15 Penawaran yang Tidak Mungkin Kamu Tolak

"Pak Oscar!? Yang bener aja!" ujar Lisa kaget melihat sosok pria yang dikenalnya di kantor tadi pagi. Percakapan antara Lisa, Dimas, dan Andien mendadak terhenti ketika Pria Swedia berambut pirang itu bergabung bersama mereka. Dimas langsung membuang muka dan kembali meracik minuman, sementara Andien terdiam terpaku melihat Pria itu.

"Astaga cakep banget presdir baru kantor gue," ucap andien dalam hati. Matanya berbinar takjub memandang sosok tampan yang ada di hadapannya. Sungguh wanita yang beruntung si Lisa digoda oleh pria berwajah model ini pikir Andien.

"Lisa oh Lisa sayang, panggil nama saja kalau di luar kantor. Supaya lebih intim," goda Oscar dengan kerlingan mata.

"Kenapa kamu mengikutiku? Mau ngapain kamu di sini Oscar?" Suara Lisa mulai memberat dan terdengar galak.

"Saya tidak mengikutimu. Saya cuma ingin minum dan dansa sambil menghabiskan waktu bersama dengan sekretaris pribadiku." Oscar merangkulkan tangannya ke bahu Lisa.

Lisa menepis tangan Oscar dengan cepat. "Persetan denganmu Oscar! Gara - gara kamu hidupku jadi semakin rumit!"

Jemari Oscar mencolek pundak Lisa. "Ah kamu kok mendadak kejam begini Lisa? Rabu lalu kamu berbeda loh."

Kesal, Lisa menendang betis pria Swedia itu dengan kencang. Dimas tidak sengaja melihatnya dan terkekeh.

"Aduh, kamu bisa galak juga ternyata," rintih Oscar.

"Segelas susu? Kamu pikir aku anak kecil?" Lisa mengubah posisi duduknya menghadap Oscar yang menyandarkan salah satu tangannya di meja Bar.

"Masa kamu lupa Rabu lalu kamu mabuk berat sampai muntah? Aku tidak tega melihat wanita cantik sepertimu jatuh sakit karena terlalu banyak minum alkohol!"

"Dih, urusanku lah mau mabuk atau tidak!"

"Ini bir-nya Tuan," kata Dimas seraya menyodorkan segelas bir "Lis, gue tinggal dulu ya! Ini susunya. Jangan mabok lagi ya! Selamat bersenang - senang! Hihihi."

"Dasar Dimas kutil badak!" umpat Lisa.

"Gue juga ya Lis, mau dansa dulu di depan sana hihi," goda Andien seraya berlari ke lantai dansa dengan genit.

"Sialan lo Ndien!" seru Lisa dalam hati. Andien dan Dimas meninggalkan Lisa dan Oscar berdua. Suasana yang sempat cair mendadak membeku sejak kedatangan Oscar. Lisa bahkan tidak menyadari bahwa ia akan bertemu ladi dengan pria yang pernah menidurinya di tempat yang sama.

Padahal Lisa sengaja pergi ke Sky Lounge untuk menghindari segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kantor. Di sini Lisa malah bertemu dengan presdir barunya. Benar - benar tak terduga. Malam ini acara bersenang - senang pupus sudah pikir Lisa.

Oscar mendekatkan dirinya dan merangkul Lisa lagi. Wangi parfum mahalnya semerbak memenuhi rongga dada Lisa. Wangi yang khas, sama seperti yang Lisa ingat kala ia bercinta dengan Oscar di bilik toilet Rabu lalu.

"Kamu pikir mengapa ayahku memintamu untuk jadi sekretaris pribadiku?"

"Mana aku paham dengan pikiran Bapak tua itu! Kamu kan yang lebih paham karena kamu anaknya!" sindir Lisa kesal. Lisa meneguk bir-nya dengan cepat.

"Sudah jelas karena aku yang meminta Lisa!" Oscar melanjutkan pembicaraannya, "Kau pikir Rabu lalu aku benar - benar tidak mengenalimu? Oh tentu tidak Lisa! Ayahku selalu bercerita tentangmu, beliau selalu bilang kau adalah pegawai terbaik se kantor!"

Oscar menyentuh jemari Lisa yang lentik itu. Sesaat Lisa bergeming, tidak tahu harus bereaksi apa. Sentuhan tangan Oscar begitu lembut tetapi juga mantap secara bersamaan. Bagaimana bisa, Pria yang tidak terlalu Lisa kenal mampu membuat hatinya bimbang antara benci atau suka. Perasaan Lisa seperti diaduk - aduk oleh pria berparas model ini!

