webnovel

S1M Chapter 01

Happy reading! 

****

Sudah terhitung 10 hari sejak pertemuannya dengan Angel. Dan selama 10 hari itu, Aldrick sudah melunasi utangnya. Sekaligus membayar operasi adiknya. Dari semua itu, uang yang diberikan Angel masih sangat banyak. Hanya berkurang 50 juta untuk membayar hutang, dan 450 juta untuk operasi Rara.

Rara juga sudah sadar sejak 2 hari yang lalu. Dan lebih banyak tertawa. Sekarang, Aldrick sedang menyuapi bocah 8 tahun  itu.

"Abang buburnya bisa ganti aja gak?"

"Loh kenapa?"

"Gak ada rasanya. Kayaknya yang masak lupa kasih garam deh." Ucap Angel polos dengan mimik wajah berfikir nya. Terlihat menggemaskan.

Dan tentu saja berhasil membuat Aldrick tertawa.

Saat Aldrick akan menjawab, seorang dokter memasuki ruangan tempat Rara dirawat.

"Selamat pagi adik cantik." Sapa dokter Sam. Yang Aldrick ketahui sebagai sepupu Angel. Bagaimana ia bisa mengetahuinya? Biar itu menjadi rahasianya.

"Selamat pagi juga Om dokter." Balas Rara dengan suara ceria.

Mendekat. Sam mengerutkan dahinya saat melihat sarapan Rara masih banyak. "Sarapannya kok masih banyak adik cantik?" Sam bertanya dengan senyum manis dibibir.

"Soalnya Rara gak suka Om dokter." Jawabnya jujur.

"Kenapa kok gak suka?"

"Buburnya gak ada rasanya. Mungkin yang masak lupa kasih garam Om." Jelasnya lugu. Yang ditanggapi dengan tawa Aldrick dan Sam. "Nanti kalo Om dokter udah selesai periksa Rara, Om bilang ya sama yang masak jangan lupa kasih garam. Kasian yang makan." lanjutnya kemudian.

"Siap Rara." Ucap Sam dengan tangan yang mencubit pipi chubby Rara. "Sekarang Om dokter periksa dulu ya?"

"Siap juga Om dokter."

Setelah memeriksa bekas jahitannya, Sam lalu mengalihkan pandangannya ke Aldrick. "Rara sudah bisa pulang besok." Ucapnya pada Aldrick. "Jahitannya sudah kering." Tambahnya.

"Kalau begitu saya permisi."

"Iya dok. Terimakasih."

Mengangguk. Sam memusatkan perhatiannya ke Rara. "Om dokter keluar dulu ya?"

"Oke Om dokter."

Lalu Sam melangkahkan kakinya keluar ruangan Rara. Diikuti Aldrick dibelakangnya sebagai bentuk kesopanan.

Sam menepuk sekali pundak Aldrick sebelum berlalu.

Aldrick menutup pintu dan kembali duduk disisi ranjang Rara. Mengambil mangkok berisi bubur hendak melanjutkan kegiatannya menyuapi Rara sebelum pintu ruangan kembali terbuka. Kali ini bukan dokter atau suster. Tapi seseorang yang sudah menolongnya. Dan ternyata dia tidak datang sendiri.

"Kak Angel." Sapa Rara bertepuk tangan. Menandakan kalau dia sangat senang akan kehadiran wanita itu.

-oOo-

"Bang temenin Angel ke rumah sakit dong."

"Abang ada urusan Ngel—dibaca Njel."

"Ayolah Banggg…Plis plis plis." Ucap Angel dengan menyatukan tangan dan tidak lupa, puppy eyes andalannya.

Menghela nafas panjang, Raja—Abangnya Angel—akhirnya mengangguk. "Mau ketemu calon suami aja takut." Cibirnya.

Angel mendelik tidak terima. "Siapa juga yang takut sama dia. Angel kan malu. Bukan takut." Gerutunya.

"Yayaya…apalah itu."

"Bertengkar kalo ketemu. Nggak mau makan kalo di pisahin. Kayak anak kembar aja." Sindir Alissa—Mamanya Raja dan Angel—sambil berlalu ke dapur.

Membuat Raja dan Angel kompak mengerucutkan bibir. Sementara Rama—Ayah mereka—hanya terkekeh dan menyusul istrinya ke dapur. Diikuti kedua ekornya tentu saja.

Menduduki tempat masing-masing yang sudah diatur sedemikian rupa. Mereka memulai sarapan setelah kepala keluarga memimpin doa.

10 menit setelah makan. Mereka berpindah keruang keluarga untuk mengobrol. Membicarakan apapun yang ingin dibagi. Kebiasaan yang diwajibkan Rama untuk dilakukan. Kalau tidak seperti ini, mereka akan jarang berkumpul karena kesibukan masing-masing. Dan itu bisa saja membuat mereka berjarak.

Jadi sesibuk apapun mereka, harus ada waktu beberapa menit yang mereka luangkan di pagi hari. Begitu pula dimalam hari.

"Kamu mau ke rumah sakit kan Ngel?"

"Iya Ma. Sama Abang!"

Raja mendengus sebelum menjawab. "Iya iya sama Abang."

"Kok Abang keliatan nggak ikhlas sih?" ucap Angel, kesal.

"Emang!"

"Ayahhhh." Senjata Angel selain ekspresi memelas nya.

