webnovel

Pria Yang Semalam Bukan Kamu

Editor: Wave Literature

Aku mengangguk, "Jangan takut, tampaknya hantu itu tidak bermaksud melukai orang."

Untuk beberapa saat, Manying memegang tanganku cukup erat dengan ekspresi lega di wajahnya, "Kak Qianqiu, terima kasih." 

Aku segera mengendarai mobilku untuk pulang. Hari sudah menjelang pagi saat aku tiba di rumah. Aku hanya membolak-balikkan badan di tempat tidur. Mungkin karena masih terbawa suasana, aku tidak berani mematikan lampu untuk tidur. 

"Memikirkan apa?" 

Bei Mingyan tiba-tiba muncul di belakangku. Aku tidak tahu kapan ia kembali. Ia langsung berbaring diam di sampingku. Aku sudah terbiasa dengan kedatangannya yang tiba-tiba, jadi aku sudah tidak terkejut lagi. 

"Kamu terlihat sedih dan tidak mematikan lampu saat tidur." 

Ia dengan lembut menarik daguku untuk menatapnya dan sepasang mata elang yang terlihat tegas itu memberiku senyuman nakal. 

"Kenapa kamu baru datang?" 

Setelah mengatakannya, dengan segera aku menyadari bahwa aku terlihat seperti wanita yang marah menantikan suaminya kembali ke rumah. Tanpa menjawab pertanyaanku, ia langsung menarikku ke dalam pelukannya. 

"Tampaknya istriku sedang merindukanku." 

Ia bernafas dengan suara rendah dan tangannya sudah mulai menyentuh pinggangku dengan nakal. Aku takut ia akan semakin berbuat lebih, jadi aku segera mencubit tangannya, memberikan tanda penolakan. 

Tangan yang menggerayangi tubuhku itu mendadak berhenti dan senyum nakal yang ada wajahnya seketika menghilang. 

Mau tidak mau aku menatapnya dan saat itulah aku baru menyadari senyum nakalnya berubah menjadi sangat dingin. 

"Siapa yang menyentuhmu baru-baru ini?" Ia menatap mataku dengan tajam dan berbicara dengan suara yang dalam. Ekspresi wajahnya mengerikan. 

Apa yang terjadi? Apa maksud dari kata-katanya barusan? 

Aku merasa sangat ketakutan saat melihat matanya, aku menjawab dengan tergagap, "Tidak, aku tidak ada kontak dengan siapapun." 

Mata elangnya menatapku dengan lekat, lalu ujung hidungnya yang dingin menyentuh sisi tubuhku dan mengendus. "Di tubuhmu ada aroma pria lain," bisiknya. 

Sebelum aku dapat menyanggah perkataannya, ia sudah berguling di bawahku dan tangannya yang dingin melepaskan ikatan leher piyamaku.

"Apa yang kamu lakukan?" Aku berteriak terkejut sambil memegang dadaku. 

"Memeriksa." Ia hanya mengucapkan satu kata itu dan matanya tetap menatapku dengan pandangan sedingin es. 

"Lepaskan!" Aku merasa sedikit kesal dan berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dia amat kuat.

Apa yang terjadi dengan pria ini! 

Aku menjadi sangat marah dan berteriak kepadanya, "Bei Mingyan! Cukup!" 

"Cukup? Aku hanya ingin memastikan apakah ada aroma pria lain yang menempel di tubuhmu." 

Setelah itu, ia menyipitkan matanya dan senyum licik merekah di bibirnya. Lalu tanpa aba-aba, tangan besarnya langsung menarik lenganku. 

Aku menjerit dan berteriak karena malu, lalu berpaling dari tatapannya yang seganas singa.

"Kamu sudah berjanji untuk tidak menyentuhku." Aku seperti seorang prajurit yang kalah dan sedang ditangkap oleh jenderal musuh. 

Senyum yang ada di sudut bibirnya menjadi terlihat semakin mengerikan, "Jika aku tidak menyentuhmu, apakah aku akan tahu jika ada orang lain yang mencoba melakukan sesuatu padamu?"

Aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi untuk membendung air mataku, "Benar-benar tidak ada laki-laki lain, kamu hanya salah paham." 

Aku tidak tahu mengapa ia bersikeras bahwa ada aroma pria lain yang menempel di tubuhku. Aku berpikir itu hanya alasan baginya untuk meremehkanku. 

