60 Senja di Sirakusa

"Oscar!" Lisa berbalik ketika pria itu menggenggam lengannya. Hampir saja ia menendang pria itu. "Jangan ngagetin gitu dong!"

Oscar sedikit membungkuk. Telapak tangan lebarnya menyentuh pipi Lisa seraya mendekatkan bibirnya ke mata istrinya. Oscar meniup lembut mata Lisa yang pedih terkena pasir.

"Bagaimana, sudah lebih baik?" Oscar menurunkan tangannya dan menatap kedua mata Lisa yang memerah dan berair.

"Iya sudah kok, terima kasih…" ucap Lisa. Ia berusaha menutupi kenyataan bahwa ia sesungguhnya sedang menangis.

"Sejam lagi kita sebaiknya balik ke hotel. Matahari semakin terik, nanti kamu pingsan karena kepanasan." Oscar mengajaknya berteduh di bawah payung bersamanya.

Dibawah naungan payung itu, mereka berbaring di atas alas berwarna biru bergaris putih. Tampaknya Lisa mulai kewalahan karena suhu panas di pantai yang semakin meninggi. Napasnya mulai sedikit terengah, keringat mengucur deras dari balik kepalanya.

Oscar menyodorkan istrinya segelas air dingin. "Minumlah, nanti dehidrasi."

Tidak lama setelah mereka berjalan di pantai, mereka kembali ke hotel dan menghabiskan sisa waktu mereka di hari pertama dengan berbaring dan menonton televisi ditemani hidangan mewah seperti biasanya.

***

Keesokan harinya, Lisa bangun pagi sekali. Ia keluar ke balkon hotel dan menatap indahnya langit pagi dengan takjub. Fajar di Sirakusa sangat indah pikirnya.Dari balkon kamarnya, ia melihat sosok pria tinggi semampai tengah bersandar di dinding hotel di lantai bawah.

Hingga kini Lisa masih tidak bisa menyangkal kenyataan bahwa suaminya itu sangat sempurna. Harta kekayaan yang tidak akan habis sepanjang tujuh turunan, wajah tampan dan tubuh atletis, presdir perusahaan komunikasi ternama di ibu kota dan dunia. Benar – benar suami idaman. Hanya saja, Oscar adalah pria yang sangat mudah berubah hatinya. Terkadang sikapnya yang berubah – ubah itulah yang membuat Lisa ragu akan pernikahannya. Apakah pria itu benar ��� benar mencintainya ataukah hanya menjaga citra keluarganya agar tidak jelek di mata masyarakat?

Lisa melambaikan tangan kepada pria yang tengah bersandar di lantai bawah. Pria itu membalasnya dengan anggukan singkat. Kemudian bergegas masuk ke dalam hotel.

"Lisa, ayo ganti baju sekarang! Kita akan keluar jalan – jalan seharian!" ajaknya terburu – buru.

"Tapi Oscar aku baru saja bangun!"

"Baiklah kuberi kau sepuluh menit lalu kutunggu kau di lobby!"

Sepuluh menit berlalu. Lisa turun dengan mengenakan gaun putih kasual dan topi pantai anyaman jerami kesayangannya. Wanita itu melirik ke segala penjuru, mencari sosok tinggi semampai yang menunggunya dari tadi.

Oscar tengah berdiri di depan restoran. Ia mengajak Lisa sarapan sebelum mereka berangkat mengelilingi Sirakusa. Entah akan dibawa ke mana Lisa, tetapi pasti akan sangat menyenangkan dan berkesan!

Setelah duduk di kursi dekat jendela, seorang pelayan menghampiri kedua pasangan itu dengan wajah ramah dan senyuman hangat. Ia menyodorkan buku menu sambil bersiap mencatat pesanan.

"Selamat pagi tuan dan nyonya! Sudah siap dengan pesanan anda?" tanya si pelayan dengan bahasa Italia.

Oscar menyuruhnya untuk menggunakan bahasa Inggris. Mereka tidak mengerti bahasa Italia sama sekali!

"Maafkan saya, saya kira anda dari Milan! Nona ini tampak cantik sekali," kata si pelayan dengan bahasa Inggris.

Lisa hanya tersenyum kepada pelayan itu. Kedua pasutri kemudian memesan hidangan untuk sarapan mereka.

***

Lepas sarapan, Oscar membawa Lisa ke pulau yang berada di tengah – tengah laut pantai Sirakusa. Tidak diduga, di dermaga penuh ramai dengan turis! Suara ribut turis yang bercakap – cakap, bunyi klik dari kamera. Lisa nyaris pening mendengarnya.

