9 Bulan Purnama

Danish tidak memperdulikan ucapan Marsha dia terus melangkah menuju tempat tidur. Marsha terbelalak karena Danish langsung menggendongnya dalam keadaan polos.

"Tu-tuan tolong turunkan saya?!" pekik Marsha dan kedua tangannya langsung ia silangkan di depan agar Danish tidak melihat dua benda kenyal-kenyal miliknya.

"Diamlah karena kita dua akan melewati malam yang panjang. Kau lupa ya kalau kita adalah pengantin baru sekarang?" ucap Danish santai dan melemparkan Marsha di atas tempat tidur.

"Tidak?!" teriak Marsha dan langsung meraih selimut tebal yang berwarna putih tersebut.

"Halo Danish suara siapa itu Sayang?" pekik Belle namun Danish tidak memperdulikan Belle karena saat ini ada yang harus dituntaskan dengan istri barunya ini.

"Kenapa kau berteriak bikin kupingku sakit aja?" gerutu Danish.

"Tuan jangan sekarang!" pinta Marsha takut.

"Kenapa? Kau sudah jadi milikku dan kedua orang tuamu sudah menyerahkan kau seutuhnya untukku jadi jangan membantah dan terima aja apa yang akan kita lakukan malam ini," ucap Danish sambil tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Marsha yang panik.

"Ya Tuhan pria ini sungguh mengerikan tapi yang dia katakan itu benar namun saat ini aku." Marsha menahan perutnya sakit dan kram.

"Kau kenapa?" tanya Danish dingin dan kedua bola matanya menyipit.

"Tu-tuan saya saat ini sedang-" Danish langsung duduk sebelah Marsha dan masuk ke dalam selimut tersebut. Kakinya tanpa sengaja bersentuhan dengan kaki Marsha yang dingin.

"Apa?" tanya Danish datar namun kakinya tidak mau diam di bawah sana hingga Marsha semakin risih.

"Tuan maaf tapi saya lagi kedatangan tamu malam ini," lirih Marsha pelan ia menunduk wajahnya karena malu mengatakannya.

"Kenapa kakiku seperti ada cairan hangat?" tanya Danish lalu dia menyibakkan selimut tanpa peduli Marsha kaget luar biasa dua kali Danish melihat semua milik ya terpampang jelas.

"Tuan?!" pekiknya. Marsha dengan cepat melompat dari tempat tidur dan meraih kembali selimuti menutupi tubuhnya.

"Darimana asal cairan merah ini?" tanya Danish heran lalu dia coba menyentuh noda tersebut namun baunya sungguh menyengat.

"Tuan saya sedang datang bulan maaf," lirih Marsha. Akhirnya ia mengatakan itu karena sudah malu di hadapan Danish. Apalagi Danish mau menyentuh noda itu dan mendekatkan ke hidungnya.

Danish turun dari tempat tidur dengan wajah yang terlihat kesal karena malam ini seharusnya dia dan Marsha akan berolahraga keringat sampai pagi tapi gagal karena datang tamu tanpa diundang. Terlanjur kecewa, Danish langsung meninggalkan kamar tersebut tanpa mengatakan apapun kepada Marsha.

"Tuan tunggu!" panggil Marsha cegat Danish memegangi pergelangan tangannya.

"Lepaskan karena aku tidak berselera lagi denganmu!" ucap Danish dingin dia meraih pakaiannya lalu pergi. Kepalanya sungguh sakit sekali malam ini karena tidak bisa menuntaskan gejolaknya.

"Tuan," lirihnya dan dua bulir bening jatuh ke lantai.

Danish meninggalkan mansion miliknya dengan wajah yang terlihat kesal karena malam ini gagal melakukan mantap-mantap dengan Marsha. Hanya Marsha seorang yang tahu Danish pergi meninggalkan dirinya tengah malam lalu para pengawal yang berjaga di bawah saat ini. Sementara Nenek tua sudah terlelap tidur dengan senyumannya yang mengembang karena bebannya selama ini akhirnya menikah walaupun menantunya itu kurus dan pendek.

"Aku akan permak dia besok jadi badut," ucap Nenek pelan di bawah alam tidak sadarnya.

