19 PENYAMARAN REYHAN

Reyhan begitu gigih mendekati Rania ia merasa bahagia dan damai jika bisa melihat wajah Rania tersenyum.

Meskipun Reyhan menjadi orang lain tidak masalah baginya, Rafa dan Reyhan tetap lah satu orang, meskipun berpenampilan beda.

Reyhan keren suka baju kaos, jaket, celana levis dan pakai sepatu, gaya rambutnya naik ke atas kayak kesetrum.

Rafa suka pakai kacamata, rambut tebal sidang tengah, berkumis, ia suka pakai celana bahan pendek pake sendal jepit.

Penampilan yang berlawanan, tapi entah kenapa Rania merasa cocok berteman dengan Rafa mungkin karena sebenarnya dia adalah Reyhan laki-laki yang dicintai Rania.

Malam-malam bahkan Rafa kirim pesan ke Rania, mau tidak mau Rafli tidak bisa marah apalagi melarang sebagai suami.

"Rania kamu naksir cowok yang tadi siang makan sama kamu?" Rafli mendelik hatinya terbakar cemburu.

"Naksir apanya, dia itu teman lama aku di sosial media itu saja, kemarin baru ketemu. Rafa itu anaknya baik, humoris, aku nyaman aja jadi teman dia, tidak lebih," kata Rania.

"Benar cuma teman? Hati-hati jangan mudah jatuh cinta dan percaya sama orang yang kenal di sosial media takut dia bohong kamu sakit hati nantinya, aku bilang begini sebagai sahabat baik kamu," ujar Rafli.

"Iya, tahu! Kamu bawel deh sama kaya Ibuku," kata Rania.

"Namanya juga sayang istri," kata Rafli.

Rania nyengir meraih bantal memukul Rafli, setengah menjerit, "Istri dari Hongkong!" Rania berdiri melihat kalender yang setiap hari ia bulatkan sebagai tanda.

"Kita sudah jadi suami istri selama berapa hari?" tanya Rafli mengintip kalender.

"Tidak aku hitung," kata Rania berbaring di ranjangnya.

"Rafli jika kita bercerai kehidupan seperti apa yang kamu inginkan? Kita harus memberi alasan seperti apa ke ayah, ke ibu, dan ke nenek, aku bingung."

"Kamu ingin bercerai kan? Bilang saja aku selingkuh," gumam Rafli matanya bagaikan langit yang mendung.

"Tapi kan kamu tidak selingkuh, nanti kedua orang tua dan nenekku bisa marah dan benci sama kamu kalau alasannya selingkuh," ujar Rania menatap langit-langit di kamarnya.

"Lalu alasan apa yang akan kita buat?" Rafli balik bertanya ia duduk di tepi ranjang dekat Rania yang berbaring.

"Apa aku mengaku selingkuh dengan Rafa saja?" tanya Rania.

"Kamu beneran suka dengan Rafa?" Rafli sontak berdiri merasa dadanya sesak.

"Tidaklah, sembarangan saja! Kan hanya alasan agar kita bisa pisah lalu hidup sesuai yang kita harapkan masing-masing."

Rafli dalam hati menjerit, ia tidak ingin pisah dengan Rania tapi mengapa lidahnya begitu pengecut tidak berani mengungkapkan isi hatinya, bahkan rasa takut ditolak begitu besar muncul di kepalanya.

Rafli selalu merasa Rania tidak bisa menerima cintanya sebab di hati Rania hanya ada nama Reyhan sejak dulu sampai sekarang.

"Jangan Rania, aku tidak mau jika kamu disalahkan dan dimarahi oleh kedua orang tuamu sendiri, lebih baik kita berkata pisah karena tidak cocok itu saja."

"Jadi alasannya seperti itu? Kalau orang tuaku melarang kita untuk bercerai bagaimana?"

"Kalau itu tergantung kamu jangan tanya ke aku, tanyakan saja ke hatimu. Sudah ya, aku mau tidur ngantuk, besok harus kerja."

Rafli tidur di lantai berlapiskan kasur yang tipis, kadang dia tidur di sofa, kadang dia tertidur di meja kerjanya.

"Selamat tidur Rafli, semoga mimpi indah."

Rania berpikir keputusan menikah kontrak sebenarnya hanya ingin membuat Rafli bahagia, sebab menikah dengannya adalah paksaan yang mendadak menurutnya.

Seharusnya laki-laki yang jadi suami Rania adalah Reyhan sejak awal, tapi sayang ada tragedi yang memisahkan cinta mereka.

Namun dalam hal ini Rafli sama sekali tidak bersalah, ia adalah sosok sahabat yang baik sayang dan peduli pada Rania dan keluarga makanya tidak ada keraguan ketika disuruh menjadi pengantin pengganti Reyhan dia langsung setuju tanpa berpikir seribu kali.

***

Suara motor bising di luar, Rania mendapat pesan jika Rafa sudah di depan rumah.

"Rafli, aku ada bisnis jadi berangkat duluan, ya!" Rania meninggalkan Rafli, dia terburu-buru tapi menyempatkan bersalaman dengan semua orang sebagai kewajiban setiap kali keluar rumah, harus pamit dan mencium tangan kedua orang tua dan nenek untuk restu.

