webnovel

Ibu Mertua Kejam

Sudah hampir tiga bulan sejak acara peringatan hari jadi perusahaan itu berlalu. Lisa sudah kembali bekerja seperti biasanya, hubungannya dengan Oscar semakin ke depan sedikit merenggang karena pria itu sering dinas ke luar kota.

Seperti biasanya, Lisa diantar oleh Dani di depan halte bus tak jauh dari kantornya dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Nampaknya belum ada rekan kerjanya yang memergoki Lisa diantar dengan sebuah mobil Alphard hitam milik Oscar. Sejauh ini rahasia mereka masih aman. Belum ada kecurigaan selain perut Lisa yang semakin terlihat menonjol.

Perut bawah Lisa sudah mulai membuncit, agak susah menutupinya. Kini semua pegawai kantor memperhatikan perut buncit Lisa dengan curiga. Beberapa dari mereka pun ada yang memberanikan diri untuk bertanya apakah wanita itu hamil, dengan siapa ia hamil, kapan wanita itu menikah. Namun mau tidak mau Lisa harus mengakui bahwa dirinya hamil, hanya saja ia tidak menyebutkan siapa ayah dari anak yang tengah dikandungnya itu.

Satu – satunya orang di kantor itu yang sangat dikhawatirkan Lisa akan membocorkan siapa ayah dari anak dalam kandungannya itu adalah Karina. Ya, mantan saudara tirinya itu akan melakukan apa saja untuk menghalangi Lisa di kantor.

Meskipun Oscar telah berjanji akan bertindak untuk membungkam wanita jahat itu, Lisa menaruh sedikit rasa ragu. Apalagi dengan keadaan Oscar yang sangat sering ke luar kota. Pasti sulit untuk memonitor wanita berwajah dua itu.

Hari itu Lisa bekerja seperti biasanya di kantor. Makan bersama di jam istirahat bersama sahabatnya Andien seperti biasanya. Tidak ada yang berubah sejak ia menikah dengan Oscar. Hanya saja, perasaan Lisa seperti diombang – ambing sejak kejadian tidak menyenangkan di Parahyangan Resort. Ia takut firasatnya benar. Bagaimana jika hal buruk terjadi padanya?

***

Sepulang dari kantor, Lisa kembali ke rumah Oscar. Rasanya aneh ketika pria itu tidak sedang berada di rumah setiap Lisa pulang dari kantor. Terkadang Lisa rindu bersenang – senang bersama Andien dan Dimas di Sky Lounge. Namun suaminya menyuruh Lisa untuk tidak pergi kemana – mana ketika pria itu sedang dinas ke luar kota. Pria itu seakan mengurung Lisa di dalam sangkar emas. Namun Lisa tidak ingin ia mendapatkan hukuman berat dari suaminya yang sering berubah – ubah sehingga ia memilih untuk tinggal di rumah saja selepas kerja.

Sore itu Lisa tengah menonton acara televisi kesukaannya di ruang keluarga. Tiba – tiba suara pintu bel berbunyi!

Bu Rusminah selaku pengurus rumah Oscar bergegas membukaan pintu. "Selamat malam, di mana Oscar?" tanya seorang wanita di balik pintu dengan nada suara dingin.

Dari balik ruang keluarga, Lisa mengintip sosok wanita yang tengah berdiri di ambang pintu itu dengan curiga. Wanita itu sangat tinggi dibandingkan kebanyakan wanita lokal, rambutnya panjang dan pirang dengan sepasang mata biru bening, tubuhnya langsing indah semampai layaknya model baju desainer terkenal!

Lisa memperhatikan wanita paruh baya itu sedang berbincang dengan Bu Rusminah. Ia tidak dapat mendengarkan kata – kata kedua wanita itu sehingga ia berjalan mendekat.

"Saya dengar anak saya sudah menikah ya?" tanya wanita paruh baya itu dengan aksen asing.

"Iya Nyonya Petersson, saya kira anda sudah tahu dari Pak Oscar?" jawab bu Rusminah sambil agak membungkuk.

