2 USTADZ YUSUF HANAFI

"Selamat malam, kalian berdua cepat turun ke bawa. Dan kamu! dengan berpakaian seperti ini? melakukan hal seperti ini? sungguh memalukan!" ucap petugas razia bernama Purna dengan tatapan menghina.

"Astaghfirullah, semoga orang ini bisa mengendalikan lidahnya." ucap Yusuf dalam hati sambil menatap penuh wajah Purna yang berdiri di depannya.

"Ayo!! cepat turun!! tunggu apa lagi!" ucap Purna dengan wajah garang.

Yusuf menatap wajah pucat Inayah.

"Pakailah syalku ini untuk kerudung agar menutupi wajahmu dan tetaplah berada di belakangku." ucap Yusuf dengan tenang berjalan keluar mengikuti Purna yang berjalan di depannya.

"Hei kamu, cepat kamu ke sini dan duduk! aku yang akan menanganimu!" ucap Purna terlihat begitu membenci Yusuf dan Inayah.

Tanpa bicara Yusuf duduk dan menuruti apa kata Purna.

"Inayah, duduklah." ucap Yusuf pada Inayah yang masih berdiri di sampingnya.

Dengan gugup Inayah duduk di samping Yusuf. Walau wajahnya sebagian tertutup oleh syal Yusuf tetap saja Inayah menundukkan wajahnya.

Yusuf menatap ke sekeliling ruangan yang begitu ramai dengan para pasangan penghuni penginapan yang terkena razia.

"Siapa nama kamu?" tanya Purna dengan suara tegas pada Yusuf.

"Yusuf Hanafi Zailani Muchtar." ucap Yusuf dengan tenang.

"Nama begitu bagus tapi tidak sesuai dengan kelakuannya!" gumam Purna kemudian menatap Inayah.

"Dan kamu! siapa nama kamu!!" bentak Purna pada Inayah.

Seketika Inayah terlonjak kaget sambil memegang dadanya.

"Inayah Fatimah Saharah." ucap Inayah dengan suara tersendat.

"Hem... sekarang cepat tunjukkan kartu tanda penduduk kalian!" ucap Purna setelah mencatat nama Yusuf dan Inayah.

Segera Yusuf mengeluarkan kartu tanda penduduknya, kemudian menatap Inayah agar segera memberikan kartu tanda penduduknya.

Inayah membalas tatapan Yusuf dan menggelengkan kepalanya dengan kedua matanya berkaca-kaca.

Yusuf menghela nafas panjang sudah bisa membayangkan masalah besar apa yang akan menimpanya saat ini.

Purna mengangkat sudut bibirnya dengan tatapan penuh hinaan.

"Jadi kamu tidak mempunyai kartu tanda penduduk kamu? kamu tahu artinya hal itu! apa kamu wanita panggilan!!" ucap Purna dengan suara keras hingga membuat salah satu petugas razia lainnya datang menghampirinya.

"Ada apa Purna? kenapa kamu berteriak terus dari tadi? apa kamu tidak bisa tenang menghadapi mereka?" tanya Taufik atasan Purna.

"Maaf Pak Taufik, sikap mereka berdua membuatku kesal. Seolah-olah mereka tidak merasa bersalah sama sekali." ucap Purna memberi alasan agar atasannya tidak marah padanya.

Taufik menatap wajah Yusuf dan Inayah secara bergantian.

"Siapa nama mereka?" tanya Taufik berdiri di samping Purna.

"Dia Yusuf Hanafi Zailani Muchtar, dan wanita itu Inayah Fatimah Saharah." ucap Purna dengan tegas.

Taufik mengkerutkan keningnya mendengar Purna menyebutkan nama lengkapnya Yusuf terutama nama Zailani Muchtar yang tidak asing di telinganya. Zailani Muchtar adalah seorang Kyai yang cukup terkenal di kota A.

"Saudara Yusuf, kalau boleh bertanya apa anda orang baru di sini?" tanya Taufik dengan serius.

Yusuf menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Benar Pak, aku baru datang tadi malam di kota ini. Karena hujan deras aku mencari tempat untuk bermalam dan kebetulan hanya tempat ini yang aku lihat." ucap Yusuf menegakkan punggungnya saat Taufik lebih bijaksana dalam menghadapinya.

"Ada keperluan apa anda datang ke kota ini?" tanya Taufik lagi memastikan pemikirannya.

"Aku mau menemui temanku Ustadz Ridwan Syakieb. Aku sudah mengirim pesan padanya saat aku sampai di kota ini, tapi dia belum membalasnya. Mungkin Ustadz Ridwan sudah tidur." ucap Yusuf dengan sambil melihat ke arah Purna yang menatapnya tak percaya.