Danish melajukan mobil sport yang berwarna hitam dengan kecepatan yang tinggi karena malam itu suasana jalan raya lengang. Dia menuju ke kediaman dokter Alex Vigo yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Tidak berselang waktu yang lama menuju kediaman Alex akhirnya Danish tiba dan para pelayan yang melihat kedatangan Danish langsung cepat membuka pintu gerbang mempersilahkan masuk ke dalam. Mereka semua sudah kenal siapa pria yang ada di hadapan mereka saat ini tidak boleh dicegat dan ganggu. Danish parkir asal-asalan dan main masuk dituntun oleh pelayan yang bekerja malam itu.

"Di mana Alex?" tanya Danish datar.

"Tuan Alex berada di kamar Tuan Muda," balas pelayan pria tersebut sopan. Danish terus berjalan ke atas dan tiba di depan pintu kamar milik Alex, tanpa mengetuk Danish langsung membuka pintu begitu kuat hingga orang yang di dalam sana tergelonjak kaget.

"Alex kau sedang apa?" pekik Danish.

"Danish?!" umpatnya karena tanggung menuntaskan permainannya dengan wanita yang dia sewa. Alex terjatuh ke lantai sama halnya dengan wanita sewa itu langsung turun dengan wajah yang terlihat datar tanpa memperdulikan Danish menatapnya dengan tatapan menginginkan dirinya. Karena wanita sewa itu tahu Danish datang ke sini karena ingin dimanja.

"Tuan itunya sudah bengkak," bidiknya lalu pergi sana sedikit tertawa melihat wajah Danish memerah.

"Dasar wanita semua sama saja," kesalnya.

Alex berdiri memegangi dinding karena pinggangnya sakit kena benturan siku tempat tidur. Danish memperhatikan Alex berdiri sambil meringis tapi dia tidak peduli karena berhasil gagalkan gejolaknya juga sama seperti dirinya. Namun, senyuman Danish pudar karena melihat benda tegak lurus Alex ternyata menantang ke depan.

"Milikku lebih besar," ucap Danish kesal dan tidak terima jika milik Alex besar dan gemuk.

"Sedang apa kau ke sini Danish menganggu kesenangan aja," rutuk Alex lalu dia memakai celana pendek tipis namun terlihat kontras. Bahkan napas kehidupannya aja maju ke depan karena belum menetas. Sementara wanita yang bersamanya tadi sudah berada di kamar mandi dengan wajah yang kesal.

"Jangan tanyakan itu kepalaku lagi sakit," rutuk Danish.

"Oh ia aku mengerti tapi sepertinya kau butuh hiburan Danish malam ini," ucap Alex santai lalu dia meraih ponselnya menghubungi seseorang.

"Kau mau apa?" tanya Danish datar.

"Wanita malam karena kau sepertinya membutuhkan mereka Danish lihatlah benda tegak bengkok yang kau banggakan itu butuh dimanja," jawab Alex penuh tawa karena merasa lucu mengatakan itu kepada Danish yang kesal.

"Diam kau!" bentak Danish lalu mengetuk kepala Alex menggunakan tangannya.

"Lama-lama aku amnesia beneran Danish," kekeh Alex tidak peduli jika Danish sesuka hati selalu memukul kepalanya karena hanya dalam keadaan seperti ini dia bisa menggoda Danish.

"Siapa wanita tadi?" tanya Danish penasaran karena ini pertama kali melihat Alex berhubungan dengan wanita begitu serius.

"Hanya wanita malam yang kesepian Danish sama sepertimu," goda Alex lagi.

"Kau mengesalkan Alex," rutuk Danish lalu dia menuju nakas di sana ada minuman yang belum terbuka.

"Danish malam ini bukankah kau seharusnya bersama dengan kakak ipar?" tanya Alex pelan.

"Aku lagi tidak ingin," jawabnya dengan nada yang terdengar ketus.

"Kenapa? Seharusnya kau mantap-mantap dengannya karena kakak ipar sudah milikmu seutuhnya." Danish semakin kesal lalu dia teguk wine tersebut sampai habis satu gelas.

"Marsha lagi datang bulan purnama Alex, ucap Danish ketus.

avataravatar
Next chapter