1 RAZIA MALAM

Yusuf berjalan cepat di tengah derasnya hujan di sebuah kota M yang baru di pijaknya.

Dengan pikiran masih bingung Yusuf masuk ke dalam sebuah penginapan yang terlihat sepi.

"Assalamualaikum, permisi apa aku bisa menyewa kamar malam ini?" tanya Yusuf dengan wajah dan tubuh basah karena kehujanan.

Kening pemilik penginapan mengkerut saat melihat penampilan Yusuf yang berbeda dengan penghuni lainnya.

Yusuf mempunyai wajah tampan bersih dan berpenampilan rapi dengan kemeja koko modern yang melekat di badannya. Begitu jelas memperlihatkan kalau Yusuf adalah seorang muslim yang taat.

"Apa anda yakin menginap di penginapan ini?" tanya Pemilik penginapan dengan wajah terkejutnya.

Yusuf menganggukkan kepalanya dengan tenang.

"Apa anda bukan orang sini?" tanya Pemilik penginapan itu lagi memastikan kehadiran Yusuf bukan salah tempat.

"Kebetulan aku baru tiba di kota M ini. Apa aku bisa menginap satu malam saja di sini? Di luar masih hujan deras, apalagi sekarang sudah malam. Aku tidak tahu harus ke mana lagi selain ke sini." ucap Yusuf dengan tatapan penuh harap karena di luar masih hujan deras di sertai angin besar.

Untuk sesaat Pemilik penginapan itu terdiam dan berpikir keras untuk menerima Yusuf di penginapannya.

"Baiklah, untuk malam ini saja anda bisa menginap di sini." ucap Pemilik penginapan akhirnya menerima Yusuf untuk menginap semalam saja.

"Terima kasih banyak Pak. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu ini. Jadi, berapa aku harus membayar untuk menginap satu malam saja?" tanya Yusuf dengan serius.

"Apa anda menginap di kamar biasa atau yang istimewa?" tanya Pemilik penginapan dengan penuh keraguan.

"Berikan saja fasilitas yang nyaman dari penginapan ini. Aku lebih suka dengan ketenangan." ucap Yusuf dengan tersenyum.

"Aku mengerti, tapi... aku ingin memastikan lagi. Apa anda benar-benar yakin menginap di penginapan ini? Apa anda tahu ini penginapan untuk..." Pemilik penginapan itu tidak meneruskan ucapannya saat Yusuf tersenyum penuh arti.

"Di manapun kita berpijak, tidak akan membuat hati kita berubah dan menjadi kotor karenanya." ucap Yusuf dengan sebuah kata yang mempunyai makna.

Dalam hati Yusuf hanya satu kepercayaan yang di milikinya. Pada setiap langkahnya, ada kebaikan yang harus di lakukannya.

"Baiklah... kalau Anda menginginkannya. Ini kunci kamar istimewa anda. Anda bisa naik tangga ke lantai dua, kamar anda berada paling ujung." ucap Pemilik penginapan tidak mau berdebat dengan seorang yang berpenampilan seperti Ustadz.

"Alhamdulillah. Terima kasih." ucap Yusuf seraya menerima kunci kamar dari pemilik penginapan.

Yusuf berjalan tenang menuju ke kamarnya. Dan memang benar, saat masuk ke dalam kamarnya suasana kamarnya begitu sepi dan itu membuat Yusuf bisa beristirahat dengan tenang.

"Semoga aku bisa istirahat dengan tenang malam ini." ucap Yusuf dalam hati seraya mengambil pakaian bersih untuk mandi sekaligus berganti pakaian.

Setelah membersihkan badannya dan berganti pakaian bersih, Yusuf duduk di sofa sambil mengeluarkan ponselnya berniat memberitahu temannya yang mempunyai sebuah pondok pesantren yang cukup terkenal di kota M.

"Tok...Tok...Tok"

Yusuf mengurungkan niatnya saat mendengar pintu kamarnya terketuk.

"Siapa malam-malam begini datang ke sini?" tanya Yusuf dalam hati sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Masih dengan tanda tanya Yusuf membuka pintu kamarnya.

