1 Anak Tetangga

Jihan Soraya

atau yang kerap disapa Jihan adalah seorang gadis muda berusia 24 tahun yang berprofesi sebagai guru TK ,cantik dengan tubuh yang tidak begitu tinggi namun tampak ideal,baik dan ramah,sopan,dan penuh tawa, benar-benar cocok dengan pekerjaannya sebagai seorang pengajar di sekolah anak-anak.

Anak bungsu dari 3 bersaudara, Jihan adalah sosok yang agak cerewet dan sewaktu kecil memang terkenal dengan image nakal dan usilnya,namun siapa sangka setelah dewasa ia tumbuh cantik dan menawan, walaupun cantik juga tidak menjamin bahwa jalan hubungan cinta nya akan semulus wajah yang ia miliki.

Dalam hal percintaan Jihan sempat gagal dua kali,dan belum memiliki niatan untuk kembali menjalin hubungan dengan siapapun.

Tapi siapa sangka justru tanpa ia sadari sudah ada seseorang yang berniat serius padanya.

Hanya tinggal menunggu waktu sampai saatnya tiba, seseorang itu akan muncul setelah selesai mempersiapkan segalanya untuk Jihan.

Arjuna Harits Pradhana

Hanyalah bocah SMA kelas 12 yang jatuh cinta pada tetangganya sendiri,remaja muda yang penuh dengan keceriaan,ramah,dan murah senyum,tidak ada yang tidak ingin dekatnya dengannya.

Walaupun begitu,Ajun adalah seorang yang benar-benar serius jika ia sudah berkata takkan mungkin ia ingkari,termasuk cintanya pada sosok Jihan yang jauh 6 tahun lebih tua darinya.

Anak tertua di keluarga, menjadikan Ajun merasa memiliki tanggung jawab lebih pada keluarganya.

Seperti remaja pada umumnya tentu Ajun adalah pencinta game tapi walaupun begitu ia lebih menyukai tidur dan anehnya walaupun banyak tidur Ajun justru malah memiliki badan yang terlihat bagus.

Ajun benar-benar tidak peduli tentang apa yang akan ia hadapi demi mendapatkan Jihan,yang terpenting ia akan berusaha untuk membuat Jihan jatuh cinta padanya.

Dan bagi Ajun usia bukanlah patokan untuk jatuh cinta,jika hati sudah memilih lantas apa yang bisa Ajun lakukan selain menerima nya? tentu saja memperjuangkannya.

Memperjuangkan cintanya di usia muda Ajun tau bahwa itu tidaklah mudah,tapi Ajun tetaplah Ajun, sekalipun harus mendapat beberapa perkataan kurang menyenangkan ,ia tidak peduli hidupnya adalah miliknya,orang lain tidak berhak ikut campur apalagi perihal masalah hati yang ia miliki.

Jihan adalah alasan Ajun untuk hidup selain orangtuanya dan untuk Jihan ,mungkin Ajun adalah jawaban dari segala doa yang ia panjatkan selama ini.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya?dan bagaimana perjuangan Ajun demi mendapatkan cinta kakak tersayang nya?.

____________________________________

Jihan Soraya atau yang kerap disapa Jihan adalah gadis 24 tahun yang berprofesi sebagai seorang guru TK ,sejak setahun yang lalu.

Wajah cantik nan ramahnya tentu saja banyak disukai oleh anak-anak, ditambah Jihan itu ceria dan murah senyum,walau terkadang ia juga bisa bersikap tegas dan agak keras kepala.

Terlahir sebagai anak bungsu di keluarga tidak menjadikan Jihan sebagai anak yang manja,bahkan bisa dibilang ia benar-benar mandiri.

Biasanya jika melewati SMA nya dulu, ia akan bertemu teman lama yang kini berprofesi sebagai guru disekolah tersebut,juga bertemu dengan anak tetangga depan rumah yang selalu menatapnya dengan mata penuh binarnya dan disertai sapaan riang yang mampu membuat Jihan tersenyum karenanya.

Dan benar saja perkiraan Jihan,remaja 18 tahun itu langsung menoleh kearah dirinya dengan tatapan berbinar yang justru nampak menggemaskan di mata Jihan.