Wanita paruh baya itu berdeham, dagunya diangkat dengan sombong. Ia melirik ke seluruh penjuru ruangan. Matanya tertuju kepada sosok Lisa yang tengah berdiri di ambang pintu ruang tamu. Menatapnya dengan tajam dan penuh ketidaksukaan.

"Siapa wanita yang ada di sana Bu Rusminah?" tanya si wanita paruh baya tajam.

Lisa menghampiri sosok wanita paruh baya tinggi itu dengan tergesa –gesa seraya menyodorkan telapak tangannya untuk bersalaman. "Lisa! Saya Lisa Soewandi, istri Oscar Petersson. Salam kenal."

Wanita paruh baya itu menatap telapak tangan Lisa dengan jijik. Ia tidak menjabat tangan Lisa. "Greta, Greta Petersson. Tidak usah bersalaman."

Kalimat tersebut sangat tajam dan panas di kuping Lisa. Wanita paruh baya berambut emas ini adalah ibu kandung Oscar. Pantas saja ia memiliki wajah dan aura dingin yang sama dengan putranya!

Greta kemudian duduk dan menyeruput teh panas yang baru saja dibawakan oleh Bu Rusmini kepadanya. Lisa masih terdiam di depan wanita paruh baya itu, menatap kosong cangkir berisi teh panas yang digenggamnya.

Lisa tidak menyangka ibu mertuanya akan datang secara tiba – tiba! Oscar bahkan tidak pernah sekalipun mengenalkan ibunya kepada Lisa. Wanita itu sangat mengintimidasi!

Beberapa saat kemudian, Lisa memberanikan diri untuk membuka pembicaraan dengan basa – basi untuk memecah suasana dingin dan canggung di ruang tamu. Lisa memandang wajah Greta dengan sungkan. "Ibu kenapa berkunjung ke rumah?" tanya Lisa sopan.

Greta tidak menggubris pertanyaan Lisa selain menatap Lisa dengan pandangan merendahkan. Ia kembali menyesap tehnya sambil memejamkan mata. Greta mengenakan gaun berwarna hitam mewah dengan sedikit belahan di bagian kaki. Sepatu hitamnya tampak mengkilat dan tidak berhak terlalu tinggi. Mungkin tinggi wanita paruh baya itu 10cm lebih tinggi daripada Lisa. Meskipun sudah berkeriput, wajah Greta masih terlihat segar dan merona di usianya yang nyaris setengah abad. Wanita itu memiliki raut wajah dan gaya bicara yang mirip sekali dengan putranya.

Lisa terpana melihat kecantikan wanita paruh baya yang ada di depannya itu. Ibu mertuanya benar – benar terlihat layaknya bangsawan Eropa. Sangat anggun dan cantik luar biasa. Kulitnya putih pucat seperti susu, bibirnya merah merona alami seperti menggunakan gincu, rambut emasnya jatuh lurus dengan indah. Tidak heran putranya sangat tampan!

Lisa sedikit malu melihat dirinya berada satu ruangan dengan ibu mertuanya itu. Lisa memang tidak jelek tetapi kecantikan wanita ini seakan mengalahkan kecantikan Lisa dari sudut manapun!

Lama setelah kedua wanita itu saling diam, Greta akhirnya angkat bicara. "Aku dengar kamu kerja di Petersson Communication?" suaranya rendah dan intonasinya dingin.

Lisa menjawab ibu mertuanya dengan sopan. "Iya bu, saya sekretaris putra anda."

Greta menatapnya dengan tatapan sengit. Wanita paruh baya menunjukkan rasa tidak sukanya kepada Lisa secara terang – terangan. Bibirnya tersimpul mengejek Lisa. "Pantas saja kau menikah dengannya. Kau pasti hanya mau uangnya bukan?"

Kalimat itu menusuk hati Lisa sangat dalam. Apakah stigma seorang sekretaris di mata masyarakat baik lokal maupun asing memang terkenal jelek seperti yang dilontarkan oleh ibu mertuanya itu?

"Maksud ibu apa ya?" tanya Lisa heran dan sedikit kesal.

