17 Alkohol Sialan

Matahari terbit di ufuk timur, cahaya kuning keemasan mulai merambah masuk ke dalam rumah menembus kaca jendela secara langsung —karena gordennya hancur oleh tarikan Felicia semalam.

Felicia dan Kaisar tidur dengan posisi saling memunggungi beralaskan gorden lilac. Mereka kelelahan setelah semalaman bercinta bak orang kesetanan. Entah berapa kali mereka meluapkan nafsu semalam, yang pasti tubuh mereka lelah dan kaki Felicia sudah keram karena menahan hentakan tubuh Kaisar terus menerus.

"Silau, jam berapa sih??" gumam Felicia sembari mengeryitkan kening. Matanya sipit-sipit masih mencoba beradaptasi dengan cahaya menyilaukan dari sang mentari.

Tangan Felicia menggerayang ke depan mencari ponsel, tak ada. Lalu menggerayang ke belakang, tak ada juga, yang ada dia menyentuh bokong Kaisar. Empuk, hangat, dan sedikit licin karena keringat. Masih dengan keadaan setengah sadar, Felicia meremas lagi bokong Kaisar, ingin memastikan benda apa itu??

[Kok kenyal sih? Benda apa sih ini? Squeezy?] pikir Felicia mengarah ke mainan anak-anak. Tangan rampingnya meremas semakin keras.

"Ugh ... paan sih?" Lengguhan pelan seorang pria membuat Felicia mengedipkan matanya beberapa kali. Dengan gerakan patah-patah bak robot dengan baut karatan, Felicia memutar tubuhnya.

[Ya, Tuhan siapa ya??] batin Felicia syok.

Mata Felicia membulat saat ia melihat tubuh telanjang Kaisar dari belakang. Mata serigala —tatto milik Kaisar— menatapnya balik, sontak aja Felicia ingin menjerit, namun ia membekap mulutnya sendiri dan menelan kembali jeritannya itu.

[Shit … shit … shit … apa yang gue lakui di sini?? Kenapa gue ada di rumah ini?? Dengan pria ini??] pikiran Felicia langsung kacau bak balonku ada lima meletus satu tinggal empat.

Dengan gerakan spontan Felicia terduduk. Felicia menelan ludahnya saat menatap ke bawah selimut gorden, tubuhnya telanjang bulat! Dan di gorden alas mereka bercinta ada bercak darah. Felicia langsung memejamkn mata dan menggigit bibir bagian bawah. Apa yang semalam dia lakukan dengan pria ini?

[Fuck! Gue bahkan tidak ingat apa pun selain meminum sebotol wine di dalam taxi!]

Felicia berusaha memutar otaknya, ia menggali ingatan yang tersimpan rapat-rapat di alam bawah sadarnya. Kenapa dia bisa telanjang berduaan dengan kuli bangunan ini? Di rumah Reyhan lagi???

[Gila!! Alkohol sialan!!! Mati gue!! Keperawanan gue ilang!! Yang gue jaga baik-baik sampai Reyhan putusin gue hilang di ambil sama kuli bangungan!] Felicia tak tahu harus bilang apa? Dia pasti mabuk dan menghampir Kaisar. Argh!!! Hancur sudah impiannya memberikan selaput dara pada suami tercintanya kelak.

Felicia menggaruk kepalanya dengan kasar. Ia bergegas mengenakan kembali pakaiannya dan ingin lekas pergi dari tempat itu sebelum Kaisar bangun.

Kesalahan, benar, yang mereka lakukan adalah kesalahan besar.

Saat Felicia hendak menaikkan resleting roknya, tangan Kaisar mencekal tangannya.

"Cia, lo udah bangun?" Kaisar bangun, sentuhan membuat Felicia merasa geli sekaligus merinding. Perutnya berdesir-desir hebat saat melihat tubuh telanjang Kaisar dari jarak sedekat ini. Tubuh atletis dengan roti sobek dan banyak tato.

"Pa … pake baju lo!!" Perintah Felicia sembari memutar tubuh. Wajah gadis itu merah sampai ke telinganya. Malu sekali karena tak sengaja melihat si Dumbo yang mengkerut karena hawa pagi yang dingin.