"Kak Jihan!"benarkan?ia pasti akan menyapa Jihan dengan riangnya,tidak terlihat seperti anak SMA,bahkan sama saja seperti anak TK ,menurut Jihan.

"Hehe,siang kak!" Ajun,panggilan remaja tersebut,nampak mendekati Jihan yang juga ikut tersenyum membalas sapaannya,tidak tahukah Jihan jika itu berdampak lain pada kondisi jantung remaja tersebut?.

"Siang Ajun, kamu kok keluar dari gerbang sekolah sih kan belum jam pulang?" terlihat Ajun justru malah tersenyum lebar menampakkan deretan gigi nya yang rata hingga membuat matanya ikut tenggelam sangking lebarnya senyum yang Ajun berikan.

"Hehe,gak kok kak Jihan,hari ini kita semua pulang cepat guru-guru mau pada rapat soalnya" Jihan hanya mengangguk singkat,dan Ajun nampak diam sebentar seperti ada hal yang sedang ia pikirkan.

"Yaudah,Jun.." Belum sempat Jihan menyelesaikan ucapannya dan langsung terpotong begitu saja oleh Ajun.

"Kak Jihan,mau ikut Ajun pulang?" Kali ini Ajun tampak berani untuk bertanya setelah sekian lama ia berpikir haruskah ia utarakan atau tidak,nampak Jihan yang masih terdiam tanpa menyadari Ajun yang mulai panas dingin menunggu jawaban,juga teman-temannya yang berdoa di ujung sana untuk keberhasilan salah satu sahabat mereka.

"Emangnya gapapa? bukannya kamu lagi main ya?"pertanyaan Jihan sedikit dapat membuat Ajun kembali bernafas normal setelah sebelumnya sempat menahan nafas demi menunggu sebuah jawaban.

"Eh,gak kok Kak,aku udah siap main kok,lagipula kita cuma Mabar game online dari rumah masing-masing juga bisa"

"Yaudah,tapi ga ngerepotin kan?" Jawaban Jihan tampaknya memberi pengaruh besar pada Ajun,terbukti dengan dirinya yang lantas berteriak sambil melompat penuh kebahagiaan,Jihan hanya menatapnya dengan diam,dalam hati bertanya ' apakah anak ini masih waras?'.

"Jun,kamu ga.." dan lagi-lagi katanya harus terputus karena kegirangan Ajun yang tiba-tiba saja mengagetkan Jihan .

"Ayok kak kita langsung jalan,hahaha akhirnya bisa pulang bareng bidadari!emang rejeki anak Soleh banget Arjuna Harits Pradhana hari ini bisa pulang bareng kak Jihan yang rupawan!!" Jihan cukup terkejut dengan teriakan remaja dihapannya ini,lantas tertawa melihat betapa randomnya remaja 18 tahun yang berteriak seolah mendapatkan nilai sempurna dari pelajaran matematika.

"Hehe,maaf kak ,reflek" Ajun yang menyadari tingkah randomnya,sontak salah tingkah,takut jika pujaan hati didepannya ini malah merasa ilfeel padanya.

"Gapapa kamu lucu banget,yaudah motor kamu mana?"

'aww,,dibilang lucu donk sama gebetan' Ajun tanpa sadar malah tersenyum semakin lebar bahkan tampak agak mengerikan,hingga Jihan menepuk pundak nya, menyadarkan Ajun dari segala imajinasinya dari kata imut yang Jihan ucapkan.

"Eh,entar kak aku ambil dulu"Jihan hanya mengangguk sebagai jawaban,dengan segera Ajun berlari menuju motornya sekaligus teman-temanya yang nampak tersenyum penuh arti setelah melihat Ajun mendekat.

"Cie,yang mau pulang bareng mbak crush, hatinya langsung berbunga-bunga" Ajun hanya tersenyum manis mendengar perkataan Sam salah satu sahabatnya.

"Liat bro,yang bakal pulang bareng sama pujaan hati ya gitu, senyum nya lebar banget"

"Jun, jangan lupa traktiran nya!"

