6 Mimpi

"Dragostea mea" Kata itu berarti "kekasihku" dalam bahasa Indonesia. Kata itu berasal dari bahasa Romania.

Aku tidak mengerti kenapa Nata memberiku gelang itu. Apakah dia menginginkankuM menjadi kekasihnya? Ataukah ada maksud lain?

Terlepas dari itu semua, ada satu hal lagi yang mengganjal dipikiranku. Nata saat itu mengatakan kalau gelang ini telah kembali ke pemiliknya. Aku bahkan tidak mengetahui gelang apa itu, tapi ia berkata seolah-olah gelang itu memang milikku.

"Ah..." Kata itu terucap dari mulutku.

Aku sudah terlalu lelah untuk memikirkan hal ini lagi. Kenapa harus aku yang bertemu dengannya padahal ada banyak wanita lain di dunia ini.

Aku hanya berbaring di kamar hingga malam hari saat itu. Ketika ibu memanggilku untung makan malam, aku pun turun kebawah untuk makan bersama.

"Sayang, ayah rasa ini saat yang tepat untuk mengatakan sesuatu padamu." Kata ayahku serius.

"Ada apa ayah?" Tanyaku penasaran.

"Begini, tadi kan kamu sudah ikut ayah ke panti juga. Awalnya ayah kesana karena ayah ingin bersilaturahmi dengan bu Hasna saja." Kata ayah.

Aku mendengarkan ucapan ayah dengan serius sementar ibuku menyiapkan makanan kami di meja.

"Ayah sudah memutuskan untuk mengadopsi Nata untuk menjadi anak ayah." Lanjut ayah.

Mendengar ucapannya itu, bola mataku terbuka lebar. Kalian tidak tahu se-kaget apa aku saat itu. Bagaimana aku tidak kaget? Anak itu adalah seorang monster dan sekarang aku harus tinggal satu atap dengannya.

"Ha?! Ayah jangan bercanda!" Kataku kaget. "Gimana ko tiba-tiba ayah mau adopsi dia?padahal ketemu juga baru sekali?!" Lanjutku.

"Rena, jangan teriak-teriak gitu." Sahut ibuku yang sedang meletakkan piring berisi ikan goreng diatasnya.

"Maa! Ayah mau adopsi anak! Masa mama fine fine aja? Apa mama juga udah tau?!" Tanyaku.

"Iyaa mama tau, tadi juga mama sudah sepakat sama ayah waktu di panti." Jawab ibukku.

"Rena dengerin ayah dulu, ayah mau adopsi Nata itu juga udah dari lama. Ayah juga udah sering ketemu dia ko." Kata ayahku.

"Ha? Kapan? Kita aja baru pindah kesini ayah." Tanyaku.

"Ayah sering mengunjungi bu Hasna kalau ayah sedang ada rapat ke Jakarta, makanya ayah sering juga ketemu sama Nata." Jawab ayah.

Ayahku memang cukup sering untuk bolak-balik Jakarta Surabaya untuk rapat, tapi aku tidak tau kalau dia juga sering ke Panti saat itu.

"Tapi kan ayah, aku perempuan dan Nata itu laki-laki. Apalagi kita juga seumuran, apa ayah nggak takut aku bakal diapa-apain sama dia?!" Kataku.

"Hahaha kamu mikir apasih? Orang Nata itu anaknya baik gitu." Kata ayah sambil tertawa.

Aku tidak mengerti lagi bagaimana bisa jadi seperti ini. Aku berusaha untuk memberi berbagai alasan tapi tak satupun yang berhasil mencegah ayahku mengadopsi Nata.

"Apa ini salah satu muslihatnya juga?!" Kataku dalam hati.

Ketika itu aku teringat senyum terakhir Nata saat kami pulang dari Panti. Apa ini maksud dari senyuman terakhirnya itu.

"Pokoknya besok ayah ke Panti lagi untuk membawa Nata ke rumah." Kata ayah.

"Ihh!!" Kataku kesal.

Setelah itu aku naik keatas tanpa makan malam. Aku terlalu kesal untuk makan saat itu.

Aku masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya. Ibuku beberapa kali mengetuk pintu sambil memanggil namaku tapi tidak aku gubris.

"Lydia! Sudah biarkan saja dia. Besok juga baik sendiri." Teriak ayahku dari bawah.

Mendengar ucapan ayah, ibuku akhirnya berhenti memanggilku dan turun kebawah. Aku mendengar suara langkah kakinya menjauhi pintu.

