9 BERUSAHA BERTAHAN

Inayah menangis tak berhenti di dalam kamar sambil memeluk syal milik Yusuf. Tidak ada yang bisa di lakukan Inayah selain menangis dan menyesali apa yang terjadi pada dirinya.

Masih dengan perasaan sedih, Inayah bangun dari duduknya berjalan ke laci mejanya mengambil jarum dan benang untuk menjahit syal milik Yusuf yang robek terbagi menjadi dua.

Dengan penuh perasaan dan kesedihan hati yang mendalam Inayah menjahit syal milik Yusuf.

"Aku hanya bisa menjahit syal ini agar aku bisa memakainya. Tapi bagaimana aku bisa memakainya kalau Tante Salimah sudah melarangku. Aku harus bagaimana? apa aku lari saja dari tempat ini?" tanya Inayah berpikir keras menentukan jalan hidupnya sendiri.

Berkali-kali Inayah mengambil nafas panjang melepas semua beban dalam hatinya, namun tetap saja hatinya merasa sedih dan terluka.

"Kalau aku pergi dari tempat ini, aku harus pergi ke mana? aku tidak bisa melakukan hal apapun kecuali memasak." ucap Inayah masih berpikir ke mana dia harus pergi.

"Ustadz Yusuf, katakan padaku? aku harus pergi kemana? bukankah Ustadz mengatakan aku adalah calon istri Ustadz? lalu kenapa Ustadz tidak membawaku pergi dari sini? sekarang apa yang harus aku lakukan tanpa ada Ustadz di sini?" tanya Inayah bertanya pada syal milik Yusuf yang sudah selesai di jahit.

"Percuma saja aku bertanya pada syal ini, tentu saja syal ini tidak bisa menjawabku. Dan Ustadz Yusuf juga pasti sudah melupakan aku? bodoh kamu Nayah! tentu saja Ustadz Yusuf tidak akan mengingatmu! memang kamu siapa? kamu bukan wanita baik-baik! bagaimana kamu bisa menjadi wanitanya Ustadz Yusuf! apalagi bermimpi menjadi calon istrinya!" ucap Inayah berbicara dengan dirinya sendiri.

"Aaahhh!! kenapa denganku ini? bagaimana aku bisa melupakan Ustadz Yusuf? sebelumnya aku masih baik-baik saja, dan aku masih bisa melalui ini semua. Dan sekarang, kenapa aku jadi lemah?" teriak Inayah dalam hati, dengan dua sisi pribadinya yang bicara dan saling bertarung.

"Inayah, kamu harus menghentikan semua ini. Kamu harus mengingat semua apa yang di katakan Ustadz Yusuf padamu. Kamu harus bisa mengerti semua makna ucapan Ustadz Yusuf dan kamu harus mempercayai semua itu Inayah. Dengarkan suara cintamu Inayah? kamu sangat merindukan Ustadz Yusuf kan? maka dengarlah suara cintamu itu." ucap Inayah dengan sisi pribadinya yang baik.

Inayah meremas syal milik Yusuf dengan sangat erat, dengan penuh perasaan rindu Inayah memeluk dan menciumi syal milik Yusuf.

"Ustadz Yusuf, datanglah... bawalah aku pergi. Aku mohon... datanglah walau hanya sekejap saja." ucap Inayah dengan suara lirih semakin memeluk erat syal milik Yusuf.

"Tok...Tok...Tok"

Terdengar suara pintu terketuk dengan sangat keras.

"Inayah!!! cepat keluar! ada tugas untukmu!" tiba-tiba terdengar suara Darno berteriak dari luar rumah.

Seketika wajah Inayah menjadi pucat dan ketakutan. Bagaimana dia harus menerima melakukannya di saat hatinya sudah tersentuh oleh semua ucapan Yusuf.

"Aku tidak akan keluar, aku tidak akan membuka pintu. Aku tidak akan menerima siapapun saat ini." ucap Inayah menjadi panik mendengar suara Darno yang berteriak sangat keras sambil menggedor pintu depan.

"Inayah, pelanggan sudah menunggumu!! cepat buka pintunya!!" teriak Darno sangat marah karena Inayah tidak juga membukakan pintu.

Inayah semakin ketakutan tidak tahu harus berbuat apa, tetap di dalam atau harus menemui Darno dan menerima pelanggan di siang hari.

"Inayaaaahhh!! jangan membuat kesabaranku habis!! cepat buka pintunya pe***ur!!" teriak Darno sudah hilang kesabarannya dan menggedor pintu dengan sangat keras.

