17 17. Barter

Hari itu juga Rose dikejutkan bahwa dia sudah berada di Sydney. Astaga... Dan lagi lagi dia harus bersama dengan pria ini. Dosen yang memiliki wajah tampan dan mata yang begitu indah sekali. Dia bahkan jadi salah tingkah beberapa kali. Dia menambahkan kecepatan nya berjalan.

Sudah tengah malam, tidak ada bus ataupun taksi. Ada banyak taksi tapi para supir nya mabuk. Rose jadi takut. Sedangkan dosen ini terus terusan mengikutinya. Dia berkata bila dia juga ketinggalan bus.

"Jadi... Kita senasib pak?" Tanya Rose dengan menatap Jay yanv sedang menggaruk kepalanya.

"Mm.. yah. Gimana lagi. Ga ada pilihan lagi." Jawab nya dengan tersenyum tipis.

Kemudian Rose memyadari bila ponselnya mati. Astaga... Apa yang harus dia lakukan saat ini tanpa ponsel? Dia seperti sebuah anak yang tidak bisa apa-apa tanpa ponsel....

Rose meregangkan tubuhnya dan diapun tertidur di halte bus. Kepalanya berat sekali. Dia pusing dan sedikit mabuk darat setelah berada di bus berjam-jam. Dia merasa sangat pegal sekali.

"Mm... Rose. Bila kau tidak keberatan... Bisakah kita menginap di penginapan?" Tanya Dosen Jay dengan menatap nya dengan wajah yang sedikit kebingungan. Tentu saja...

Mereka berdua akan pergi ke sebuah hotel. Dan... Itu berdua? Tentu saja akan sangat aneh apalagi Rose adalah anak yang polos yang ga pernah pacaran sekalipun.

"Hah? Penginapan?" Tanya Rose.

Dosen Jay mengangguk. Dia menunggu jawabannya Rose. Saat itu Rose terlihat sangatlah lelah sekali. Matanya dipenuhi dengan lingkaran hitam dan tubuhnya terlihat begitu lemah sekali.

"Aku takut." Kata Rose dengan menundukkan kepala nya.

Dia seketika saja teringat dengan biografi nya Dosen Jay yang merupakan salah satu orang yang tinggal di daerah ter killer di Melbourne. Bahkan semua teman teman nya mengenakan tatto dan beberapa tindik di bibir dan telinga nya. Semir rambut yang tidak kontras. Semuanya adalah hal yang Menakutkan Dimata Rose. Dia jadi sedikit ragu ragu untuk menerima tawaran itu.

"Aku tidak akan tidur dengan mu. Aku akan tidur di sofa. Oke? Percuma kita menunggu bus disini sampai lama. Tak akan ada bus itu. Semuanya sudah menghentikan operasi kerja nya. Sudah tengah malam." Ujar Dosen Jay dengan mengelus-elus punggung Rose.

Rose hanya mengangguk saja. Dia juga lelah sekali. Lagipula dia sedikit percaya dengan Dosen Jay. Apalagi bila dibuktikan dengan sebuah tindakan Dosen Jay selama ini. rasanya benar benar nyaman sekali.

Dosen Jay membungkuk dan menggendong nya. Ah... Enak sekali berada dipelukkan nya. Bahkan rasanya yang begitu nyaman ini membuatnya tidak bisa memindahkan posisi tubuhnya lagi. Ia sudah terbiasa akan hal ini.

"Mmm... Pak Jay... Kenapa kau ingin jadi dosen di usia mu yang muda ini?" Tanya Rose dengan menatap sang dosen yang terus terusan berjalan ke arah lurus dan terus sekali.

"Aku hanya ingin jadi dosen karena mimpi ku dan mimpi ibuku saja. Tidak ada yang lainnya. Mimpi mu apa?" Tanya Dosen Jay dengan tersenyum tipis.

Dia suka sekali menggendong orang sepi Rose. Tidak berat sama sekali. Bahkan rasanya seperti sebuah memakai tas ransel yang seperti biasanya itu. Dia merasa sangat lelah sekali saat ini.

Dia meregangkan tubuhnya dengan sangar baik. Da. Akhirnya turun dari panggung nya Jay.