"Aku hanya memanggilmu Ayah. Ketika ku tak lagi bisa melawan." Nyanyian Raja yang dibuatnya khusus untuk Angel saat adiknya itu merasa kesal atau marah. Lirik yang dia ambil dari lagu Ayah milik Seventeen.

"Abang udah." Tegur Rama akhirnya.

Angel yang merasa mendapat pembelaan melemparkan senyum penuh kemenangan kearah Raja.

"Gimana kalo Aldrick tau kelakuan kamu Angel."

Sebelum senyum itu lenyap saat mendengar Mamanya berbicara. Digantikan tawa menggelegar Raja dan kekehan pelan Rama.

"Emang kenapa kalo Aldrick tau?" tantang Angel.

"Dia bakalan ilfeel sama kamu lah." Jawab Raja yakin.

"Heleh. Abang kayak cenayang aja." Cibirnya.

"Udah-udah. Kalian jadi ke rumah sakit nggak?"

"Ya jadilah Yah!" "Jelas tidak." Jawaban kompak dengan isi kalimat berbeda dari Angel dan Raja.

"Stop!" potong Alissa sebelum kedua anaknya kembali berdebat. "Dah sana berangkat. Sekalian bawain Aldrick makanan. Tuh udah Mama siapin." Lanjutnya.

"Mama emang ter the best." Ujar Angel dengan kedua mata berbinar. "Nggak kayak Abang yang not the best." Tambahnya dengan lirikan mata tajam.

Raja hanya tersenyum miring. Tidak tersinggung sama sekali. Karena ia tau itu hanya sekedar candaan.

Angel memutuskan berdiri dan melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil bekal yang dimaksud mamanya. Setelah tas bekal itu berada ditangannya, tanpa membuang waktu lagi Angel langsung bergegas keruang keluarga kembali.

"Yah, Ma Angel  berangkat ya." Pamitnya sambil mencium kedua tangan orang tuanya. Tak lupa memberikan kecupan  di pipi.

"Raja juga." Dilanjutkan dengan Raja yang melakukan hal yang sama. Mencium Ayahnya juga? Why not?

"Assalamualaikum." Ucap mereka berdua.

"Waalaikumsalam."

Lalu Raja membawa Angel kedalam rangkulannya. Tidak bisa dikatakan rangkulan sebenarnya.

"Abang jangan erat-erat ih! Makannya jadi goyang ini. Gimana kalo Aldrick pusing?"

"Gampang. Tinggal diobatin. Kan ada Sam juga di sana." Jawabnya ringan.

"Bang Sam kan dokter bedah Abang!" ucap Angel gregetan.

"Oh iya."

Rama dan Alissa hanya menggelengkan kepala sembari tertawa melihat kedua anak mereka.

Setelah suara mobil Raja tidak terdengar lagi, Rama memutuskan berdiri diikuti Alissa.

Mengambil tas kerjanya dan berjalan ke depan yang lagi-lagi diikuti istrinya.

"Ayah denger dari Sam besok Rara udah keluar dari rumah sakit ya?" Rama melontarkan pertanyaan saat mereka sudah sampai di teras rumah.

"Iya Yah. Mama juga dikasih tau."

Rama mengusap rambut istrinya. "Ya udah. Besok kita undang Aldrick sama Rara makan malam. Sekalian mendekatkan diri."

"Oke. Habis ini Mama mau belanja." Ucap Alissa semangat.

"Jangan terlalu capek." Peringat Rama yang di angguki Alissa. "Kalo gitu, Ayah berangkat dulu." Lanjutnya sebelum meninggalkan kecupan di dahi Alissa. Dan dibalas Alissa dengan kecupan di pipi dan tangan.

"Assalamualaikum.

"Waalaikumsalam. Hati-hati Yah."

"Iya ma."

Setelah mobil Rama melewati gerbang, Alissa langsung masuk ke rumah bersiap-siap untuk belanja.

-oOo-

Raja dan Angel melangkah ringan menuju ruangan Rara.

"Angel."

Merasa seseorang memanggil namanya, Angel menoleh kebelakang dan menghentikan langkahnya. Yang diikuti Raja.

"Eh beneran lo. Takut-takut salah tadi." Ucap Adam—sahabat Aldrick.

"Hai Bang." Sapa Radit—sahabat Aldrick juga.

"Yoi."

"Kalian ngapain disini? Mau jenguk Rara juga?"

"Ya iyalah Ngel. Emang siapa lagi?" ucap Adam, kesal.

Angel menaikkan bahunya acuh. "Someone maybe?"

Lalu Angel melanjutkan langkahnya diikuti ketiga pria itu.

"Someone apaan?" gerutu Adam. Adam ini memang  tipe-tipe pria yang doyan ngomong. Tapi nggak cerewet. Semacam pembawa suasana.

"Kalian nggak kerja?" tanya Raja. Sekedar basa-basi.

Radit melemparkan senyum kecil. "Libur dulu lah Bang. Sekali-kali."

Lalu sepanjang perjalanan hanya diisi obrolan ringan mereka.

Sesampainya didepan pintu ruang rawat Rara, para pria membiarkan Angel yang membuka pintu dan melangkah masuk sebelum mereka.

"Kak Angel."

Tersenyum lebar Angel membalas sapaan—kelewat semangat—Rara. "Hai Rara."

.

.

.

.

TBC

07 April 2021

Next chapter