2 Rasa yang mengganjal

Sabtu pagi dengan cuaca yang agak mendung, menjadikan suasana lebih dingin dari biasanya.

Tapi bagi Ajun pagi ini cukup membuat suasana hatinya menjadi panas, bagaimana tidak masih pukul 8 pagi dan saat ia melangkahkan kaki untuk pergi ke warung atas permintaan ibunya,justru malah disambut pemandangan dimana Jihan sedang bercengkrama akrab dengan salah satu tetangga dari komplek sebelah,Daffa namanya.

Ajun tau bahwa keduanya adalah teman,tapi yang tidak disukai Ajun adalah Daffa yang diam-diam menyimpan rasa pada mbak crush kesayangannya,lihat saja tatapannya yang tidak pernah lepas dari wajah Jihan, semakin membuat Ajun termakan api cemburu di pagi hari yang mendung ini, yang mungkin sedang mewakili parasaannya saat ini.

Ingin rasanya menarik Jihan untuk menjauh,tapi Ajun masih sadar ia dan Jihan tidak memiliki hubungan apa-apa selain sebagai tetangga,dan jika ia ingin egois mungkin saja daritadi sudah ia layangkan pukulan pada wajah sok tampan milik Daffa yang kini nampak mengelus halus wajah Jihan, walaupun nampak ditepis pelan oleh Jihan sambil tertawa.

Ada rasa ingin menghampiri,tapi sebelum berjalan mendekat suara adiknya telah memberhentikan langkah Ajun.

"bang, ngapain? disuruh ibu beli garam kok lama banget jalannya" Menarik nafas sebentar,berusaha menahan gejolak hati yang daritadi sedang diuji sebelum berbalik kearah adiknya.

"Ya,ini juga baru mau jalan." Dan setelahnya Ajun berlalu dengan hentakan kaki cukup keras, menandakan bahwa ia tengah kesal dan pemandangan itu juga tidak luput dari penglihatan adiknya yang nampak aneh saat melihat kakak tertuanya itu.

Dan saat Awan akan kembali masuk kedalam rumah,ia akhirnya tau apa alasan kakaknya nampak kesal tadi saat Awan melihat bahwa ada Jihan didepan sana,tapi tidak sendiri melainkan dengan seorang pemuda dari komplek sebelah.

"Pantas aja,cemburu rupanya."

____________________________________

"Susah juga kalau sayang tapi ga punya hubungan apa-apa, pengen marah tapi ga punya hak,akhirnya semuanya cuma bisa ditahan,kenapa sih cinta kok serumit ini?" Ajun nampak bergumam sendiri, selama perjalanan nya kembali kerumah setelah dari warung memenuhi pesanan ibunya.

Sepanjang jalan juga beberapa kali ia disapa dan menyapa beberapa tetangga yang ia kenal dengan senyuman,tapi senyumnya mendadak pudar saat didepan sana ia melihat seorang gadis yang jujur selalu membuatnya muak saat bertemu.

Dan lihat sekarang justru gadis itu nampak malu-malu,saat tidak sengaja arah pandangnya bertemu dengan Ajun.

"gue yakin abis ini gue pasti gila kalau nanggepin ni cewek" gumaman Ajun, kemudian ia berjalan dengan cepat berusaha tidak melihat dan tidak mempedulikan gadis yang daritadi sibuk memandangi ia dengan tatapan berbinar penuh damba.

Dalam hati Ajun hanya berharap semoga ia tidak memanggil Ajun ,tidak usah menyapa pun tidak apa,karena sungguh gadis satu ini benar-benar menganggu dan selalu bersikap berlebihan pada Ajun.

"Ajun!!!" benarkan? ah,Ajun tidak ingin pasrah secepat ini,ia hanya ingin mempertahankan kesabarannya yang tadi sudah diuji dan ia tidak ingin marah-marah hari ini.

Jadi yang Ajun lakukan adalah mengacuhkannya dan perlahan berlari menjauh secepatnya.

Dan gadis di belakang itu, rupanya tak menyerah,ia malah ikut mengejar Ajun.

"Ajun! Ajun,tunggu!!!" teriaknya.

"gak, pergi lo sana !! ngapain lo ngejar gue?!!" kata Ajun sambil berlari.

"Ya kamu kenapa lari?!!!" tanyanya.

"Argh,pergi lo sana gue mau pulang dengan aman dan nyaman,gamau diikutin sama makhluk jadi-jadian kayak lo"kata Ajun,dia sudah berhenti berlari diikuti oleh gadis tadi yang juga ikut berhenti.

"Ajun kok jahat? aku kan cuma nyapa."

"Ya,kalo cuman nyapa ngapain lo ngejar gue segalaan?!" Ajun nampaknya benar-benar berusaha menekan emosinya.

"Ya kamu nya juga ngapain lari?"

"Duh,udah deh gue mau pulang,Lo sana balik kerumah sendiri" Ajun kemudian kembali melanjutkan langkahnya dengan nafas yang masih terengah-engah,lelah juga ternyata.

"Aku mau main kerumah Ajun boleh?" dan gadis dibelakang sana,Ghea nampak langsung berbalik arah cukup takut saat Ajun melayangkan tatapan tajam sekaligus amarah hingga membuat ia tak mampu berkutik selain pergi meninggalkan Ajun yang mungkin saja sekali senggol akan langsung mengamuk saat itu juga.

"mampus lo,takutkan? udah tau maung dideketin" kata Ajun kemudian ia pergi ,rasanya benar-benar ingin sampai kerumah yang jaraknya sudah tidak jauh lagi dari tempatnya berpijak sekarang.

Ajun yang sebelumnya nampak agak marah kini semua emosi nya pergi saat melihat pujaan hati didepan rumah sedang menyiram tanaman sambil sesekali bersenandung,tidak ada lagi Daffa yang nampak mengganggu pemandangan indah ini.

Membiarkan Ajun terbawa dalam lamunan imajinasi keindahan tentang sosok Jihan didepannya ini.

"..Jun,Ajun!" dan semua itu sirna saat suara ibunya terdengar, dengan perlahan Ajun menoleh kebelakang kearah ibunya yang berdiri didepan pagar sambil membawa sapu,nampaknya Ajun tidak akan selamat hari ini,jika sudah melihat ibunya membawa sapu,hanya satu yang dapat disimpulkan bahwa sehabis ini mungkin paha atau lengannya yang akan jadi korban.

Kembali mengarahkan pandangannya kearah depan,nampak Jihan yang sudah memandang bingung kearahnya.

"hehe,kak Jihan. Pagi kak!" dan kemudian Ajun segera berlari masuk kedalam rumah,sebelum ibunya semakin mengganas lebih baik ia cari aman nya dulu.

avataravatar