawa kasihan namun kembali membekap mulutnya karena mata Felicia melotot ke arahnya.

"Malam pertama yang seharusnya gue impi-impikan jadi malam paling romantis buyar sudah." Felicia menjambak rambutnya yang panjang dengan kasar.

"Tapi serius elo yang minta duluan? Bukan Kaisar yang kurang ajar sama elo?" tanya Jessca.

"Wait, lo bener, harusnya ponsel gue terhubung ke CCTV. Awas aja kalau dia ternyata yang perkosa gue pas gue mabuk. Gue bakalan penjarain tuh kuli bangunan." Felicia mengambil ponselnya.

Keduanya langsung bergegas melihat ke arah ponsel. Mata Felicia melotot tak ayal dia melihat sendiri ke arah layar yang menunjukan adegan panas hubungannya dengan Kaisar semalam. Sungguh, Felicia sendiri yang memintanya, bagaikan gadis binal ia berjalan mendekati Kaisar sembari menanggalkan satu persatu pakaiannya.

"Fuck!!" Felicia langsung menutup ponselnya. Antara malu dan juga kesal. Felicia memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Pemandangan yang syur, sungguh sangat memalukan.

"Kok di tutup, gue mau lihat! Kayak apa body Kaisar!! Burung dia sebesar apa, Cia? Mau nyicip juga!" Jessca tertawa menggoda Felicia, ia berusaha merebut ponselnya namun Felicia dengan cepat menghapus file di CCTV sebelum dilihat oleh siapa pun.

"Kayaknya gue mau pingsan, Jess!! Gue beneran hancur sehancur-hancurnya." Felicia mengetok-ketok jidatnya dengan ponsel beberapa kali karena pusing. "Gue hancur gara-gara diri gue sendiri."

"Nggak, akar permasalahannya ada di adik lo yang ganjen itu." Jessca meloncat duduk di samping Felicia.

"Terus gue harus gimana? Reyhan udah jatuh dalam pelukan Fiona." Air mata Felicia kembali menetes.

"Balas donk, selesaiin masalah lo. Adik lo emang kudu dileletin sambel tuh selangkangannya. Mau gue bantu?" Jessca ikutan geram.

"Memang bakalan merubah keadaan? Gue tetep saja bakalan kehilangan Reyhan. Kami batal nikah. Dan … kalau mereka tahu gue tidur sama Kaisar, mereka pasti tertawa mencemooh gue, Jess." Felicia menangis sesunggukan, Jessca bergegas memeluk sahabatnya dan ikut prihatin. Pelik juga.

"Terus gimana?"

"Gue nggak mau pulang, gue malas lihat muka Fiona yang pasti tersenyum penuh kemenangan."

"Lo boleh kok tinggal di sini, asal bantuin gue bersih-bersih rumah tiap hari."

"Sahabat tengik!" lirik Felicia.

"Tapi mau sampai kapan lo menghindar, Cia?"

Felicia menundukkan kepalanya, Jessca benar, mau sampai kapan menghindar?? Fiona adalah keluarga, setiap hari mereka pasti akan bertemu.

"Ah, hidup gue sial banget sih??" Felicia menjambak rambutnya.

—*****—

avataravatar
Next chapter