7 7 : De Javu

.

Jeong Hea dengan berurai air mata mendekatkan belati itu ke tubuh Kak Seo Jun yang sudah bersimbah darah, dan Kak Seo Jun meraba pipi Jeong Hea.

"Jeong Hea! Kamu tahu ini akan terjadi bukan, makanya kamu mengikuti ku! Jeong Hea, tolong jaga.... i.. Bu.. baik....ba...!" Ujar Seo Jun dengan mulut penuh darah sebelum hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran.

Jeong Hea mengangkat tangan kanannya di sana ada sebuah luka, luka bekas sayatan pisau besar dan sekuat tenaga ia mengeluarkan sesuatu dari bekas sayatan itu dan itu sakit sekali. Dan dengan semua kekuatan benda itu pun keluar dari lengan Jeong Hea, benda itu berujung tajam, menusuk keluar menembus daging pergelangan tangan Jeong Hea. Darah deras itu mengucur dari ujung benda itu. Itu adalah sebuah belati dengan dua mata belati di ujungnya bentuk bagian dalam terdapat cekungan dan Jeong Hea menusukkan belati dari tangannya itu ke leher Kak Seo Jun dengan kuatnya.

"Gadis itu menjerit kesakitan dan .....

Semua ruang dan waktu seolah tersedot ke dalam dirinya. Menimbulkan sedikit guncangan di sekitar dirinya dan...

Bip bip bip bip!

Alarm di ponsel Jeong Hea berbunyi, ia kembali ke ruang tamu di rumah Kyun Young, di atas sofa pemuda itu. Nafas Jeong Hea memburu dan ia meremas dadanya yang sesak. Jeong Hea segera duduk , membuka selimutnya dan melihat lengannya yang luka. Namun luka itu sudah mengering seperti sedia kala. Tak ada luka tak ada darah yang ada adalah ia kembali lagi bangun tidur pagi di rumah Kyun Young. Dengan waktu yang sama dan sofa di ruang tamu yang sama pula.

🧡🧡🧡

Jeong Hea memulai semuanya di hari itu, ia kembali memasak masakan yang sama di dapur Kyun Young. Kemudian memberi makan binatang peliharaan Kyun Young. merapikan rumah Kyun Young. Bahkan kembali membuka tirai di depan kamar Kyun Young dan ia ikat dengan gantungan berbentuk pisang berwarna kuning.

Kyun Young pun menguap saat turun dan memasang wajah heran.

"Kamu tahu apa yang aku rasakan? Aku seperti sudah mengalami hal ini kemarin!" Ujar Kyun Young sembari mengambil sendok dan mencicipi makanan Japchae buatan Jeong Hea.

Sesaat kemudian bell rumah pun berbunyi, Jeong Hea sudah mengetahui siapa yang datang bertandang ke rumah Kyun Young.

"Tuan Kyun, aku akan segera pergi, aku lewat pintu belakang, jika nanti saat Anda kembali ke dapur, mungkin aku sudah keluar dari rumah ini. Untuk semua bantuan Anda aku ucapkan terima kasih!"

"Baiklah!" Kyun Young memandang dengan sepintas, "Aku rasa susu hari ini diantar lebih pagi dari biasanya." Lanjut Kyung Young.

Dan Kyun Young pun mengalami hal serupa yang pernah ia lakukan sebelumnya, ia dikejutkan dengan kedatangan Seung Mi dan Kyun Young seolah mengalami de Javu dan saat ia menuju ke dapur, Jeong Hea sudah tidak ada di sana. Hanya saja masih ada sebuah sup yang tertinggal di atas kompor belum sempat dimasukkan ke dalam microwave oleh Jeong Hea.

"Waaahhh kamu memasak untukku!!" Ujar Seung Mi terpesona dengan penyambutan dirinya.

"Iya aku ingin kita makan siang bersama di rumahku, aku tidak menyangka kamu datang pagi sekali!" Kyun Young berbasa basi. Dan dari jendela kaca di belakang Seung Mi ia melihat Jeong Hea perlahan keluar dari halaman rumahnya dan melempar tanda OK! di tangannya.

Kyun Young hanya bisa tersenyum lega pada gadis itu. Karena ia bisa menempatkan diri dengan baik, hingga Seung Mi tidak menyadari keberadaannya.

"Ayo, aku temani makan!!" Ucap Kyun Young sembari mengambil piring kecil dan sebuah sendok untuk Seung Mi.

Dan setelah satu cicipan saja, wajah Seung Mi menjadi memerah, air liur nya deras menyambut lezatnya makanan di mulutnya. "Tuhan, makanan ini sangat lezat!! Sumpah aku merasa semua bumbunya terasa menyatu dengan sempurna di mulutku!!"