"Siap!,doain semoga mbak crush bisa luluh sama gue"teman-temannya hanya mengangguk antusias sambil mengacungkan jempol masing-masing,setelah itu Ajun pun pergi menghampiri Jihan dengan motor Scoopy merahnya,meninggalkan 5 temannya yang lain.

"Huft,gila ga sih si Ajun naksirnya kok sama cewek yang lebih tua dari dia,mana bedanya 6 tahun lagi" Sandy mulai membuka suaranya,setelah melihat Ajun pergi dengan membonceng Jihan.

"Gak sih, menurut gue biasa aja hati gaada yang tau,dan cinta juga ga mikir bakal berlabuh kemana,jadi ngeliat Ajun yang malah naksir sama kak Jihan itu ya menurut gue wajar,lagipula berdampak baik kan ke Ajun nya sendiri?selama gak merugikan yaudah biarin aja" Jaden akhirnya buka suara,saat yang paling dewasa mulai bicara mereka takkan ada lagi yang membalas,mereka juga sadar bahwa yang diucapkan Jaden ada benarnya juga.

"Iya juga sih,tapi kan..."

"Kita ga punya hak buat ngatur ataupun ngelarang Ajun buat ga jatuh cinta sama Kak Jihan,dan jangan ngomongin Ajun kayak gini dari belakang kalau kalian masih merasa sebagai sahabatnya Ajun.

Kita harusnya ngedukung pilihan Ajun,selama itu bukan hal buruk kita ga berhak buat ikut campur,jika seandainya di masa depan Ajun bakalan sakit hati karena cintanya yang sekarang,kita sebagai sahabat Ajun harus ada buat ngedukung bukan malah nyuruh Ajun berhenti atau nyalahin perasaannya Ajun , apapun keputusannya itu ada ditangan Ajun dan jalan kedepannya juga gaada yang tau, jangan sok merasa benar,karena Ajun juga udah dewasa dia tau mana yang baik dan buruk buat dirinya sendiri,ingat kita cuma sahabatnya,yang bisa aja suatu saat pergi dari kehidupan Ajun"semua tau,Jaden pasti selalu berhasil membungkam mereka dengan kata-katanya ,memang jika melawan anak yang punya pikiran netral dan selalu memandang hal dari sisi positifnya agak susah untuk dilawan.

"Kita cuma sahabatnya,jadi bersikaplah layaknya seorang sahabat pada umumnya, jangan berlebihan dan jangan suka melebih-lebihkan."

------------

Lain halnya dengan Ajun yang kini justru tengah berusaha menahan rasa gugup, setelah kenal selama 8 tahun untuk pertama kalinya Ajun bisa sedekat ini dengan perempuan dewasa yang telah merebut hatinya sejak lama.

Jarak mereka memang tidak begitu dekat,intinya tidak sampai menempel,bahkan Jihan hanya memegang sisi jaket Ajun tanpa ada niatan merengkuh pinggangnya seperti apa yang Ajun harapkan.

Tapi baginya ini telah lebih dari cukup,intinya Ajun bahagia hari ini.

"Jun,kamu sekolah lancar?" Ah,tak tahukah Jihan bahwa pertanyaannya tadi sedikit mengagetkan Ajun yang tengah mengendara sambil melamun memikirkan Jihan yang duduk di belakangnya, beruntung ia masih dapat mengendalikan motornya dengan benar.

"Alhamdulillah lancar kak,3 Minggu lagi udh ujian akhir buat kelulusan kok"Ajun berusaha menjawab dengan benar agar sekiranya Jihan tidak mendengar bahwa suaranya sedikit bergetar karena gugup.

Jihan nampak mengangguk singkat yang dapat Ajun lihat lewat kaca spion kirinya.

"Yang rajin ya belajarnya, semangat juga buat ujian nya ya"

"Hehe,kalo udah disemangati sama kak Jihan,auto makin semangat nih buat ujian" Ajun cukup senang, walaupun hanya perhatian kecil dan semangat yang Jihan berikan itu sudah bagai charger untuknya.

"Haha,kamu harus semangat ya buat ujiannya, jangan lupa belajar yang rajin biar ayah sama ibu kamu bangga ngeliat nya".

