10 10. I'm Jomblo

Hari esok nya, ia kembali bangun dari tempat tidurnya. Ah... Melelahkan sekali... Mungkin saja berat badannya sudah naik setelah ini. Ah! Gawat beberapa Minggu lagi juga ada seni pentas. Banyak orang disana. Dan tidak mungkin kan bila dia mengenakan sebuah baju biasa? Apalagi dengan berat badan nya yang seolah olah bertambah. Rose melengkungkan mulutnya.

Dia tidak sanggup menerima kenyataan bahwa dia sudah gendut. Ah... Menyebalkan sekali semuanya. Kenapa dia harus tembam sih? Lihatlah pipinya bengkak karena pizza. Astaga... Bagaimana mungkin dia akan pergi ke kampus?

Berbagai video di YouTube telah dia tonton. Mulai dari gara glow up hingga menutupi bekas tembam atau bengkak akibat cahaya radiasi, dan makanan. Benar! Dia kemarin memakan ramyeon sebelum pulang. Sial. Dia benar-benar menyesal saat ini. Ramyeon itu dua porsi lagi. Saat dia timbang....

Oh my God. Dia bertambah 4 kilogram an. Dia juga tidak sempat olahraga tadi. Fiks. Semua lemak-lemak nya itu berkumpul jadi satu di tubuhnya dan membuatnya jadi tambah stres. Hari harinya terus saja seperti ini. Masalah timbangan dan apalah itu yang sungguh menyebalkan sekali rasanya.

"Kau tidak perlu bersikap seperti itu sih." Ucap Mamanya yang menatap anaknya itu mengaca dengan mencoba membuat pipinya tidak terlalu tembam dan chubby.

"Apaan sih ma?! Ini tuh jelek tau. Ih! Semuanya gara gara Jerome!" Celetuk nya dengan menyalahkan orang lain.

Ibunya tertawa. Ini adalah interaksi paling lama yang pernah terjadi antara kedua orang ini. Interaksi antara ibu dan anaknya. Sungguh singkat sekali mereka bercakap-cakap. Tapi kali ini... Lumayan panjang. Sekitar 15 menit an mereka berbicara. Bahkan Rose sampai mulai akrab juga. Dia tidak bicara secara kasar dan emosi. Lumayan lembut.

"Ma! Papa buatin kopi dong!" Teriak Papanya yang hari ini libur bekerja. Entahlah mereka jadi sering di rumah. Tidak seperti biasanya. Apa mereka emang sengaja? Sengaja tidak bekerja agar dua Minggu nya bisa pergi ke Amerika? Foya foya di sebuah club?

Itulah yang dia pikiran selama ini. Rose mengerutkan keningnya. Dia merasa ada yang aneh dengan rambut kanan nya. Tuh kan benar saja. Seseorang menempelkan permen karet. Pasti itu kerjaan nya Jerome yang memang dia kurang kerjaan banget. Sudah jam 8 pagi tapi Rose belum selesai-selesai juga berganti pakaian. Hingga di jam delapan lebih 10 menit, akhirnya dia keluar.

Lihatlah tubuhnya sudah sangat bersih sekali dengan beberapa hal yang terjadi dengan nya saat ini. Rose menatap beberapa orang yang ada di depan nya saat ini. Ada ibu dan ayah nya yang sibuk makan dan menonton televisi. Ada beberapa film yang ditayangkan di televisi jadi itu membuat semua orang begitu penasaran sekali.

Ada banyak sekali sarapannya. Tapi lagi lagi rose hanya mengambil sereal dan roti saja. Semua makanan yang tidak di masak oleh mamanya, dia makan. Semuanya... Dengan lahap dia menghabiskan 1 roti dengan sekejap.

"Kau harus bersikap lebih feminim dan dewasa nak. Jika kau seperti itu... Siapa pria diluar sana yang akan suka kamu hm? Yang ada mereka semua jadi takut dengan mu." Ucap Papanya dengan menasehati anak perempuan nya itu.

"Ih! Rose udah punya pacar Loh pa! Papa sih ga tau iya kan?" Ujar mamanya dengan sangat cepat sekali berita palsu itu menyebar karena mulut ibunya.