Kaisar mengusap tengkuknya dan memakai pakaian. Felicia hanya bisa pasrah saat ia harus menghadapi Kaisar. Bagaimana pun juga mereka sudah sama-sama dewasa, masalah ini pun harus diselesaikan dengan cara dewasa.

"Sory!" tukas Felicia.

Kaisar yang baru selesai menaikan resletingnya langsung mengangkat kepala penuh tanda tanya. Tatapan menyelidik itu membuat hati Felicia semakin tak karu-karuan. Hal yang mereka lakukan semalam tak seharusnya terjadi.

"Atas apa?" tanya Kaisar.

"Anggep aja nggak pernah terjadi apa pun pada kita! Semalem gue bener-bener mabuk dan gue nggak ingat apa pun. So … gue nggak akan nuntut elo! Jadi lebih baik lo lupain aja apa yang terjadi semalam!" Felicia menyahut tasnya.

"Apa? Lupain??" Kaisar menaikkan sebelah alisnya? Serius suru lupain?? Bukankah biasanya cewek akan menangis histeris dan meminta pertanggung jawaban atas seks pertama mereka. Tapi Felicia malah meminta Kaisar untuk melupakannya.

"Benar!! Tak ada apa pun yang terjadi pada kita semalam!" tegas Felicia.

"Elo serius?" Kaisar menunjuk noda darah di gorden lilac, Felicia terlihat tak bisa menyembunyikan penyesalannya. Tapi sekejap kemudian gadis itu kembali teguh pada pendiriannya.

"Pokoknya lupain!! Toh gue juga nggak ingat apa pun! Kemarin gue terlalu mabuk! Gue yang salah!!" Felicia menggulung gorden dan membuangnya ke tong sampah.

Gadis itu pun pergi tanpa menunggu jawaban Kaisar. Kaisar sontak langsung mengerjar Felicia. Rasanya aneh, mereka semalaman penuh mendesah penuh kenikmatan, saling menjamah dan memberikan kepuasan. Dan pagi ini Felicia ingin meminta agar mereka saling melupakan hal indah itu dan tak saling mengenal?? Yang benar saja!!

"Woi, kita bicara dulu!" Kaisar mencekal pergelangan tangan Felicia yang sudah mencegat sebuah Taxi.

"Nggak ada yang perlu kita bicarain, Kai. Gue nggak mau kenal sama lo lagi. Dan jangan coba-coba meres gue!! Gue nggak sudi pacaran sama kuli bangunan." Felicia merasa risi, dan juga kecewa. Entah mengapa dari jutaan pria di dunia ini dia justru menghabiskan malam pertamanya dengan seorang kuli bangunan.

Tampan sih, tapi Kuli bangunan. Oh Geez, apa kata dunia? Apa kata ayahnya? Apa kata Fiona? Dan apa kata Reyhan?? Mereka pasti akan tertawa terpingkal-pingkal saat mendengarnya. Bayangkan saja, saat bersama Reyhan yang seorang pengusaha tajir saja ia mati-matian mempertahankan kesucian dirinya, lalu setelah putus, ia mengobral keperawanannya pada pria sekelas KULI BANGUNAN!

"What??" Kaisar menggeram marah. Apa hubungannya dengan status pekerjaan? Jangan bilang Felicia malu dengan statusnya?

"Pergi!! Gue nggak mau lihat muka lo lagi!!" Felicia mendorong tubuh kekar Kaisar dan masuk ke dalam Taxi. Air matanya menetes turun dengan deras. Teringat wajah Kaisar yang langsung kecewa saat Felicia menyebut-nyebut pekerjaannya dengan kasar.

[Ya Tuhan, apa aku sudah keterlaluan?] Felicia mengusap wajahnya, emosi, kecewa, sakit hati, bingung, dan penyesalan membuatnya tak bisa berpikir logis.

Rasanya ingin menangis dan menumpahkan semuanya. Felicia harus mencari tempat sampah untuk curhat.

"Kemana Neng?"

"Ke Apartemen S, Pak."

Dan, begitu sampai di depan kamar nomor 1405. "Ngapain pagi-pagi dateng ke rumah gue, Nyet?? Elo kesambet apa?? Eh … wait, leher lo ngapain merah-merah gitu??!" Jessca menunjuk leher Felicia yang penuh dengan cupang.

"Oh, shit!!"

—******—

avataravatar
Next chapter