"Kalo kak Jihan,bangga gak sama Ajun?"

"Bangga kok, kamu kan udah kakak anggap sebagai adek kakak sendiri,ya masa adek kakak berprestasi kakaknya ga bangga" senyum lebar Ajun tampak mulai memudar tergantikan dengan senyum pahit,ia sudah dapat menebak hal tersebut,tapi Ajun tidak tau bahwa rasanya akan sesakit ini jika mendengarnya langsung dari Jihan.

"hehe,iya kok kak pasti itu"Ah,Ajun harus sedikit meredam denyutan kecil yang ia rasakan di dada kirinya,sakit juga ternyata.

_____

Perjalanan dari sekolah hingga ke perumahan mereka memang hanya memakan waktu sekitar 15 menit jika menggunakan kendaraan.

Dan kini Ajun beserta Jihan telah sampai tepat didepan rumah Jihan yang juga berhadapan langsung dengan rumah Ajun sendiri,sampai disana seperti biasa akan ada ibu dari Jihan yang menyambut kepulangan putri bungsunya dengan riang,dan semakin riang dengan senyum yang lebar saat melihat bahwa anak bungsunya pulang bersama Ajun,anak tetangga depan rumah mereka.

"eh,nak Ajun baik banget udah nganterin Jihan sampai rumah,ga ngerepotin kamu nih?" Wanita berusia 50 tahun itu dengan senang hati menghampiri anak bungsunya beserta Ajun yang masih duduk diatas motornya.

"nggak kok buk,malah Ajun seneng banget bisa nganterin kak Jihan dengan selamat, aman ,sentosa sampe rumah" baru ibu Jihan ingin menjawab teriakan nyaring dari ibu Ajun malah terdengar, terlihat bahwa wanita 45 tahun itu dengan cepat menghampiri anak sulungnya dan langsung menjewer telinga ajun.

"pinter ya kamu jam segini udah pulang,kamu itu udah kelas dua belas ga boleh bolos-bolos kayak gini Ajun!!"

"akh, ampun bu!Ajun gak bolos,emang hari ini dipulangin cepet gurunya mau pada rapat soalnya,kalau ga percaya tanyain aja sama kak Jihan" Reni,ibu Ajun nampak memandang Jihan dengan tatapan bertanya yang mana justru malah membuat Jihan salah tingkah.

"em, iya Bu, tadi juga Jihan lihat kok banyak murid yang diluar sekolah" tidak, Jihan tidak berbohong nyatanya ia memang sempat melihat banyak atau mungkin beberapa murid yang sudah berada diluar lingkungan bersiap untuk pulang tanpa takut ada yang memarahi ataupun menegur mereka yang berada diluar sekolah dengan kendaraannya masing-masing.

"oke,ibu kali ini percaya sama kamu, tapi kalau sempat kamu ketahuan bolos, ibu pecat kamu jadi anak ibu" ancamnya, kemudian Reni berpamitan dan kembali masuk kedalam rumahnya meninggalkan Ajun yang masih sibuk mengusap telinganya yang sudah dipastikan memerah,jeweran ibunya memang tidak main-main rasanya.

"haha,ibu kamu Jun ada-ada aja emang"Jihan terkekeh melihat kelakuan Ajun dan ibunya, sedangkan Ajun sendiri malah memanyunkan bibirnya nampak tidak suka atau mungkin malu melihat tingkah ibunya didepan mbak crush kesayangan nya ini.

"gausah ketawa kenapa sih kak,Ajun malu tau"

"alah sok malu-malu, biasanya juga bang Ajun suka malu-maluin"Bukan dari Jihan atau ibu Jihan, tapi dari seorang bocah kelas 2 SMP yang ternyata adalah adik Ajun,dan tanpa ada yang menyadari bahwa bocah itu telah berdiri disebelah motor Ajun.

"Astaghfirullah, Awan! kamu gausah bikin Abang kaget bisa?!" Arya Dermawan Pradhana,adik Ajun itu hanya memutarkan matanya malas.

