1 BATAL MENIKAH

Siapa yang tidak gembira jika akan menjadi ratu dalam sehari, jantung Rania berdegup kencang ia tak percaya orang yang dicintai akan menikah dengannya besok. Reyhan Maulana Jagad pemuda impian Rania Devista Mayangsari dan ia selalu berharap mereka bisa sehidup semati.

Malam itu Rania sangat gugup tidak bisa membayangkan hari bahagianya esok.

Sungguh pernikahan yang ia impikan akan segera terjadi, kekasih tercinta akan menjadi pasangan hidupnya, menjadi ayah bagi anak-anaknya. Hidup Rania terasa sempurna, sangat bahagia sekali.

Lifia Ayasha tidak senang dengan kebahagiaan Rania, dia merasa iri hati sebab dirinya yang lebih tua tapi mengapa kekasihnya belum juga mengajak menikah? Melainkan menunda terus

Meskipun Lifia dan Rania saudara sepupu tapi mereka tinggal bersama sejak kedua orang tua Lifia meninggal.

Dulu sebelum Rania lahir, Lifia sangat bahagia kasih sayang tantenya melebihi dari seorang ibu. Namun sejak Rania lahir, kasih sayang itu mulai dibagi, Lifia selalu saja merasa iri dan takut kehilangan kasih sayang dari tante yang sudah dianggapnya sebagai ibu sejak ia berusia lima tahun.

Di kamar Lifia menangis ia baru saja putus dengan Mas Erlan hanya karena memaksa untuk segera menikahinya, bukannya pernikahan yang didapatkan justru patah hati, sungguh dia tidak terima jika harus Rania yang menikah lebih dulu, usia mereka beda lima tahun. Rania baru umur dua puluh tahun sudah mau menikah, sedang Lifia sudah berumur dua puluh lima tahun masih lajang.

***

Keesokan harinya ….

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, Rania sangat gembira ini adalah sejarah dalam hidupnya, ia akan melepas statusnya sebagai single dan akan menjadi istri Reyhan.

"Reyhan aku sangat mencintaimu, sungguh aku tidak percaya semua ini terasa seperti mimpi kita akan segera menikah sayang," ujar Rania berkata pada poto Reyhan sang pujaan hatinya, mereka menjalin asmara sejak putih abu-abu.

Lihat lah rumah Rania sudah dihias dengan indah, janur kuning pun sudah terpasang. Sementara ada seseorang di pojok sana menahan luka dan air mata yang tidak bisa ia bendung, bahkan laki-laki itu mengatakan cinta pun tidak berani.

Muhammad Rafli sosok laki-laki yang sabar, penyayang dan ceria dia sahabat baik Rania sejak putih biru, persahabatan mereka langgeng hingga kini.

"Selamat Rania," kata Rafli mengejutkan sahabatnya, spontan gadis itu memeluknya.

"Rafli, aku pikir kamu akan tetap di Jogja tidak mau hadir di hari istimewaku, kamu sengaja kan bilang tidak mau hadir, tapi sekarang terbukti kamu ada didepan mataku, terima kasih banyak sahabatku."

"Aku tidak mungkin membiarkan sahabatku sedih di hari bahagianya, calon suamimu sangat beruntung akan memiliki seorang istri sebaik dan secantik kamu Rania. Reyhan dan kamu langgeng juga ya, aku senang akhirnya dia mengajakmu ke jenjang yang serius bukan dipacarin doang, terus pas bosan diputus."

Rafli mengacak-acak rambut Rania, mereka memang tampak seperti kakak adik.

"Rafli, kata Rania kamu tidak bisa datang karena kuliah di Jogjakarta, syukurlah kamu hadir jadi Rania semakin bahagia. Kamu tahu tidak jika tanpa kamu dia itu sedih," ujar ibunya Rania yang senang menyambut kehadiran Rafli.

"Rafli terpaksa dateng Tante, soalnya Rania maksa hehe …."

Sakit bagaikan teriris-iris silet, melihat orang yang dicintai akan menikah dengan orang lain.

Kamu tahu tidak jika ada orang yang paling bodoh di dunia ini adalah Rafli, apa susahnya menyatakan cinta. Mungkin bagi Rafli cintanya tidak penting dibandingkan dengan kebahagiaan orang yang dicintai dengan hati yang tulus itu.