Dia berdoa dalam hatinya agar ibunya tidak keceplosan bilang ke tukang sayur di luar. Jika tidak... Menyebar luas lah berita itu.

"Wah... Jadi pacarnya Rose itu seorang dosen yah? Astaga... Anak nya papa kok milih yang agak tua sih? Apa karena orang nya ganteng banget gitu?" Tanya ayahnya dengan semangat sekali.

"Bukan pacarku." Jawab Rose dengan melanjutkan makan makan nya.

Ayah nya mengerutkan keningnya. Apa yang baru saja terjadi dengan anak ini. Sungguh hal yang membuatnya jadi tak menyangka.

"Apa maksudnya? Dosen yang mana sih ini? Apa jangan jangan---"

"Mmm. Good morning. Maaf mengganggu kalian. Aku sudah ketuk pintunya 5 kali. Tapi tidan di bukakan. Aku hanya ingin memberikan---"

"Nah ini nih! Ini Papi... Ini tuh pacarannya Rose!" Teriak mamanya dengan sangat bersemangat sekali.

Rose mengerutkan keningnya dia tidak tau harus bersikap apa saat ini. Dia hanya ingin pergi ke sekolah. Kenapa ini membuatnya jadi tercekik sekali? Rose menatap beberapa orang yang ada di depan nya saat ini. Lihatlah bagaimana Ibunya yang mengotot jika Pak Jay adalah pacarnya. Darimana ini bisa terjadi! Sungguh ibunya harus benar benar di tendang dari rumah.

Dia selalu menyebarkan fitnah saja. Membuat dirinya jadi merasa malas sekali akan hal ini. Rose meregangkan tubuhnya, dia merasa akan jadi monster dengan mendengarkan keributan ini.

"Stop!! Hentikan! Kenapa kalian bertengkar hah?! Yang pertama... Dosen Jay bukankah pacarku! Mana mungkin aku pacaran sama om om?! Ya kali aja!" Ketus Rose dengan merasa gemas dengan situasi ini. Dia ingin mencabik cabik semua orang rasanya.

"Yang kedua! I'm Jomblo! Udahlah jangan bahas tentang pacar pacaran. Lagipula Rose itu pengen hidup Selibat!" Bentak nya pada emosinya yang tak terkendali.

Dengan gercepnya, Rose segera menarik tas nya yang ada di kursi makan, dan segera pergi begitu saja.

Memalukan... Ini sungguh memalukan. Dia tidak habis pikir mengapa ada orang seperti ibunya yang dengan seenak jidat bilang kalau dosen itu adalah pacarnya. Memang sih dari segi tampang nya dosen itu terlihat muda. Tidak terlalu tua juga. Dia bahkan baru berusia 27 tahun. Hanya selisih 6 tahun saja dengan nya.

Dosen Jay mengejarnya mengatakan minta maaf karena telah mengganggu sarapan paginya.

"Ganggu banget sih." Ketus Rose dengan memutar bola matanya. Udara di Australia tidak terlalu panas dari sebelum nya, jadi dia mengenakan Hoodie seperti biasanya.

"Maafin saya Rose. Saya benar benar tidak menyangka ibu mu akan menarik saya. Maafkan saya...." Ucap nya dengan sangat panik sekali.

Rose hanya menyengir saja. Sudah habis kesabaran nya menghadapi ibunya itu. Dia langsung menatap Dosen Jay dia memegang bahu dosen nya itu. Dan menepuk nya dengan tegas.

"Nasib para JOMBLO. Mending bapak jangan pergi ke rumah saya lagi. Merepotkan." Ketusnya dengan mengeluarkan kata-kata kasar di dalamnya. Dosen Jay mengangguk menurut.

Dia menatap Amber yang tersenyum nakal di sebrang sana.

'DIA BAWEL' Eja dosen Jay dengan mengejar dengan menggunakan mobil nya.

"Ahahah! Lucu banget mereka. Tapi kalau dipikir pikir... Cocok juga." Ujar Amber dengan tersenyum bahagia. Syukurlah sahabatnya itu punya seseorang yang bisa dia ajak untuk main. Membuat masalah adalah kebiasaan nya disini.

avataravatar
Next chapter