"Rania kenapa tidak berangkat kerja bareng suamimu?" pekik Ibu Maya bertanya tapi Rania keburu lari hingga jauh dan tidak menjawab pertanyaan ibunya.

Sedang Rafli santai menikmati sarapan pagi.

"Istri kamu bisnis apa Rafli?" tanya ayah mertua yang penasaran.

"Rafli tidak tahu, tapi tenang Rania anak baik dan cerdas dia pasti baik-baik saja, tapi nanti Rafli akan tanya soal bisnisnya," sahut Rafli.

Sedang diluar Rania memarahi Rafa, "Kenapa nekad kesini sih? Kamu tahu tidak aku itu istri orang, mau memangnya disebut sebagai laki-laki perebut bini orang!"

"Aku tahu kamu sudah punya suami, kita kan cuma temenan apa ada yang salah? Kecuali suami kamu cemburuan orangnya," ujar Rafa alias Reyhan.

"Rafli tidak cemburuan, tapi aku tidak enak saja sama orang tuaku, nenek, dan para tetangga, lain kali jangan ke rumahku atau aku tidak mau temenan sama kamu!"

"Jangan marah dong, aku itu sayang sama kamu sebagai teman, curhat sama kamu nyambung, bicara apapun sama kamu cocok, jarang aku menemukan orang yang klik," ujar Rafa memohon ke Rania.

"Aku gak marah, cuma minta kamu jangan ke rumahku lagi, itu saja. Paham?"

"Iya, paham."

"Buruan nyalakan motornya antarkan aku kerja sekarang," kata Rania meminta Rafa alias Reyhan mengantarkannya berangkat kerja ke restoran.

Rafli menatap penuh kecurigaan sosok Rafa, hatinya merasakan sesuatu ada yang mengganjal di dada, tapi dia belum tahu apa itu? Setelah selesai sarapan dan berpamitan ia pun berangkat kerja menyusul Rania.

Reyhan masih sangat mencintai Rania, begitupun Rania mencintai Reyhan tapi ada dinding pembatas yang tinggi diantara mereka berdua sehingga susah untuk bersatu kembali, meskipun begitu Reyhan tidak menyerah begitu saja, bahkan rela melawan dunia untuk bersama dengan Rania.

Sampai di tempat parkir, Rafa mengatakan sesuatu yang membuat Rania tertawa, "Rania aku mencintaimu."

Rania tertawa kecil mendengar ucapan Rafa alias Reyhan itu.

"Kamu sudah tidak waras mencintai istri orang?" pekiknya.

Rafli mendengar senang setidaknya Rania masih mengakui statusnya sebagai istri.

"Kamu jangan ganggu istriku!" pekik Rafli merangkul Rania.

"Kamu ngebut, ya? Cepat sekali sudah nyusul aku? Jangan ngebut-ngebut!" Rania mencubit pinggang Rafli.

"Maafkan aku Rafli, cinta tidak pernah salah tapi dari hatiku terdalam sangat tulus mencintai Rania dan mungkin cinta ini tidak butuh balasan," katanya.

Rafa beranjak pergi ke restoran

 'Reyhan Kuliner' membuat Rafli semakin curiga siapa sosok Rafa itu? Mengapa berani sekali mengatakan cinta ke Rania yang berstatus istri orang? Rafli bertanya-tanya belum menemukan jawaban.

"Jangan menduga-duga yang belum tentu benar, Rafa cuma fans aku di Instagram kok, dia dari dulu bilangnya ngefans sama aku."

"Berasa artis kamu punya fans?" tanya Rafli.

"Aku kan cantik wajar kalau ada laki-laki yang ngefans, betul kan?" Rania masuk ke dalam ia bersiap kerja dimulai dari membereskan meja-meja yang kotor.

Safa bertanya "Kamu gak terjebak rayuan buaya buntung kan?" Rania melirik Rafli.

"Maksudnya buaya buntung Rafli? Aku tidak akan dirayu sama dia, tenang saja. Awas justru kamu nanti yang digoda, S A F A," kata Rania mengeja nama Safa.

"Amit-amit tergoda sama buaya, cukup Wulandari saja yang terpesona sama dia, aku tidak mau, ih!"

"Jangan terlalu mengejek nanti jatuh cinta bisa bahaya," kata Rafli dengan tenang.

"Sok, kegantengan!" pekik Safa.

Ponsel Rania berdering, "Rania maaf aku tadi sungguh-sungguh mengatakan cinta, tapi kamu tenang saja itu hanya perasaan yang tidak perlu kamu balas. Aku sadar cintaku tidak bisa aku perjuangkan, semua terasa sia-sia tapi biarkan aku jadi temanmu dan menikmati rasa sakit ini."

Rania meneteskan air mata, cinta Rafa kandas seperti cinta Rania ke Reyhan.

"Aku tahu rasanya mencintai tapi tidak bisa bersama, maka dengan berat hati aku izinkan kamu untuk menjadi temanku, semangat hidup, Rafa semoga kelak kamu menemukan cinta sejati sebagai pendamping hidupmu." Rania membalas pesan Rafa dengan perasaan sedih dan bersalah sebab ia membiarkan Rafa menikmati rasa sakitnya.

avataravatar
Next chapter