Kening Yusuf mengkerut saat melihat wajah wanita muda di hadapannya, namun Yusuf bisa menguasainya dengan cepat. Tapi tidak dengan Inayah wanita muda itu, kedua matanya tak berkedip saat melihat wajah Yusuf dengan seluruh penampilannya.

"Permisi... selamat malam." sapa Inayah dengan gugup.

"Ya...ada apa?" sahut Yusuf baru sadar dengan penampilan Inayah yang berdiri di hadapannya dengan memakai pakaian pendek berwarna merah dengan sedikit belahan di dadanya.

Inayah masih berdiri di hadapan Yusuf dengan membawa sebuah nampan yang berisi secangkir teh panas dan dua pisang goreng.

"Apa aku boleh masuk? aku mengantar minuman hangat dan pisang goreng untuk anda." ucap Inayah tanpa melepas pandangannya dari wajah Yusuf.

"Masuklah." ucap Yusuf berusaha tetap tenang dalam situasi apapun.

Dengan langkah kaki sedikit gemetar Inayah meletakkan nampannya di atas meja kemudian berdiri tak bergerak di tempatnya.

Yusuf mengangkat wajahnya dan menatap Inayah dengan heran karena Inayah tidak beranjak dari tempatnya.

"Em... terima kasih atas teh hangatnya. Kenapa kamu masih ada di sini?" ucap Yusuf tidak tahu harus bertanya atau tidak dengan kedatangannya malam-malam dengan membawa teh hangat dan pisang goreng.

"Aku tidak bisa pergi sebelum tugasku selesai melayani anda." ucap Inayah dengan wajah tertunduk.

Yusuf terdiam sesaat memikirkan apa yang di katakan Inayah.

"Sebentar, aku baru mengerti dengan maksud semua ini sekarang." ucap Yusuf baru sadar dengan maksud pemilik penginapan memberinya pilihan kamar biasa atau kamar istimewa.

"Apa anda sekarang sudah mengerti dengan maksud kedatanganku ke sini?" tanya wanita muda itu masih dengan tatapan tak percaya bisa bertemu dengan laki-laki yang selalu datang dalam mimpinya sejak tiga bulan terakhir.

Yusuf menganggukkan kepalanya, kemudian mengambil selimut dan memberikannya pada wanita muda itu.

"Pakailah...untuk menutupi dirimu dari mata jahat." ucap Yusuf dengan tersenyum.

Dengan wajah memerah dan perasaan malu wanita muda itu menutupi tubuhnya yang terlihat dengan selimut yang di beri Yusuf laki-laki dewasa yang selalu di rindukannya dalam mimpi.

"Kenapa anda bisa di sini? tempat ini tidak pantas untuk anda." ucap wanita muda setelah bisa menguasai hati dan perasaannya.

"Aku baru tiba di kota ini, tadi hujan begitu deras dan aku membutuhkan tempat untuk bermalam. Dan hanya tempat ini yang ku temukan." ucap Yusuf dengan tenang seraya mengingat wajah yang tidak asing di hadapannya.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengganggu anda. Tapi ini sudah menjadi tugasku untuk menemani dan melayani tamu yang tinggal di kamar istimewa." ucap wanita itu dengan suara pelan.

"Siapa namamu?" tanya Yusuf tidak pernah membedakan semua manusia yang di kenalnya.

"Inayah." ucap Inayah semakin gugup dengan sikap Yusuf yang menghargainya walau sudah tahu siapa dirinya.

"Inayah." ucap Yusuf dalam hati merasa tidak asing juga dengan sebuah nama Inayah.

Untuk sesaat Yusuf dan Inayah terdiam tenggelam dalam pikirannya masing-masing hingga terdengar suara keras dari luar.

"Cepat keluar!! kita merazia tempat ini!!" teriak seseorang dari luar dengan suara yang sangat tegas.

Yusuf dan Inayah saling berpandangan, wajah Inayah terlihat pucat saat mendengar kata-kata RAZIA.

"Kamu tenang, biar aku yang membukanya." ucap Yusuf berusaha tetap tenang walau kejadian ini baru dia alami pertama kali selama hidupnya.

"Selamat malam, kalian berdua cepat turun ke bawa. Dan kamu! dengan berpakaian seperti ini? bisa melakukan hal seperti ini? sungguh memalukan!" ucap petugas razia dengan tatapan menghina.

avataravatar
Next chapter