"heleh,biasanya juga aku kagetin ga pernah kaget tuh,kalau mau pencitraan itu yang bener" Sepertinya Ajun harus bisa bersabar menghadapi tingkah adiknya ini,demi nama baik ,hari ini mungkin Awan akan selamat dari amukan Ajun,tidak tau jika esok hari apa yang akan Ajun lakukan untuk membalas dendamnya.

"adikku yang tampan, Arya Dermawan Pradhana anaknya pak Ardhan Pradhana sama ibu Reni Defani adikku tercinta, silahkan pulang ya sebelum kesabaran kakakmu yang ganteng ini habis ditelan waktu" Ajun benar-benar memberi titah dengan pelototan mata yang terarah pada adiknya yang justru malah tampak menahan tawa.

"iya iya,kakakku yang tampan mirip boneka Mampang,adikmu yang tampan bagai pangeran ini pulang dulu ya, semoga sukses cari mukanya"setelah mengatakan itu,dengan secepat kilat Awan langsung berlari menuju kearah rumah,sedangkan Ajun justru menahan untuk tidak melayangkan bogeman sayang pada bocah SMP itu.

"hehe,maaf ya kak,maklum bocah" entah sudah ke berapa kalinya hari ini Ajun memberi cengiran lebar pada Jihan yang justru dibalas Jihan dengan kekehan kecil yang justru malah menambah kadar kemanisan di wajah ayu nya itu.

"gapapa,adik kamu lucu kok" dan hanya dijawab senyum kaku oleh Ajun, dalam hati mencibir darimana lucunya?,adiknya itu justru terlihat seperti setan yang selalu siap menguji kesabaran Ajun setiap saatnya.

"yaudah, Ajun pamit ya Bu sama kak Jihan"

"iya makasih ya Ajun" dan hanya dibalas senyum manis oleh Ajun.

"Ajun ganteng ya Jihan?"tanya ibu Jihan sambil menyenggol bahu Jihan sedikit.

"iyalah ganteng, kan dia laki-laki"jawab Jihan , kemudian berlalu masuk kedalam rumah meninggalkan ibunya yang nampak kecewa dengan jawaban yang diberikan Jihan.

_________

Sesampainya di kamar yang dilakukan Ajun adalah mandi kemudian sholat Zuhur, bagaimanapun ia harus berlatih menjadi imam yang baik kelak bagi Jihan dan anak-anaknya nanti, memikirkan hal tersebut saja berhasil membuat Ajun melupakan dendamnya pada Awan adiknya sendiri.

Dalam setiap lantunan doa yang Ajun panjatkan, nama Jihan tentu tidak pernah absen dari daftar orang yang ingin ia bahagiakan selain keluarga beserta para sahabatnya.

Setelah sholat tentu yang ia lakukan adalah sekedar men-scrol berkali-kali akun Instagram milik Jihan siapa tau ada sesuatu yang baru disana,walaupun ia tau terakhir kali Jihan memposting fotonya adalah sekitar sebulan yang lalu saat ia pergi jalan-jalan dengan teman-temannya.

"kenapa kak Jihan bisa secantik ini sih? aku kan jadi ga bisa berpaling,selain bikin aku ga bisa berpaling kak Jihan juga jagonya bikin aku melayang tinggi abis itu dijatuhin, sejatuh-jatuhnya lagi, kan sakit kak,andai kakak tau tentang perasaan aku ,pasti kakak ga bakal percaya.

Tapi kakak tenang aja,aku bakalan bikin kak Jihan juga ga bisa berpaling dari aku,liat aja bakalan aku tunjukkin pesona tersembunyi dari anak pak Ardhan yang rupawan ini,Arjuna Harits Pradhana,hahaha!!!"Ajun dengan tidak tau diri justru kini tertawa tanpa menyadari tatapa aneh sekaligus prihatin yang ditunjukkan oleh Awan padanya dari balik pintu kamar milik Ajun yang tidak tertutup rapat sepenuhnya.

"gini ternyata efek kalau terlalu lama nunggu kepastian, ditambah doi yang ga peka-peka,mantap juga."kata Awan pelan, kemudian ia beranjak pergi menjauh dari kamar kakaknya,tidak jadi memanggil untuk turun makan siang, membiarkan kakaknya terbang dalam imajinasinya sendiri.

