1 Murid Pindahan dan Si Penyendiri I

"Halo semuanya, nama aku Rena Natawijaya. Aku murid pindahan dari SMA Surabaya dan mulai sekarang akan belajar bersama kalian. Salam kenal" Kataku yang berdiri di depan kelas.

"Nah, anak-anak. Ibu ingin kalian berteman dan membantu Rena agar dia betah bisa bersekolah disini" Kata Bu Sylvy setelah aku memperkenalkan diri.

"Rena, kamu silahkan duduk disana." Lanjut Bu Sylvy sambil menunjuk bangku yang ada di barisan ketiga dekat jendela.

"Baik bu." Jawabku dan langsung duduk di bangku tersebut.

Jadi, aku baru saja pindah ke Jakarta karena pekerjaan orang tuaku. Ayahku baru saja dipindah tugaskan kesini dan menerima kenaikan jabatan di perusahaannya. Dampaknya? Ya, aku juga harus ikut dan pindah sekolah kesini.

"Auu." Aku merasa ada yg menusuk punggungku, aku menoleh kebelakang dan melihat seorang perempuan yang duduk dibelakangku menggenggam sebuah pulpen.

"Hai, aku Rani. Salam kenal ya." Perempuan itu berkata sambil memperlihatkan senyum manisnya.

"Ah, iya. Salam kenal, aku Rena." Jawabku pada Rani.

Aku tidak menyangka akan ada siswa yang langsung ingin berteman denganku. Aku kira mencari teman disini akan sulit tapi ternyata justru sebaliknya.

Bu Sylvy mengajar kurang lebih selama satu jam setengah dan selama pelajaran itu aku mencoba ngobrol dengan Rani jika ada kesempatan. Rupanya tidak hanya senyumnya saja yang manis tapi wajah Rani juga sangat cantik. Walaupun rambutnya tidak kelihatan karena ia menggunakkan jilbab, tapi wajahnya yang cerah itu membuatku terpesona.

*Bel berbunyi mendandakan waktu istirahat*

"Na, ayo ke kantin bareng aku. Kita makan siang bareng." Kata Rani padaku.

"Ide yang bagus, aku juga belum tau dimana letak kantinnya." Jawabku.

Kami berdua keluar dari kelas bersama dan berjalan menuju kantin. Jaraknya tidak terlalu jauh tapi karena kelas kami ada di lantai 3 makanya agak melelahkan untukku.

"Na, kamu mau makan apa? Disini ada banyak pilihannya lho." Tanya Rani

"Hmm, aku ikut kamu ajadeh Ran." Jawabku.

"Kalo gitu kita makan soto aja yuk!" Kata Rani sambil menunjuk kearah pedagan soto.

Kami membeli 2 porsi nasi soto dan duduk di meja kantin. Sambil menyendok makanan, aku dan Rani membicarakan banyak hal tentang sekolah yang baru aku singgahi ini.

Rani berkata padaku kalau sekolah ini memang sekolah terbaik di kota. Banyak perlombaan yang selalu di menangkan oleh sekolah baruku ini dan ternyata sekolahku ini memang langganan menjadi juara umum di perlombaan tingkat kota.

Saat kami asik mengobrol lewatlah 3 orang anak laki-laki. Dua dari mereka memiliki tubuh atletis dan tinggi seperti pemain basket, sedangkan yang satu lagi memiliki tubuh kecil dan mungkin tingginya hanya 168cm karena kurasa tingginya sama denganku.

Mataku terpaku pada lelaki pendek itu. Ia menggunakan kacamata dan memiliki rambut hitam berponi. Kulitnya tidak coklat, justru putih pucat seperti seseorang yang tidak pernah keluar rumah seumur hidupnya.

Aku melihat ketiga anak itu berjalan melewati meja kami dan berhenti di tempat penjual nasi campur.

"Mas nasinya 2 ya, yang satu pake telor tempe...." Kata salah seorang anak laki-laki yang tinggi. Aku samar-samar bisa mendengar suaranya.

"Oiya mas, nanti yang bayar Nata ya" kata anak laki-laki tinggi yang satunya lagi.

"Ran, kamu kenal mereka bertiga?" Aku melirikkan mataku pada ketiga anak laki-laki itu.

"Oh yang dua tinggi-tinggi itu Juni sama Rio, mereka terkenal di sekolah karena ikut tim basket sekolah. Nah, kalau yang kacamata itu... Hmm.. Nata! Iyaa namanya Nata." Jawab Rani

"Dia juga murid pindahan juga sama kayak kamu cuma udah seminggu dia sekolah disini." Lanjut Rani.

"Ohh, jadi dia murid pindahan juga.." Kataku.

"Kenapa? Kamu tertarik sama dia? Haha" Rani menggoda ku sambil tersenyum.

"Haa? Nggakk!!" Kataku. Aku tidak sadar suaraku terlalu kencang hingga semua orang melihat kearah kami berdua.

"Sstt, nggak usah teriak juga Na. Oiya aku kasih tau nih ya, Nata itu aku denger anaknya pendiem banget. Ya, emangsih mukanya agak ganteng tapi tampilannya terlalu culun kalo menurut aku" kata Rani padaku.

Padahal aku bukan tertarik padanya tapi Rani sepertinya berfikiran lain.

"Hmm.. Ran, di sekolah ini ada bully-ing juga nggaksih?" Aku bertanya pada Rani sambil berbisik.

"Kalo itusih pasti ada, biasanya tapi anak cowo doang yang begitu." Jawab Rani.

"Hmmm" kataku sambil melihat kearah Nata.

Kami menghabiskan makanan dan kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

*******

Saat waktunya pulang sekolah, aku berjalan keluar kelas namun tidak langsung ke pintu gerbang sekolah. Aku menyempatkan diri untuk mengitari seluruh kawasan sekolah agar aku tau semua letak fasilitas sekolah seperti perpus, lab dan semacamnya.

Saat aku melewati lapangan, aku melihat Nata berjalan bersama 4 orang anak laki-laki lainnya. Dua diantaranya aku tau, mereka Juni dan Rio. Nata dan ke-empat anak laki-laki itu berjalan keluar sekolah bersama. Aku mengikuti mereka karena penasaran.

"Brak!" Terdengar suara keras seperti sesuatu menabrak tembok.

"Astaga!!" Kataku kaget. Aku melihat salah seorang dari mereka mendorang Nata hingga menabrak tembok.

Aku bergegas kesana untuk menolong Nata.

"Berhenti!!!!" Teriakku.

Ke-empat anak laki-laki itu melihatku kaget. Aku lalu membatu Nata yang terjatuh untuk berdiri.

Salah seorang dari mereka lalu berkata padaku.

"Apa urusanmu?!" Katanya.

"Kalian berani berbuat begini pada seorang siswa? Aku akan melapor ke guru!" Jawabku.

Tanpa pikir panjang, mereka ber-empat pergi meninggalkan aku dan Nata.

"Apa maumu?! Menjauh dariku." Kata Nata padaku.

Aku kaget, anak ini sudah ku tolong bukannya berterimakasih justru kesal padaku.

"Hei! Aku berusaha menolongmu!" Tegasku.

"Aku tidak perlu bantuanmu." Jawab Nata ketus.

avataravatar
Next chapter