Kepalaku saat itu terasa ingin meledak, tubuhku merinding memikirkan kalau besok aku harus tinggal satu rumah dengan monster itu.

Tak kusadari, air mata keluar dari mataku. Tanpa mengeluarkan suara apapun, aku menangis saat itu hingga aku tertidur.

"Lala! Lala! Lala!" Aku mendengar suara yang membuatku terbangun.

Aku membuka mataku dan ketika terbuka, kalian tau apa yang aku lihat? Wajah yang tak asing muncul di depan wajahku.

Ya, dia adalah Nata, walaupun tanpa kacamata, aku dapat mengenalinya. Saat itu aku melihat ia menggunakan pakaian serba hitam, rambut hitamnya terurai hingga ke bahunya dan sayap hitam yang menempel dipunggungnya.

"Kau!! Ngapain kamu disini?!" Teriakku kaget.

"Ha? Apa maksudmu?" Tanya Nata. "Bukankah kau yang memintaku untuk menemanimu hari ini tapi kamu justru tertidur pulas." Lanjutnya dengan wajah keheranan.

"Ha? Kapan aku memintamu untuk menemanimu?" Tanyaku sembari aku berdiri.

Ketika aku berdiri, aku merasakan ada sesuatu yang menempel pada tubuhku. Aku merasa punggungku saat itu agak berat.

Aku mencoba menolehkan kepalaku dan aku melihat sepasang sayap berwarna putih ada di punggungku. Aku melihat kebawah dan membuatku terkejut. Baju yang aku kenakan terlihat aneh, aku mengenakan gaun berwarna putih yang membentang hingga mata kaki ku.

"Ha?! Apaa inii?!" Kataku terkejut.

Nata menatapku kebingungan seolah ia mengira aku seperti kerasukan sesuatu.

"La, kamu sekarang jadi gila? Atau kesurupan sesuatu?" Tanya Nata.

"Apaa?! Kau bilang aku gila?!!" Kataku kesal.

"Hahaha abisnya kamu aneh bangetsih barusan." Jawab Nata sambil tertawa.

Ada yang aneh ketika aku melihatnya tertawa kala itu. Wajah Nata terlihat gembira dan aku bisa merasakan kehangatan di dalamnya.

"Eh La, ngomong-ngomong apa ayahmu tau kita bertemu disini? Aku malas kalau harus bertarung melawan jendral malaikat itu." Tanya Nata berbisik.

Aku tidak mengerti maksud dari ucapannya, ayahku seorang jendral malaikat katanya? Siapa itu? Aku tidak pernah tau.

"Hmm... Kurasa tidak." Kataku asal.

"Bagus deh kalo gitu, si Michael itu sangat sulit dilawan hahaha." Kata Nata sambil tertawa.

"Hmm... Kau Nata kan?" Tanyaku memastikan.

Aku merasa tidak percaya kalau pria yang terlihat ramah ini adalah Nata yang aku kenal. Memang wajahnya sama tapi tingkahnya jauh berbeda.

"Ha? Apa maksudmu? Bukannya kamu sendiri yang memberi nama itu padaku? Padahal kamu tau sendiri nama asliku Satan." Jawab Nata.

"Jadi pria didepanku ini sungguhan Nata yang sama dengan monster itu?" Kataku dalam hati.

"Oiya, sebelum aku lupa lagi aku ingin memberikan sesuatu untukmu." Kata Nata.

Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya. Aku mengenali bentuk benda itu, sebuah gelang hitam yang tak asing dengan corak ular.

"Sini aku pasangin di tangan kamu." Katanya sambil tersenyum manis.

Saat itu tak terlihat ada maksud terselubung dalam wajah Nata. Ia benar-benar hangat dan penyayang.

Nata memasangkan gelang itu padaku dan benar saja, gelang itu adalah gelang yang aku terima darinya sore tadi di Panti. Ada tulisan "Dragostea mea" pada gelang itu.

"Ahh! Tunggu ada yang aku lupa." Kata Nata.

Ia lalu menyentuh gelang itu dan merubah warnanya menjadi putih. Corak ular yang tadinya berada disana kini berubah menjadi bentuk sayap-sayap kecil.

"Nah kalau begini baru aman!" Katanya sambil memperlihatkan senyuman manisnya sekali lagi.

Aku sungguh tidak mempercayai kalau Nata ini adalah Nata yang sama dengan yang aku kenal.