______________________________

Berbeda dengan Jihan yang kini justru tengah sibuk berteleponan dengan beberapa sahabat di grup chat yang mereka buat,hanya berawal dari sapaan biasa berujung pembicaraan yang lebih jauh,dari mulai membahas tentang pekerjaan,pendidikan,kekasih bahkan hingga pernikahan tidak luput dari pembicaraan para gadis tersebut.

Jihan sebenarnya tidak begitu menanggapi obrolan mereka apalagi ketika membicarakan pasangan dan bagaimana hubungan kedepannya yang akan mereka jalani, karena Jihan juga tidak memiliki pasangan,tidak mungkin juga ia membicarakan mantannya yang jelas sudah basi untuk diungkit kembali, membicarakan kehidupannya kini pun semua sudah tau bahwa dirinya telah bekerja sesuai dengan apa yang ia inginkan dulu.

Memilih mengakhiri percakapan mereka dengan alasan ingin istirahat menjadi satu-satunya jalan bagi Jihan,dia juga tidak sepenuhnya berbohong karena nyatanya ia juga ingin mengistirahatkan tubuhnya hingga sore hari nanti,tapi sepertinya itu hanya menjadi angan semata setelah kedatangan kakak tertuanya.

"Jihan!!! ,temenin kakak ke butik yokk!!!"benar saja jika kakaknya sudah menghampiri nya dapat dipastikan bahwa hari ini ia tidak akan mendapat istirahat sedikitpun.

"mau ngapain sih kak?" Raisa Delina,kakak pertama Jihan itu tampak mengambil tempat duduk disebelah adiknya yang masih berbaring dengan malas diatas kasur kebanggaan nya itu.

"ish,kamu gak inget minggu depan kan kakak mau tunangan, makanya hari ini kakak ngajak kamu ke butik nemenin kakak nyari baju"

"Ck, kenapa gak sama kak Dean sih?" Raisa hanya memainkan ujung bajunya setelah mendengar jawaban adik bungsunya itu.

"Ya,kamu taukan gimana sibuknya Dean? apalagi dia itu pilot" melihat kakaknya mulai menunjukkan wajah memelas tentu dengan terpaksa Jihan harus menyanggupi nya walaupun dengan keterpaksaan karena dia tau jika tidak dituruti, kakaknya akan terus meneror dirinya hingga ia mengatakan 'iya'.

"oke,aku temenin tapi gak lama,aku juga mau istirahat soalnya" Mendengar itu Raisa dengan secepat kilat langsung menganggukan kepalanya dengan semangat.

"oke,gak bakal lama kok!"

"Yaudah sana,aku mau siap-siap dulu" dan dengan riang Raisa keluar dari kamar Jihan, membiarkan si bungsu berganti baju sementara Raisa akan menunggunya diruang tamu.

Sepertinya harapan Jihan untuk istirahat harus terhempas seketika,ia lupa jika kakaknya yang satu ini tidak akan cukup jika hanya berbelanja selama 1 jam dan hanya mengunjungi satu toko saja,buktinya kini sudah hampir 3 jam mereka mengelilingi mall hanya untuk mencari beberapa barang yang kakaknya inginkan,baju untuk acara pertunangan memang sudah ditangan,tapi ya namanya juga perempuan melihat sesuatu yang bagus pasti mustahil untuk dilewati.

Buktinya kini sudah ada 6 paperbag ditangan Jihan dan 5 lainnya ditangan sang kakak.

"Kak,pokoknya habis ini aku mau pulang!kalau sampe kakak ngajak jalan aku lagi,aku tinggalin barang-barang kakak disini" rasanya kaki Jihan sudah benar-benar mati rasa karena berkeliling selama 3 jam lamanya di dalam mall.

"Sabar donk,Ji."

"Gamau tau!,kak aku mau pulang, aku udah capek banget loh ini"

"oke-oke kita pulang"Dengan terpaksa Raisa harus mengikuti kemauan adik bungsunya itu untuk cepat-cepat kembali kerumah, Raisa pun nampaknya merasa bersalah juga,ia tau adiknya sama sekali belum istirahat dan langsung ia boyong untuk mengikuti nya pergi mencari baju untuk acara pertunangannya minggu depan.