"Mmm... Maafkan aku karena telah membuatmu keberatan." Kata Rose dnegan berjalan di sebelah nya Dosen Jay dengan langkah kakinya yang sangat lemah gemulai itu.

.

.

.

Sebuah hotel yang kecil dan lusuh yang ada di Sydney. Cukup. Dia bahkan sudah merinding hanya dengan melihat bentuk hotel ini. Apa yang akan dia lakukan disini?

Astaga... Matanya pusing sekali menatap lampu remang remang yang membuat dia mual.

"Bisakah kita pindah ke tempat yang lainnya?" Tanya Rose debgan menatap dosen nya ini.

Dosen Jay menggelengkan kepalanya. Yang pertama mereka sedang ada dilingkungan yang tidak tau ada dimana saat ini. Dan yang kedua dia juga tidak punya uang cukup untuk pergi ke hotel bintang lima. Dan yang ketiga, tempat ini adalah tempat terdekat dari titik temu mereka tadi.

"Aku takut sekali." Lirih Rose dengan menggengam tangan nya Jay.

"Jika ditanya jawablah kau istriku. Okay?" Kata Dosen Jay dengan menatap anak ini dengan sangat serius sekali.

Rose hanya mengangguk mengiyakan saja. Lagipula dia tidak punya pilihan lain selain dengan hal itu. Dia mual sekali sebenarnya dengan kata kat tersebut. Dia adalah anak muda yang gaul dan yang keren. Masa mau di sandingkan dengan pria yang modal tampang doang sih?

"Permisi. Apakah kita bisa memesan kamar hotel? Untuk... Satu malam." Ucap Randy dengan menatap pria yang terlihat sangat mesum sekali. Bahkan kumia dan janggut nya itu... Dia tidak tahan melihatnya. Sungguh memuakkan sekali.

"Yeah kalian bisa memesannya. Tapi... Siapa dia?" Tanya sang pria dengan tertarik bahkan hanya menatap wajah Rose yang ditutupi oleh tangan dari gadis itu sendiri.

"Istriku." Ujar Dosen Jay dengan merangkulnya.

Sang pria yang ada disana menganggukkan kepala nya sembari tangan nya yang memegang kunci hotel dan sebuah benda yang aneh sekali digenggaman tangan nya itu.

"Mau barter?" Tanya pria mesum itu dengan memberikan kunci hotel tapi dia tidak memberikan nya begitu saja. Dia terus terusan menghalangi nya sehingga dia mulai lelah juga.

"Barter apa? Kau tidak ingin dibayar uang?" Tanya Dosen Jay yang telah memperlihatkan uang nya itu.

Tapi pria itu tidak tertarik. Dia terus menggeleng geleng kan kepalanya. Dan menggengam tangan nya Rose begitu saja.

"Aku akan memberikan mu.... Kunci hotel. Tapi aku akan menukar nya dengan pacarmu. Dia... beneran pacarmu kan?" Tanya sang pria dengan tersenyum lebar.

Astaga rasanya pengen sekali Rose nabok wajah pria ini. Bisa bisanya dia curiga sekali. dan bukankah ini sama yang namanya open BO? Dia ditukar hanya dengan kamar hotel? Astaga... Dia begitu murah sekali.

"Pa.... Tolong." Kata Rose yang sedikit jijik sebenarnya ngomong 'Papa'.

"Lepasin gak? Lepas!" Teriak Jay dengan menonjok pria itu.

Tapi pria itu langsung memeluk erat Rose bahkan hampir membuat Rose bisa merangsang semuanya.

Dia berteriak karena merasa tercekik.

"Okay. Kita barter." Kata Dosen Jay dengan menatap orang ini.

"Nah. Bagus. Kira barter. Ini semua karena keselamatan mu... Cantik. Seharusnya kalian membaca slogan disana. Hmm... Tapi kau terlanjur masuk. Segera ikut dengan ku... Jangan sampai yang lainnya merampok mu." Kata sang pria mesum dengan menarik tangan nya Rose.

Rose menangis. Dia menatap Dosen Jay yang diam saja disana, tidak bergerak, dan tidak menolong nya sama sekali. Dia benar benar menjualnya? Astaga... Dia benar benar pria brengsek yang pernah dia temui.

avataravatar
Next chapter