Oscar menuntun Lisa melintasi lautan manusia menuju perahu yang akan membawa mereka ke tengah pulau. Ini adalah pengalaman pertama Lisa naik perahu! Kehidupan metropolitan di ibu kota membuat Lisa nyaris lupa menikmati hidup seperti saat ini!

"Kau akan menikmati indahnya pemandangan di pulau itu Lisa," ucap Oscar seraya melingkarkan lengannya ke pundak istrinya.

Oscar mengenakan pelampung dan membantu Lisa mengenakan alat pelindung itu. Pria itu merangkul istrinya erat – erat, berjaga – jaga bila kapal kehilangan keseimbangan dan membuat Lisa terjatuh dari dek perahu.

Lisa memandang cakrawala dengan takjub. Pemandangan pantai dari atas perahu terlihat sangat indah. Birunya air laut dibawah perahu sangat mempesona. Wanita itu membentangkan tangannya dan membiarkan angin menerpa rambut hitam berkilaunya. Dunia terasa begitu indah hari ini pikirnya.

Tanpa sengaja, kemudi kapal agak sedikit melenceng dan perahu agak oleng. Membuat cipratan air yang lumayan dahsyat dan membasahi tubuh Lisa. Ia tertawa ketika hempasan air membasahinya. Sudah lama Lisa tidak bersenang – senang seperti ketika ia masih kecil.

Oscar mengeluarkan handuk dari tasnya dan mengeringkan tubuh Lisa yang basah kuyub. Ia takut istrinya sakit. "Kamu nggak apa – apa kan sayang?"

"Kamu bercanda? Aku seneng banget hari ini!" teriak Lisa bahagia. Suara nyaringnya membuat mata para penumpang perahu tertuju padanya. Lisa sedikit malu namun ia tidak mempedulikannya.

Sesampainya di pulau, Lisa langsung berlari ke tepi pulau dan memandang lautan lepas yang indah. Ia sedang tidak ingin merasakan betapa jenuh pekerjaan di kantor dan memori masa lalu tentang mantan pacaranya. Ia hanya ingin berduaan, bermesraan dengan Oscar, menikmati indahnya senja di Sirakusa.

***

Setelah seharian berlamaan di pulau bersama dengan suaminya, Lisa kembali ke hotel di malam hari. Lisa mendadak bersin hingga tubuhnya mengigil. Ini pasti gara – gara terhempas air laut di perahu dan angin kencang di pulau!

Oscar meraih handuk dan selimut, membungkus istrinya yang mengigil itu dan menyodorkan segelas the panas kepada Lisa.

"Maaf kamu sampai jadi sakit begini,��� ucap Oscar merasa bersalah telah membawa Lisa ke pulau di tengah laut.

"Nggak masalah! Yang penting aku senang." Lisa bersin lagi untuk kesekian kalinya. Oscar menatap Lisa yang sedang mengigil dengan khawatir. Ia tidak ingin istrinya kembali ke Indonesia dengan keadaan sakit. Pria itu mengambil kotak obat dari dalam koper dan memberikannya kepada Lisa.

"Nampaknya dua hari ini kita tidak perlu keluar – keluar lagi. Kamu sakit begitu, nanti tambah parah, apalagi kamu hamil!"

"Aduh, aku bosen banget pasti di kamar hotel terus nggak ngapa – ngapain! Aku pingin ke pantai lagi!"

"Tidak Lisa, nanti kalau masuk rumah sakit gimana? Nggak mau kan liburan tapi masuk rumah sakit?"

Lisa berdecak. "Yaudah deh, demi kesehatanku aku nggak keluar – keluar. Tapi sayang banget nggak sih dua hari ke depan kita cuma diem di kamar hotel?"

Oscar merangkul istrinya dengan mesra, ia mendaratkan kecupan di dahi Lisa. "Tidak ada yang sia –sia kalau selama kamu ada di sampingku."

"Halah raja gombal kamu!" goda Lisa seraya menepuk bahu suaminya. Pria itu tersenyum. Baru kali ini Lisa melihat suaminya tersenyum manis. Oscar memang bukan pria yang murah senyum, sekalinya tersenyum rasanya seperti memenangkan undian lotre!

Kedua sejoli itu kemudian meringkuk di tempat tidur, berbagi kehangatan. Liburan di Sirakusa benar – benar momen terindah sejak ia menikah dengan presdir Petersson Communication.

"Oscar, terima kasih sudah ngajak liburan!"

avataravatar
Next chapter