"T..terimakasih." Kataku terbata.

"Eh akukan kekasihmu, jadi wajar dong kalo aku ngasih kamu sesuatu kayak gini. Supaya kamu ingat terus sama aku hahaha." Kata Nata sambil tertawa.

"Apaansii." Kataku dan aku mendorongnya tanpa sadar.

Ketika tanganku masih menempel di dadanya, Nata meraih tanganku dan menarikku mendekatinya. Ia lalu memeluk tubuhku dan berbisik

"aku akan terus mencintaimu walau semesta melawanku."

Nata lalu menciumku. Aku terkejut dengan gerakannya itu. Aku tidak menyangka kalau ia akan mencium bibirku. Aku ingin menolak ciuman itu namun tubuhku menginginkannya.

Ketika bibir kami saling bersentuhan aku merasakan kasih sayang Nata padaku. Aku tak menyangka makhluk di depanku ini tingkahnya akan berbeda 180 derajat.

"Hihihi aku sungguh mencintaimu La." Kata Nata dengan senyuman riang.

Nata memelukku sekali lagi sebelum akhirnya ia berdiri dan berkata.

"La, aku harus pergi sekarang. Kalau kelamaan bisa-bisa ayahmu memergoki kita hahaha." Kata Nata tertawa.

"Eh, tunggu! Aku gatau harus kemana setelah ini?" Tanyaku bingung.

Wajar saja bukan jika aku merasa bingung, aku sama sekali tidak tau ini dimana, semuanya terlihat asing bagiku.

"La jangan bercanda gitu deh, masa kamu pulang aja nggak tau jalan." Kata Nata. "Kita harus segera pergi, jika tidak Gabriel akan memergoki kita." Lanjutnya.

"Tapi aku sungguh tidak tau harus kemana!" Kataku kesal.

Nata terus berdebat denganku. Kami lupa akan satu hal yang penting. Ya, Jendral malaikat Gabriel, ayah dari perempuan yang tubuhnya saat ini aku tempati.

"SATAN!!!!" Teriak seseorang dari atas langit. "Kau masih berani bertemu dengan putriku rupanya!" Lanjut suara itu.

Aku menolehkan kepalaku keatas. Disana terlihat ada sekitar 10 hingga 15 manusia bersayap putih. Sayap mereka bersinar dengan terang. Bentangan sayapnya juga lebar, mungkin sekitar 2 meter untuk masing-masing sayapnya.

Di barisan terdepan aku melihat sosok pria bertubuh kekar tapi bukan seperti Dwayne "the rock" Johnson. Tubuh pria itu lebih seperti Adam Levine dengan rambut berwarna silver yang terurai sampai ke pinggang dan brewok tipis di wajahnya.

"Isabella! Ayah sudah melarangmu bertemu dengan laki-laki itu tapi kamu masih tidak mendengarkan ayah rupanya." Kata pria berambut silver itu.

Suaranya yang begitu keras dan tegas membuatku terdiam dan tak mampu berkata apapun.

"Jadi kau akhirnya menemukan kami ya Jendral Malaikat." Nata membalas ucapan pria berambut silver itu dengan santainya.

"Masih berani bicara kau Satan!" Sahut pria berambut silver itu.

"Gabriel! kau boleh saja menghancurkan dan merebut semua milik rakyatku. Akan tetapi ini akan berbeda jika kau mengambil Isabella dariku!" Jawab Nata pada pria berambut silver.

Gabriel turun sendiri kebawah mendengar ucapan menantang dari Nata. Ia menyuruh pasukannya menunggu di angkasa dan bersiap menangkap Nata jika ia berusaha kabur.

Gabriel turun dan berdiri tepat sisampingku sedangkan Nata berdiri di hadapanku.

Aku tau kalau seorang ayah pasti tidak akan pernah berteman dengan pacar putrinya tapi ini berada di tingkat yang lebih tinggi lagi.

Gabriel dan Nata kini saling bertukar pandangan. Aku bisa merasakan amarah dari Gabriel sebagai orang tua perempuan yang tubuhnya aku gunakan saat ini.

"A... Ayaah sudahlah hentikan." Kataku pada Gabriel dengan kakiku yang mulai gemetar.

"Diam! Kamu jangan ikut campur." Kata Gabriel padaku.

Gabriel lalu menarik pakaian Nata dan mengangkat tubuhnya.

"Kau! Pencari Masalah!" Kata Gabriel.

avataravatar