"Maaf Pak Taufik, apa bapak percaya begitu saja percaya dengan orang ini? jelas-jelas orang ini berduaan di dalam kamar!" ucap Purna dengan perasaan kesal melihat sikap atasannya yang tidak tegas sama sekali.

"Diamlah dulu Purna, sepertinya kamu tidak tahu siapa yang kamu hadapi." ucap Taufik sangat mengenal Ustadz Ridwan Syakieb yang cukup terkenal di kota M.

"Saudara Yusuf, apa kamu bisa menghubungi Ustadz Ridwan Syakieb sekarang?" ucap Taufik menatap penuh wajah Yusuf.

"Insyaallah bisa, semoga Ustadz Ridwan sudah bangun dari tidurnya." ucap Yusuf mengambil ponselnya sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua malam.

Dengan tenang Yusuf menghubungi Ridwan Syakieb di hadapan Taufik dan Purna. Sedangkan Inayah hanya duduk diam dengan sejuta pertanyaan di hatinya.

"Assalamualaikum. Ustadz Ridwan." sapa Yusuf menyalakan speaker ponselnya saat Ridwan menerima panggilannya.

"Waalaikumsallam Ustadz Yusuf, maafkan aku. Aku baru membuka ponselku saat ada panggilanmu. Ustadz sekarang ada di mana? biar aku jemput." ucap Ridwan merasa bersalah tidak mengetahui pesan yang di kirim Yusuf.

"Aku ada di sebuah penginapan dekat dengan stasiun kereta api. Aku tidak tahu penginapan apa. Apa Ustadz ke sini untuk menjemputku?" tanya Yusuf semakin tenang mendengar Ridwan akan datang untuk menjemputnya.

Setelah bicara secukupnya dengan Ridwan, Yusuf menutup panggilannya.

Taufik mengambil nafas panjang, apa yang di pikirkannya ternyata benar. Yusuf adalah anak semata wayang Kyai Zailani Muchtar. Dan Ustadz Ridwan adalah Ustadz terkenal yang mempunyai sebuah pondok pesantren Al-Ikhlas di kotanya.

"Purna, aku rasa kamu harus minta maaf pada Ustadz Yusuf. Ustadz Yusuf adalah putra Kyai Zailani Muchtar di kota A dan beliau juga sahabat Ustadz Ridwan pemilik pondok pesantren Al-Ikhlas di kota ini." ucap Taufik memperjelas pemikirannya pada Purna.

Seketika wajah Purna menjadi merah padam menahan malu setelah mendengar apa yang dikatakan atasannya. Sedangkan Inayah semakin menundukkan wajahnya tidak berani mengangkat wajahnya sedikitpun untuk menatap wajah Yusuf yang benar-benar seorang Ustadz.

"Ustadz Yusuf, tolong maafkan aku. Aku tidak bermaksud demikian. Aku hanya menjalankan tugas saja." ucap Purna membela diri.

"Melakukan Tugas itu sangat baik. Tapi, akan lebih baik saat kita bicara tidak menyakiti perasaan orang lain. Entah orang itu bersalah atau tidak." ucap Yusuf menyesali tindakan Purna padanya juga pada Inayah.

Purna menganggukkan kepalanya dengan perasaan malu.

"Ustadz Yusuf, kalau boleh tahu apa anda datang ke penginapan ini sendirian atau dengan wanita ini? apa anda mengenal wanita ini?" tanya Taufik sambil melihat Inayah yang sejak tadi menundukkan wajahnya.

Mendapat pertanyaan dari Taufik tentang Inayah, seketika Yusuf menatap Inayah yang masih menundukkan wajahnya.

"Dia Inayah, calon istriku." ucap Yusuf dengan tenang namun sangat mengejutkan bagi Taufik dan Purna, terutama Inayah.

Inayah mengangkat wajahnya menatap penuh wajah Yusuf dengan tatapan tak mengerti.

"Jadi beliau adalah calon istri Ustadz?" tanya Purna dengan wajah merah padam semakin malu dengan semua yang di katanya pada Inayah.

Yusuf menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

"Tolong maafkan aku Ustadz, sungguh aku telah berbuat salah pada anda berdua." ucap Purna menggenggam tangan Yusuf dan menciumnya.

"Tidak perlu seperti ini Pak Purna. Aku sudah memaafkanmu." ucap Yusuf dengan tersenyum.

"Assalamualaikum." tiba-tiba terdengar suara berat dari seorang laki-laki tampan dengan berpakaian jubah dan memakai surban di kepalanya.

avataravatar
Next chapter