Tiba - tiba saja Oscar menggapai tangan Lisa dan menempelkannya di pipinya yang bagai dipahat dewa itu. Lisa merasakan tekstur kulit pipi Oscar, begitu lembut tidak seperti kulit pria - pria lain yang pernah menjadi kekasihnya terutama Aditya. Mungkinkah Oscar rajin merawat kulit wajahnya itu?

"Tetapi wanita lebih suka didekati secara perlahan bukan? Makanya aku pura - pura tidak mengenalimu." Oscar bangkit dari kursinya dan melingkarkan lengannya ke pinggang Lisa, menariknya bangkit dari tempat duduknya.

"Aku suka padamu Lisa," ucapnya lirih dengan suara beratnya yang seksi "Kepribadianmu, fisikmu, apapun tentangmu." Pria itu menempelkan hidungnya yang mancung ke leher Lisa. Lisa menarik napas dalam. Mengatur erangan rendah ketika Oscar mendekatkan wajahnya. Perlahan bibir Oscar bergeser ke telinga Lisa dan mengulumnya .

"Seseorang tidak akan jatuh cinta dalam sekali bertemu Oscar!" Walaupun Lisa tidak setuju dengan perkataan Oscar, tubuhnya tidak dapat menipu bagaimana perasaan yang Lisa rasakan sesungguhnya. Sentuhan - sentuhan lembut dan menggoda yang dilancarkan oleh Oscar membuat perasaan Lisa sedikit ingin meminta lebih namun secara bersamaan juga menolak kehadiran Oscar.

"Heh, kamu masih tidak paham juga, baiklah aku akan buat penawaran yang tidak akan mungkin kamu tolak!��� Pria itu mendekatkan bibir yang yang sensual dan berkata, "Aku ingin kamu menikah denganku Lisa."

"Kau sudah gila ya!?" Mata Lisa terbelalak lebar ibarat ikan yang kehabisan napas, dan volume suaranya meninggi.

"Aku bersungguh - sungguh Lisa, kau pikir aku bercanda?" "Jadi dengan menjadikanmu sekretaris pribadiku supaya kamu terbiasa denganku. Anggap saja latihan menjadi calon istriku."

"Oscar kamu gila! Aku nggak mau menikah dengan orang yang baru saja kukenal terlebih bule sepertimu!" bentak Lisa dengan suara lantang.

"Kukira orang lokal bakal suka dengan orang asing sepertiku?" goda Oscar.

"Hey, dengar,"Lisa menunjuk wajah Oscar dengan telunjuknya "Kamu boleh jadi kaya raya dan ganteng selangit. Tetapi keputusanku mutlak! Aku tidak mau menikah denganmu!" Suara Lisa mulai meninggi "Kamu sungguh aneh Oscar! Di kantor kamu sangat dingin dan mengerikan. Di luar kau mendadak ceria dan hangat. Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?!"

"Terserah, tapi aku yakin besok atau ketika tiba saatnya, kamu pasti akan kembali dan menerima penawaranku ini!"

"In your dreams, bule!" gertak Lisa seraya membuang muka. Lisa sudah merasa muak berbincang dengan Pria Swedia itu. Ia kembali membuka kaleng bir kedua untuk melepas rasa gamang di hatinya.

"Baiklah, aku mau dansa di lantai dansa. Mau ikut?" ajak Oscar seraya tersenyum manis pada Lisa.

"Tidak, aku di sini saja! Lelah aku dengan sikapmu yang panas dingin itu!" ujar Lisa ketus. Lisa kembali meneguk birnya dengan cepat.

Oscar membalikkan badan untuk bergabung bersama kumpulan pengunjung di lantai dansa. Entah mengapa namun dari seluruh pengunjung Sky Lounge, hanya Lisa yang tampak paling menawan di mata Oscar. Bibir merah menyalanya yang menggoda. Lekuk tubuhnya yang menggiurkan dibalut kemeja hitam. Kulit kuning langsatnya yang eksotis. Penampilan Lisa malam itu menggetarkan sesuatu dalam diri Oscar.

Dari kejauhan, Oscar menoleh ke Lisa dan berteriak, "Sampai jumpa hari Senin sayang!

avataravatar
Next chapter