24 Kepikiran Terus

Kaisar memarkirkan motor besarnya di depan sebuah vet, tempat Gadis di rawat. Anjing besar berwarna putih jenis alaska malamut itu terkena radang lambung karena stress. Kaisar mau tak mau membawanya ke dokter hewan karena Gadis terus muntah dan lemas.

"Halo, Girl. Infus mu sudah selesai? Ayo kita pulang." Kaisar memasukkan anjing besar itu pada animal cage dan mengikatnya di jog belakang motor.

"Auhg ... nguk." Gadis tampaknya ingin protes karena kandang plastik untuk membawanya berpergian itu terlalu sempit. Tubuhnya yang besar tak bisa bergerak dengan leluasa dan hanya bisa tiduran dengan kaki tertekuk. Sungguh penyiksaan terhadap hewan! Gadis akan melaporkan majikan tampannya ke shelter hewan terdekat.

"Padahal dulu masih muat. Huff ... kamu cepat sekali tumbuh besar, heh?? Makanya jangan gendut-gendut, repot kan kalau mau pergi." Kaisar mengelus kepala Gadis dengan gemas. Ia mengusik-usik kepala anjing kesayangannya itu sampai kusut. Gadis sangat imut saat masih kecil, perasaan dulu hanya sebesar botol air mineral satu literan, kenapa sekarang jadi sebesar galon sih?!

"Nguik." Gadis tiduran, kali ini ia akan memaafkan Kaisar karena elusannya sangat nyaman. Gadis berguling-guling di dalam kandang sempit itu dengan manja.

"Hehe ... anak baik. Gara-gara dirimu ada yang salah sangka hari ini." Kaisar terkikih saat teringat kejadian dengan Felicia siang tadi. Sialan, dia bilang Kaisar badboy punya anak dan istri tapi masih mencari wanita lain. Setelah menuduh dan menghakimi orang sembarangan dia lantas menangis sesunggukan bak orang gila.

"Kenapa wajahnya saat menangis cantik sekali? Aku jadi memikirkannya 'kan?" Kaisar mendengus panjang dibarengi dengan senyuman manis.

"Ayo kita pulang, Girl. Aku bisa gila karena terus membayangkan wajahnya." Kaisar mengikat kandang Gadis di atas motor sebelum melesat pulang.

—****—

Felicia bergegas membuka pintu apartemen dan melemparkan barang belanjaannya ke atas sofa. Jessca sedang asyik bermain ponselnya kebingungan saat melihat wajah kuyu sahabatnya.

"Ngapain mata lo jendol sampai kaya ikan mas koki? Lo nangis lagi?" Jessca tak habis pikir, sesedih itukah putus cinta?? Perasaan B aja saat ia putus dengan barisan para mantannya dulu.

"Iya, gue nangis. Dan elo tahu nggak gue nangis di depan siapa?" Felicia membanting tubuhnya di atas sofa, dekat dengan Jessca yang baru saja pulang dari kampus.

"Siapa?" Jessca cuek, ia sibuk mengedit foto di media sosial biar kelihatan semakin cetar.

"Kaisar." Felicia menghela napas.

"Kok bisa??" Jessca langsung melempar ponselnya dan pasang telinga. "Lo janjian ketemu sama dia?"

Felicia menggelengkan kepalanya dengan lemas. "Kita ketemu di supermarket! Bodoh banget nggak sih gue, Jess?? Bisa-bisanya gue curhat sampai nangis-nangis di depan dia?! Ya ampun, sumpah gue malu banget!! Gue pengen sembunyiin muka gue. Tapi di mana?"

"Di pantat gue mau?" celetukan Jessca bikin Felicia nambah kesel.

"Njir!! Dasar kacang beruntung!!(lucknut)"

"Gimana ceritanya?? Kok bisa sih elo ketemu lagi sama Kaisar?? Gila, jangan-jangan kalian beneran jodoh!!"

"Jodoh dari mana?! Dia itu sudah punya anak sama istrii!! Gue lihat dia beli bubur bayi buat anaknya!!" Felicia melotot galak ke arah Jescca. Sahabatnya ini tak tahu betapa malunya Felicia dan bagaimana cepatnya jantungnya meloncat saat melihat banyaknya bekas luka yang Felicia tinggalkan untuk Kaisar. Felicia tak bisa melupakannya, ia terus memikirkan percintaan panas mereka semalam padahal Kaisar sudah beristri.

"Serius?? Gila!! Sinetron banget sumpah!! Judulnya : Kekasihku adalah Suamimu!!" Ledek Jessca cekikikan.

"Lo jangan bikin gue nambah kesel donk!" Felicia mengobrak-abrik rambutnya dengan kasar lantaran malu dan kesal bercampur baur menjadi satu.

"Gue boleh ketawa nggak?"

"Awas gue sumpahin kena azab kalau elo ketawa!" Felicia melemparkan semua barang belajaan isi kantong belanja karena kesal.

"Ngapain lo beli sempak??" Jessca kaget, barang yang dilempar Felicia adalah sempak ukuran XXL. Jessca tertawa terbahak-bahak saat menjereng celana dalam pria itu di depan wajahnya. Super besar oii ....! Seberapa besarnya burung yang bakalan di bungkus pake sempak ini?!

"Gue udah kayak maling-maling di kartun Jepang belom?" Jessca memakai sempaknya di atas kepala sebagai topi. Felicia tertawa, lupa dengan kesedihannya. Emang beginilah nasib punya sahabat bobrok. Tak ada kata sedih, hidup akan terus berlanjut dengan penuh canda tawa.

"Elo kayak ultraman kehabisan batre!!" Cicit Felicia, wajahnya merah karena terus tertawa.

"Pahlawan bertopeng!! HAHAHA!!" Jessca menirukan gaya ultraman saat menang setelah menyerang monster. "Lo kagak usah sedih, Cia.  Lo lihat aja ultraman, semua masalah itu pasti ada batas kadaluarsanya. Buktinya dia kalau ngelawan monster dan kehabisan tenaga sampai bunyi 'ting tong ting tong' dia pasti mengumpulkan tenaga dan bangkit lalu akhirnya pasti menang."

"Well ... elo bener, Jess. Gue juga nggak akan hancur kalau pisah dari Reyhan. Justru gue harusnya ngebuktiin ke Reyhan kalau dia salah karena buang wanita sebaik gue!" Felicia melihat cincin berlian di jari manisnya, cincin pemberian Reyhan saat mereka bertunangan.

"Besok gue kembaliin cincin ini." Felicia melepaskan cincinnya. Emas putih dengan berlian besar di tengahnya.

"Buat gue aja, Cia. Sayang ..."

"Enak aja!" Felicia mendorong wajah Jessca menjauhkan mata ijonya dari cincin berlian berharga ratusan juta itu.

"Besok gue bakalan lempar cincin ini tepat di mukanya!! Tunggu gue, Reyhan!!!" jerit Felicia ala sinetron!

"Mending elo pake sempak ini dulu!" Sembari terkekeh Jessca memakaikan sempak di atas kepala Felicia dan terbahak-bahak.

—******—

avataravatar
Next chapter