Dan malah berujung mengitari mall selama 3 jam lamanya,pantas saja adiknya sudah merasa kesal terlihat dari cara jalannya yang nampak menghentak dengan cukup keras,anak bungsu tetaplah anak bungsu walaupun ia sudah dewasa,dan itu membuat Raisa terkekeh kecil jika mengingat adik bungsunya itu tahun depan sudah berusia 25 tahun.

Tapi kekehannya harus berhenti,seiring dengan langkah adiknya yang juga tengah terhenti memperhatikan objek lain yang juga sukses membuat Raisa membolakan matanya lebar,lantas dengan secepat kilat ia menghampiri adiknya dan menepuk pelan pundak nya.

"Udah gausah diliat,gaada gunanya" Jihan hanya menoleh sebentar kearah sang kakak dan hanya menjawab dengan anggukan kecil, kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena tidak sengaja melihat objek yang seharusnya sudah tidak ia perhatikan lagi.

"Belajar move on gih, mantan-mantan kamu aja udah pada punya gandengan baru,masa iya kamu ngejomblo terus." Raisa hanya sekedar memberi saran,nampak juga sebenernya agak terganggu dengan adiknya yang masih saja memikirkan masa lalu ketimbang kembali merajut masa depan.

"Bicara adalah hal yang mudah,tapi untuk melakukan nya itu susah,kalau aku bisa milih aku juga gamau mikirin mereka terus,aku juga pengen bahagia sama yang lain,intinya yang lebih serius dari mereka yang cuma menganggap hati hanya sebagai mainan penyenang diri."

"Dan kamu juga harus ada usaha buat lepas dari luka masa lalu, kegagalan bukan dijadikan sebagai landasan buat kamu berhenti berjuang mencari yang lebih layak dihati,tapi kegagalan kamu itu harusnya kamu jadikan pelajaran, bahwa yang mulus wajahnya belum tentu juga mulus hatinya."

"iya kak,aku juga sadar.Semakin dewasa aku semakin sadar bahwa hubungan akan berjalan baik bukan dari segi fisik yang dimiliki pasangan masing-masing,tapi dari hati mereka sendiri,aku juga seharusnya gak mudah jatuh karena visual ataupun janji-janji basi mereka"

"Yaudah intinya yang lalu biarlah berlalu,kamu harus tetap maju tinggalkan hal yang udah ga penting buat kamu pikirin lagi"

"Iya,kak pasti"

"Yaudah kita pulang yuk,udah sore juga" dan hanya dijawab dengan anggukan beserta senyum kecil oleh Jihan.

Keduanya terdiam sebentar sebelum Jihan dengan cepat menggandeng lengan kakaknya dan segera berlalu meninggalkan tempat yang mana menjadi salah satu saksi betapa Jihan harus kembali terjatuh dalam luka lama hanya karena wajah dari masa lalu kembali muncul di kehidupannya.

Bukan ingin Jihan harus terus terjebak dalam bayangan masa lalu yang menyakitkan, ia juga tengah berusaha untuk keluar dari lubang hitam masa lalu,berharap akan ada seseorang yang datang dengan niat keseriusan membawa Jihan dalam cahaya terang cinta yang telah lama ia tinggalkan.

Masih menjadi sebuah harapan yang semoga saja akan segera terkabulkan, karena Jihan tidak ingin lagi berlama-lama menanggung luka lama yang sakitnya bahkan masih terasa hingga kini , walaupun kejadiannya telah bertahun tahun lalu ia alami, tapi perih ia yang ia rasakan bahkan masih berbekas dan terkadang bahkan kambuh jika tidak sengaja bertemu dengan salah satu dari sumber sakit hatinya.

Yang kini diharapkan Jihan adalah rasa perih ini akan hilang seiring berjalannya waktu,dan ia akan menemukan orang baru kelak.

