40 Aku Punya Kakak Ipar

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Tidak hanya pria itu, kali ini Xia Baizhi juga yang duluan menyatakan perang kepadanya. Kalau tidak menerima undangan ini, ia kelihatannya akan dianggap sangat mudah untuk disiksa.

Ya, ini adalah momen yang paling bagus untuk membalas sepasang kekasih seperti mereka. Setidaknya, semua orang akan tahu bahwa Su Xiaoqing dan Lin Qianyi itu bukan orang sembarangan yang mudah dirundung.

Setelah menunggu beberapa lama, kedua orang yang berpenampilan sangat cantik ini pun masuk ke dalam taksi dan segera duduk di kursi penumpang. Mereka pun sudah siap berangkat menuju pesta pertunangan Xia Baizhi

Di sisi lain....

Tepatnya di Hotel Hai Cheng yang merupakan salah satu hotel berbintang lima dan mewah.

Lantai dua di hotel Hai Cheng, tampak cukup ramai. Ya, di sana sedang diadakan acara pertunangan yang sangat mewah serta berbagai orang berdatangan untuk memberi ucapan selamat kepada sepasang kekasih yang akan menikah tersebut.

Di salah satu sudut pada acara itu, terlihat dua pria yang sangat tampan sedang duduk di sofa. Pria itu tidak hanya berpenampilan tampan, tetapi juga memiliki karisma.

"Di Yanfeng, ini adalah masalah penting seperti yang kamu katakan?" Ucap seorang pria yang rambutnya tampak rapi dan berbadan kekar. Penampilannya yang maskulin itu sesuai dengan bentuk wajahnya yang kelihatan sangat garang sedang berbicara dengan teman baiknya.

Di Yanfeng tersenyum melihat tatapan garang dari pria itu.

"Uhuk... uhuk, kamu lihat disini begitu banyak pria tampan dan perempuan cantik. Apa tipe perempuan yang kamu suka? Apa ada yang tidak kamu suka? Bagaimanapun tidak ada masalah bagiku, yang penting disini juga banyak pria yang lumayan tampan."

Di Yanfeng memberikan senyuman yang sangat memikat, tatapannya menyapu ke arah pria dan perempuan yang hadir di pesta itu. Mereka pun memberikan tatapan yang menantang.

"Kelihatannya kamu sangat santai, apakah mau berjudi denganku sekali?" 

Setelah bertanya demikian, pria itu mengeluarkan aura yang menakutkan. Ia mengepal erat tangannya dan menatap Di Yanfeng.

Melihat tatapannya tampak tidak senang, Di Yanfeng pun berusaha menenangkannya, "Aduh Ding Yang, tenanglah... Kamu bisa tidak jangan terlalu membosankan…," 

Di Yanfeng pun menambahkan, "Hey Din Yang, hampir setiap hari kamu selalu berlatih tinju. Apa kamu tidak memiliki kegiatan yang lain? Ya…, seperti berpacaran. Hidup itu sangat indah dan kamu jangan pernah buang-buang waktu untuk hal yang pendek itu."

Tangan Di Yanfeng meletakan gelasnya, satu tangannya diletakkan ke pundak pria itu dan berbicara lagi.

Saat berbicara, ia pun menyinggung tentang kekasih, "Teman, mau aku bantu untuk berkenalan dengan beberapa orang di sini?"

Sudut mulut Ding Yang mencibir dan menatapnya dengan tajam. Ia tidak seharusnya percaya dengan Di Yanfeng!

Sebelum ini, ia telah terjebak dengan berbagai masalah yang dibuat oleh Di Yanfeng. Jadi, mengapa ia kali ini masih mau masuk ke jebakan ini?!!

Ding Yang kembali merasa menyesal sekarang! Ia ingin sekali mencekik Di Yanfeng sampai mati! Setidaknya, ia hanya perlu memberikan nyawanya kepada Bosnya!

Wajah Di Yanfeng pun diarahkan ke wajah Ding Yang yang semakin suram. Ia merasa suasana yang dibawa temannya ini tidak terlalu baik dan dengan cepat mengganti topik pembicaraan.

"Sebenarnya, hari ini aku ada hal yang sangat penting." 

Sambil mendengarkan, Ding Yang pun mengambil segelas sampanye dan meminumnya sampai gelasnya kosong. Ia dengan dingin menjawabnya hanya  satu kata, "Katakan!"

"Aku datang untuk…."

Di Yanfeng barusan ingin mengatakan bahwa dirinya datang untuk bertemu dengan seorang perempuan. Lalu ada satu orang yang dipikirkannya baru memasuki pintu utama aula tempat acara ini berlangsung.

Perkataan Di Yanfeng hanya mengatakan hanya setengah, sedangkan setengahnya masih tertahan di tenggorokan.

Ding Yang tidak sabaran menunggunya untuk melanjutkan perkataannya. Ia pun ikut melihat ke arah tempat yang dilihat Di Yanfeng. Ya, pandangannya sampai pada pintu utama aula hotel ini.

Pemandangan di sana hanya terlihat dua perempuan yang salah satunya bergaun merah dan lainnya menggunakan gaun berwarna hitam. Selain penampilan mereka yang mampu menarik perhatian tamu pria dan perempuan di sini, ia merasa tidak ada yang spesial dari kedua perempuan itu.

Ding Yang mengerutkan kening lalu menendang kaki Di Yanfeng, "Kamu kenal dengan mereka?"

"Oh!"

Di Yanfeng menggosok kaki yang ditendang itu lalu berkata, "Woi! Kita ini sebenarnya teman atau musuh? Apakah perlu sampai harus begitu keras?!"

Ding Yang memberikan tatapan yang dingin dan berkata, "Kalau tidak mengatakannya, aku akan membuat kamu patah tulang."

Mulut Di Yanfeng mencibir mendengarkan ancaman yang sadis itu.

Di Yanfeng melihat ke perempuan dengan gaun panjang merah itu. Lalu, dengan anggun mengambil gelas sampanye dan minum seteguk.

"Aku memiliki kakak ipar."

Satu kalimat tiba-tiba keluar dari mulut Di Yanfeng.

"Apa!!!?"

Wajah Ding Yang langsung menoleh ke arah Di Yanfeng, tetapi memikirkannya yang suka berbohong membuat wajah Ding Yang langsung curiga.

avataravatar