Setelah beberapa yang lama, akhirnya ia melepaskan pergelangan tanganku. 

Segera setelah aku terbebas dari jeratannya, aku mendorongnya dengan kasar, "Dasar brengsek! Kamu sudah lihat semuanya!" 

Wajahnya yang suram perlahan-lahan mulai kembali seperti semula. Lalu ia memandangku penuh perhatian dan menghapus air mataku. 

"Bukankah itu sudah berlalu?" Ia berbicara dengan suara rendah yang menawan dan begitu lembut. 

"Dasar penjahat!" Aku tidak bisa menahan sumpah serapah di hatiku. 

"Tidak ada ciuman untuk suamimu?" Ia bahkan masih sengaja bercanda. 

Aku tidak bisa berkata-kata. Biasanya ia terlihat seperti pria terhormat dengan ekspresi yang lembut dan saat malam hari ia hanya akan berbaring di sampingku tanpa melakukan apa-apa. 

Aku hanya menatapnya sekilas. Aku menarik selimut untuk membungkus seluruh tubuhku, berbalik, dan berhenti memandangnya. 

Saat ia melihatku tidak mengatakan apapun, ia menarik selimut di belakangku, lalu membawaku ke pelukannya dan berbisik pelan, "Bagimu aku hanyalah seorang penjahat dan bajingan. Tetapi sudah terlambat bagimu untuk menyesal sekarang. Kamu adalah istri untuk hidup dan matiku. Tidak ada yang bisa membawamu pergi." 

Aku berteriak marah kepadanya, "Siapa yang akan mencuriku darimu?! Jika aku wanita murahan seperti sangkaanmu itu, apakah aku akan melajang hingga umur 18 tahun seperti ini? Itu semua hanya ada dalam pikiranmu saja!" 

Ia mengatakan apapun lagi. Ia hanya memelukku semakin erat, seolah benar-benar takut jika ada seseorang yang akan mengambilku. 

Tiba-tiba aku ingat semalam saat ia marah padaku dan pergi begitu saja. Aku menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh. Sepertinya ia memanggilku dengan sebutan "Qiu er" 

Qiu er? Itu nama yang aneh. Bei Mingyan tidak pernah memanggilku seperti itu.

Tiba-tiba ada rasa dingin yang menjalar di punggungku. 

Pria yang semalam bukanlah Bei Mingyan! 

Tidak mengherankan jika Bei Mingyan mengatakan bahwa ada aroma pria lain di tubuhku dan ia sama sekali tidak bermaksud untuk menghinaku.

Sekarang aku sudah memahami seluruhnya. Aku tidak tahu siapa yang menjelma menjadi Bei Mingyan tadi malam dan tidur denganku. 

Teringat semalam pria asing itu menyentuhku, tiba-tiba aku merasa mual. Untungnya ia tidak benar-benar melakukan apapun kepadaku. 

Aku menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa Bei Mingyan masih terjaga. Sepasang mata elangnya terlihat gelap masih terus menatapku. 

"Itu.." aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, "Pria yang tadi malam, bukan kamu..." 

Ia sudah menduga apa yang akan aku katakan. Kelembutan matanya tiba-tiba berubah menjadi kemarahan. Ia membawaku ke dalam pelukannya dan berkata dengan suara dingin, "Berani-beraninya ia merencanakan untuk menyerang wanita milik Bei Mingyan. Rupanya ia sudah bosan hidup." 

"Ya!" Aku mengikuti kata-katanya dan dengan suara marah aku melanjutkan, "Jika tertangkap siapa yang melakukan itu padaku, jangan pernah dilepaskan!" 

Ia segera tersenyum dengan lembut dan membelai rambutku, lalu berbisik di telingaku, "Pergi ke dunia bawah bersamaku."

Aku terkejut dan hampir mengatakan tidak, ketika tanpa aba-aba bibirnya yang dingin sudah menempel di bibirku. 

Ketika tidak ada balasan dariku, perlahan-lahan ia melepaskan bibirku, lalu bibirnya bergerak ke telingaku dan berbicara dengan lembut, "Ketika tiba di dunia bawah, aku secara resmi akan menikahimu dengan ritual pernikahan yang ada di dunia bawah dan kemudian memenjarakanmu di istanaku. Kamu hanya bisa dilihat olehku, disentuh olehku, dan tidak ada orang yang kuiizinkan untuk mendekatimu. "