Greta mengalihkan pandangannya ke sebuah pigura dengan foto Oscar dan keluarganya. Wanita itu menatapnya dengan tatapan kosong. Sesaat kemudian Greta kembali memalingkan kepalanya kepada Lisa. Kilatan dari kedua mata birunya sangat tajam.

"Bagaimana jika saya bertanya tentang keluargamu, nona Soewandi."

Tubuh Lisa mendadak bergidik mendengar suara Greta yang dingin. Ia benar – benar tidak siap berbicara kepada wanita berdarah Eropa yang duduk di depannya sekarang. Lisa mendadak membisu!

Lisa mencoba menenangkan dirinya sejenak dengan menyeruput tehnya. Meski pertama kali ia bertemu dengan Greta, Lisa sangat yakin ibu mertuanya ini sangat tidak suka kepadanya. Tetapi bagaimanapun juga Lisa adalah istri sah Oscar.

Suasana di antara kedua wanita itu sangat canggung. Setelah menyeruput teh dan menghela napas panjang, Lisa memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan ibu mertuanya itu sesopan mungkin.

"Saya adalah putri sulung dari dua bersaudara. Saya dulu tinggal bersama ibu dan adik perempuan saya yang masih kulaih. Ibu saya sakit diabetes akut, dan ayah saya sudah meninggalkan ibu karena menikah dengan wanita lain sehingga saya yang menafkahi ibu dan adik perempuan saya." Lisa menceritakan nyaris semuanya kepada ibu mertuanya, berharap wanita paruh baya itu akan simpati kepadanya!

Wajah Greta mulai tidak enak dipandang ketika ia mendengar cerita keluarga Lisa. Ia hanya mendengus merendahkan Lisa di hadapannya.

"Oh satu lagi, saya baru saja diputus oleh mantan pacar saya dan mengambil seluruh uang tabungan saya yang sudah susah payah saya kumpulkan untuk membiayai ibu dan adik saya," lanjut Lisa dengan percaya diri.

"Kamu diputus oleh mantan pacarmu? Hah, pasti ia malu punya pacar kampungan seperti dirimu nak." Ejek ibu mertua Lisa. Greta memutar bola matanya, kembali menunjukkan eskpresi jijiknya kepada Lisa.

Lisa dapat melihat secara terang – terangan wanita itu sangat membenci menantu perempuannya itu. Dari awal bertemu hingga perbincangan kini sama sekali tidak ada hubungan baik diantara kedua wanita itu.

Namun Lisa dapat memahami sikap ketidaksukaan ibu mertuanya kepada Lisa karena ia sadar bahwa Oscar dan Greta adalah keluarga orang kaya. Pasti sangat sulit bagi keluarga berdarah Eropa itu untuk menerima seorang wanita lokal kelas bawah seperti Lisa untuk menjadi bagian dari anggota keluarga mereka. Jika bukan karena anak yang ada di dalam kandungannya, Lisa tidak akan pernah menikahi Oscar.

"Aku benar – benar tidak habis pikir bagaimana putraku Oscar bisa menikah dengan wanita rendahan sepertimu! Sungguh putraku tidak punya selera sama sekali. Masih banyak wanita Eropa lain yang lebih cantik dan lebih tinggi derajatnya daripada dirimu! Seorang sekretaris rendahan, heh. Menjijikkan!"

Lisa mulai naik pitam ketika mendengar ibu mertuanya mengejeknya sebagai wanita rendahan. Ia tidak tahan menahan amarahnya.

"Saya tahu keluarga anda memang kaya dan saya orang miskin di mata anda, tetapi Oscar menikahi saya karena dia benar – benar mencintai saya!"

"Oscar? Mencintai seorang sekretaris dari keluarga miskin? Hahah! Lelucon macam apa itu nak? Ya Tuhan selera putraku buruk sekali!" Greta tertawa sinis mendengar pembelaan dari menantunya itu.

"Satu satunya yang pantas kau lakukan kepada putraku adalah, bercerai dengannya!"

Next chapter