"Baiklah, ayo temani aku makan!! Kita nikmati selagi hangat." Ajak Kyun Young sembari memberikan piring yang lebih besar.

🧡🧡🧡🧡🧡

Semua hal yang sama ia ulangi lagi, melompat dari rumah Nenek Nam Nari, yang merupakan nenek dari kak Seo Jun yang tinggal di sebelah rumah Ibu Chun Hi, Wartawan yang juga datang di depan kedai ibu Chun Hi yang menanti kedatangannya. Semua kejadian sama persis.

Hingga tibalah Kak Seo Jun turun dari lantai atas. Jeong Hea mengamati perjalanan kak Seo Jun yang menuruni tangga dan membawa buku di depan dadanya. Dan jantung Jeong Hea berdetak kencang saat itu. Diamatinya terus di dada Kak Seo Jun hingga apa yang diucapkan oleh Seo Jun sedikitpun tidak bisa masuk ke dalam pendengaran nya. Dan saat Seo Jun meletakkan buku-bukunya di atas meja jantung itu, cahaya di jantung Kak Seo Jun menyala putih terang seperti lentera besar di tengah malam. Seketika air mata haru menitik di mata Jeong Hea.

"Ah, gadis bodoh, kau bagian dari kedai ini, tentu saja aku akan menolong mu, sudah jangan berlebihan sampai menangis seperti ini!" Lanjut Seo Jun dan kata demi kata Seo Jun barusan bisa masuk ke pendengaran Jeong Hea dengan sangat jelas.

Setelah dapat mengatasi para wartawan itu dan Seo Jun pun hendak berangkat ke kantor nya, Jeong Hea menyusul Seo Jun yang sedang berpamitan kepada sang ibu.

"Kan Seo Jun, terima kasih atas pertolongan kakak!" Ujar Jeong Hea sembari mengejar langkah kaki Seo Jun.

"Itu bukan apa-apa, asal kamu mau menemani aku makan ramyeon sore ini sepulang kerja." Pinta Seo Jun mengerling pada Jeong Hea membuat wajah gadis itu tersipu.

Ketika sebuah taxi berhenti di seberang, Jeong Hea berusaha menahan Kak Seo Jun untuk melambaikan tangan pada sopir taksi tersebut, "Kak Seo Jun bisakah kau memilih taksi yang berikutnya, karena,....." Jeong Hea sempat kehilangan alasan dan harus segera menemukan alasan yang tepat untuk menghentikan kak Seo Jun menghentikan perjalanan nya.

"Karena apa Jeong Hea?" Tanya Seo Jun dengan wajah penasaran, karena Jeong Hea tidak pernah seperti itu sebelumnya.

"Karena aku belum menjawab permintaan mu apa nanti sore aku bersedia menemani mu makan ramyeon atau tidak" Hanya alasan itu yang bisa dipikirkan oleh Jeong Hea.

"Ah, kamu benar." Seo Jun lalu melambaikan tangan menolak ajakan taxi di hadapannya yang sudah biasa ia naiki itu.

Lalu taxi itu pun berlalu pergi dan hampir saja ditabrak oleh pengemudi truk box yang hilang kendali atas kendaraannya. Dan itulah truk box yang tadinya menggilas tubuh kak Seo Jun. Truk itu pun berjalan dengan oleng ke kanan dan ke kiri hingga akhirnya menabrak tiang listrik tepat di tempat Kak Seo seharusnya naik ke taxi yang berhenti sebelumnya, yakni di seberang jalan di mana Jeong Hea dan Seo Jun berdiri saat ini. Seo Jun menyaksikan semuanya. Bahwa ia baru saja dihentikan oleh Jeong Hea yang mungkin ia bisa saja sudah tertabrak jika berada di sana. Seo Jun pun segera paham, ia menatap Jeong Hea yang terpaku pada sopir truk yang kini dibantu oleh orang-orang sekitar untuk keluar dari truknya.

"Jadi kamu menahanku karena ini??" Ujar Seo Jun seakan paham akan kemampuan Jeong Hea yang pernah diutarakan oleh ibunya.

"Ah, aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya berdiri di sini. Ah jantungku sampai bergetar dengan Paman pengemudi truk itu." Jeong Hea mengelak dari pandangan Seo Jun padanya.

"Nanti sore aku akan memasakkan sendiri ramyeon untukmu, jadi jangan pulang sebelum aku datang ya!" Pungkas Seo Jun sebelum pergi, pria itu pun menyeberang ke sisi jalan dan menaiki bus umum yang berhenti.

Jeong Hea pun mengangguk menyetujuinya. Ia lega karena kak Seo Jun tak jadi meninggal, kak Seo Jun nya itu berhasil terhindar dari maut.

🧡🧡🧡🧡🧡

avataravatar
Next chapter