Lifia melirik Rafli ia naksir, padahal dulu masa SMP dan SMA pernah bertemu tapi sekarang jadi beda, laki-laki itu jadi semakin terlihat gagah dan menawan, mungkin sudah pandai merawat diri.

"Hai, Rafli masih ingat aku?" sapa Lifia.

"Hai, Kak Lifia saya masih ingat kok," sahut Rafli tersenyum.

"Aku jadi berasa tua banget dipanggil Kak Lifia, panggil saja Lifia. Kamu apa kabar, katanya kamu sebentar lagi lulus S1 ya, gara-gara pinter jadi loncat semester. Bahkan seingat aku kamu pun dulu loncat kelas, hebat deh, keren." Lifia memuji-muji Rafli.

"Masih banyak yang lebih jenius dari aku, Lifia, gimana kakak dengan Mas Erlan, kapan menikah?" Rafli bertanya demikian, wajah Lifia langsung cemberut dan ia langsung pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari Rafli itu.

"Rania, kakakmu itu kenapa? Perasaan tadi ramah senyum-senyum sekarang pasang wajah jutek pas ditanya Mas Erlan, bukannya dia pacarnya Erlan kan? Seingatku dia sudah tunangan dua tahun lalu dari postingan IG dia, benar kan?" tanya Rafli.

"Gagal, mereka putus jadi jangan bahas soal Mas Erlan, ke Mbak Lifia lagi, nanti dia ngambek," kata Rania memberi penjelasan singkat ke sahabatnya itu.

"Rafli, kamu sarapan dulu, yuk!" ajak ibunya Rania, sebab Rafli datang pagi-pagi sekali.

"Ya, kita sarapan dulu, Rania mau nikah malah nafsu makanya turun, suapin tuh, sahabatnya," ujar ayahnya Rania menggoda.

Muhammad Rafli dan Rania Devista Mayangsari bak sepasang kekasih mereka sangat romantis dan hangat, bahkan nenek Rania mengira Rafli calon menantu cucunya.

Tiba-tiba nenek memberikan sepasang cincin untuk Rania dan Rafli, membuat semua orang terkejut hingga ayah Rania tersedak.

"Nak, ini cincin warisan dari Nenek pakai lah untuk mas kawin kalian, nenek sudah tua buat apa menyimpan perhiasan, jadi nenek serahkan pada kalian berdua," ujar perempuan berambut putih setengah bongkok itu.

"Maaf Nek, Rafli tidak bisa menerima pemberian nenek ini, jadi saya kembalikan," ujar Rafli memohon maaf dan menyentuh kedua tangan keriput itu.

"Tidak bisa ditolak barang yang sudah nenek berikan," kata Nenek tua itu dengan memaksa.

"Nek, tapi Rafli itu bukan …."

Mulut Rania ditutup oleh ibunya.

"Biar Maya saja yang urus Bu, mereka pasti menerima kok," kata ibunya Rania.

Ayah Rania usai tersedak langsung minum air segelas dia tidak mengerti apa yang ada dipikiran istrinya mengapa tidak berkata sejujurnya jika Rafli bukan calon suami Rania.

"Rania, nenek kamu sudah tua beliau pikun dan tuli jadi percuma dijelaskan juga, dia tahunya Rafli calon suami kamu soalnya dia pagi-pagi sudah datang kemari sudah gitu pakai setelan jas hitam begini, memang sudah mirip pengantin pria sih, ganteng lagi," kata Bu Maya menggoda Rafli.

"Ibu, jangan muji deh, nanti Rafli jadi besar kepala, tuh! Dia kan calon dosen makanya rapi, dulu waktu SMP kucel," sahut Rania.

"Oh, gitu dulu kucel tapi gak apa-apa kan dulu, sekarang ganteng kan?" gumam Rafli kepedean.

"Jangan mulai deh, buruan makanya terus bantuin siap-siap, kamu mau kan mendampingi aku di atas panggung?"

"Gak, ah. Malu Rania, lagian tar tamu undangan bingung lagi mana yang pengantin pria, gimana nanti kalau seperti nenek kamu semua, kan bahaya." Rania mencubit pinggang Rafli, ia kesal.

Apa yang terjadi keluarga Reyhan tak kunjung datang, Rania menangis hanya pasrah jika pernikahannya batal.

avataravatar
Next chapter