Pelanggan yang berdiri di samping Darno hanya tersenyum tidak sabar menikmati tubuh Inayah yang di bayarnya dengan sangat mahal.

Karena merasa takut dengan kemarahan Darno, akhirnya Inayah keluar dari kamarnya dengan memakai syal milik Yusuf.

"Ya Tuhan, lindung aku... Ustadz Yusuf dengarlah jeritan hatiku ini. Aku sangat membutuhkanmu Ustadz." ucap Inayah bertekad apapun yang terjadi tidak akan melepas kerudungnya juga tidak akan melayani siapapun bahkan jika Salimah akan membunuhnya karena hal itu.

Dengan keyakinan penuh, Inayah keluar dan membuka pintu.

"Ceklek"

"Ada apa kamu berteriak Darno!! apa kamu tidak punya sopan santun!!" ucap Inayah memberanikan diri berkata tegas pada Darno.

Darno mengkerutkan keningnya merasa heran melihat Inayah masih berani memakai kerudung apalagi dengan ucapannya yang sama sekali tidak takut padanya.

"Dengar Inayah ini wilayah Salimah, dan semua yang tinggal di sini tidak punya moral dan sopan santun. Kenapa kamu baru mengerti tentang sopan santun!" ucap Darno hendak mencolek dagu Inayah tapi dengan cepat Inayah menepis tangan Darno dengan kasar.

"Jangan sentuh aku!! jangan coba-coba menyentuhku lagi atau aku akan membunuhmu!" ucap Inayah sengaja membawa gunting yang di sembunyikan di balik punggungnya sajak keluar dari kamar.

"Ohh... ternyata kamu benar-benar telah menantang Salimah, Inayah?" ucap Darno semakin mendekati Inayah hingga Inayah mundur beberapa langkah dan berhenti pada dinding rumah.

Dengan penuh kemarahan Darno menarik tangan Inayah dengan kasar dan merampas gunting yang ada di tangan Inayah dan melemparnya jauh-jauh.

"Wanita sialan!! tidak tahu berterima kasih! kalau bukan Salimah yang menolongmu kamu sudah menjadi pengemis di jalanan!" ucap Darno sambil menarik tangan Inayah dan mendorong badannya dengan sangat keras hingga tubuhnya terpental ke belakang dan membentur pinggiran pintu tepat di kening Inayah.

"DUG"

Darah mengalir dari kening Inayah.

Masih belum cukup melihat kening Inayah berdarah Darno kembali menarik tangan Inayah dan mendorong badan Inayah ke arah Pelanggan yang berdiri tenang di samping pintu.

Tanpa melewatkan kesempatan Pelanggan itu menangkap Inayah dengan cepat dan memeluknya dengan erat. Dengan wajah penuh hasrat Pelanggan itu mengendus ceruk leher Inayah yang terlihat terbuka.

"Aaahhh!! lepaskan aku!!" teriak Inayah sambil menangis menjambak rambut kepala pelanggan yang berusaha mencumbu ceruk lehernya.

"Tolong lepaskan aku!!" ucap Inayah berusaha menutupi lehernya dengan syal milik Yusuf dan melepaskan diri dari cengkraman kuat pelanggan yang sudah hilang kendali.

Darno tertawa keras melihat Pelanggan Salimah berusaha keras menaklukkan Inayah yang memberontak seperti pejuang wanita yang tidak takut mati.

Beberapa kali wajah dan lengan Pelanggan itu terkena sasaran cakaran Inayah yang membabi-buta mempertahankan tubuh dan syal milik Yusuf agar tetap menutupi kepalanya.

"Darno!! kenapa kamu hanya tertawa!! cepat bantu aku!!" teriak Pelanggan itu berusaha mencekal kedua pergelangan tangan Inayah.

Dengan cepat Darno mendekati Pelanggan itu dan membantu memegang tangan Inayah yang meronta berusaha melepaskan diri.

"Lepaskan aku Darno!! lepaskan aku!!... Tolong lepaskan aku." ucap Inayah di sela-sela isak tangisnya merasa putus asa karena tidak ada satupun orang yang akan membantunya karena semua yang tinggal di lingkungannya adalah anak buah Salimah.

"Lepaskan dia! Apa kamu tidak mendengar apa yang di katakannya!" tiba-tiba terdengar suara cukup keras dari arah belakang di mana Darno berdiri.

avataravatar
Next chapter