Siapapun nanti yang akan menjadi pendamping nya ia hanya berharap,bahwa kelak pria-nya jauh lebih serius daripada pengalaman cinta 2 kalinya yang hancur berantakan karena mereka yang sempat ia cinta ternyata hanya menganggap hatinya sebuah permainan,yang jika senang ia mainkan dan ketika bosan ia tinggalkan dan ia biarkan terbengkalai hingga rusak dengan sendirinya.

Jihan hanya tidak ingin gagal setelah 2 kali ia terus menjadi pihak yang tersakiti dan dikasihani,kelak kapan pun masanya ia akan menunggu sampai Tuhan mengirimkannya jodoh yang sesungguhnya, dengan siapapun itu akan Jihan terima.

Seperti kata kakaknya, bahwa yang mulus wajahnya belum tentu juga mulus hatinya,yang tulus dibibir dan lain dihati itu banyak,yang mendekati karena rasa penasaran dan setelah tau rasanya , malah memilih meninggalkan juga ada.

Jihan tidak ingin lagi bertemu dengan pria yang hanya mengandalkan paras sebagai patokan untuk mendapatkan hati wanita.

Kini,yang hanya bisa ia lakukan adalah berdoa semoga ia mendapatkan yang terbaik dan untuk mewujudkan itu Jihan pun tau bahwa ia harus memperbaiki dirinya terlebih dahulu.

Semoga akan ada indah pada waktunya untuk kisah cinta seorang Jihan Soraya.

Ya,hanya itu yang Jihan inginkan setelah ia beranjak semakin dewasa dengan pemikiran yang semakin matang pastinya.

Lain halnya dengan sosok lain yang tidak dilihat Jihan namun jelas ia melihat bahwa Jihan melihat kearah objek yang berdiri tidak jauh didepannya dengan pasangan barunya ,yang tanpa mereka sadari tengah menatap Jihan dengan mata sayu nya, kemudian beralih menghadap kearah depan dimana pemandangan lain juga terlihat olehnya.

"memang bukan salah kamu buat benci sama kami,tapi asal kamu tau aku tetap mengharapkan kebahagiaan untukmu,aku harap kelak kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik ketimbang aku atau dia,yang hanya bisa menyakiti dan mengecewakanmu saja,satu hal juga yang harus kamu tau,bahwa aku sempat mencintaimu setelah kamu mendeklarasikan kebencian padaku".

"hubungan kita mungkin hanya berjalan sebentar dan kenangan kita juga ga banyak dan juga lebih banyak pertengkaran daripada manis yang dulu pernah kita rasakan saat masih bersama, tapi kenapa justru perasaan aku ke kamu mulai ada setelah kita berpisah, asal kamu tau,kalau terkadang aku pengen egois buat kembali meminta kamu untuk bersama aku lagi.

Tapi sayangnya,aku masih punya muka untuk ga mengemis cinta didepan perempuan yang pernah aku sakitin,aku masih tau malu kalau aku udah ga berhak buat dekat sama kamu lagi,ini semua salahku jadi biarlah aku yang menanggung segalanya, seandainya aku tau kalau rasa menyesal ini menyiksa mungkin aku ga bakal ngelakuin itu semua ke perempuan sebaik kamu,

Karena rasa yang ada ini ternyata cukup menyiksa dan menyesakkan dan aku rasa perasaan ini bisa hilang tidak bersisa jika kamu bisa kembali menemukan cinta yang lebih dari aku,ataupun dia dari masa lalumu, sebagai pembuktian bahwa aku ataupun dia tidak lebih baik dari pria yang akan kamu temui dimasa depan nanti." sosoknya masih terdiam, tatapannya belum beralih dari punggung yang kini mulai tidak terlihat lagi jejaknya,jika tidak karena luka yang ia timbulkan di masa lalu ,mungkin dia tidak akan malu untuk kembali mendekat atau sekedar mengobrol santai layaknya seorang teman lama pada umumnya.

Namun sekali lagi itu hanyalah angan bagi dirinya,yang mungkin agak mustahil untuk ia lakukan,masih terlalu sadar diri tentang siapa dirinya ini dihadapan gadis cantik dan baik hati itu yang dengan teganya ia lukai perasaannya di masa lalu.

avataravatar
Next chapter