3 Kebohongan

"Sedang apa kau disini?!" Kata Nata terkejut melihatku yang berdiri dari belakang pintu.

"Aku hanya melihat-lihat! Memangnya tidak boleh?!" Jawabku sambil memandang Nata.

"Ah sudahlah." Nata menurunkan suaranya.

"Aku tidak tau kalau kau bisa bernyanyi?" Tanyaku pada Nata. "Ku kira kau tipe orang yang tidak bisa melakukan apapun." Lanjutku.

"Itu bukan urusanmu." Nata memperlihatkan wajah ketusnya.

"Hey aku hanya bertanya, tidak perlu seperti itu jugakan jawabanmu." Kataku kesal.

Nata lalu berjalan kearahku. Ia melewati ku sambil memandangku dan terus berjalan.

"Hey! Kenapa kau menyebalkan sekali!?" Kataku kesal.

Nata tetap berjalan terus hingga ia keluar dari panti asuhan. Aku yang masih kesal mengikutinya berjalan.

"Apa-apaansih dia itu." Gumamku dalam hati.

Kami terus berjalan dan akhirnya ia berhenti dan masuk kedalam sebuah mini market. Akupun mengikutinya masuk kedalam.

"Kenapa kau mengikutiku?" Tanya Nata.

"Hah?! Memangnya kenapa? Itu bukan urusanmu!" Kataku.

"Yaa, terserahlah." Jawab Nata.

Nata membeli beberapa minuman dan snack lalu ia pergi ke kasir untuk membayar.

Kami berjalan keluar dari mini market dan tepat saat aku keluar dari pintu, kami bertemu gerombolan anak laki-laki yang tidak asing.

Ya, mereka adalah gerombolan yang kemarin mendorong Nata hingga menabrak tembok.

"Wah, tak ku sangka aku akan bertemu denganmu disini." Kata salah seorang anak itu pada Nata.

"Eh ada perempuan yang kemarin juga rupanya, kalian pacaran? Hahaha." Kata seorang yang aku tau wajahnya. Dia adalah Rio.

"Jangan sok tau ya!" Jawabku kesal.

"Yasudah kalau begitu kalian ikut kami dulu." Kata satu anak laki-laki yang lain.

Rio merangkul pundak Nata dan membawanya pergi sedangkan aku disuruh mengikuti dan dijaga oleh tiga anak laki-laki lainnya.

Akhirnya kami berhenti di sebuah gang kosong. Sekali lagi, Nata didorong hingga menabrak tembok.

"Brakk!" Suara Nata yang menghantam tembok.

"Kau masih berhutang padaku kemarin." Kata salah seorang anak laki-laki.

"Pukul saja dia Ben!" Kata anak lainnya.

"Rio, Juni bagaimana pendapat kalian?" Tanya Ben.

"Yahh akusih tak masalah." Jawab Rio.

"Aku setuju dengan Dani, pukul saja dia." Jawab Juni.

"Dia tidak memberikan kita setoran uang kemarin kan, dia patut dihukum." Kata Dani.

Aku melihat mereka mengerubungi Nata yang tak berdaya terjatuh di tanah. Aku pun memberanikan diri untuk berbicara.

"Hey kalian! kalau kalian berani, aku akan melaporkan kalian pada guru besok!" Kataku.

"Hmm.. itu akan jadi masalah. Dan, buka bajunya." Kata Ben pada Dani.

"Untuk apa Ben?" Tanya Dani.

"Sudah lakukan saja. Yo siapkan HPmu, nanti kamu foto dia setelah bajunya dibuka." Kata Ben pada Rio.

Aku mengerti apa yang akan mereka lakukan, mereka akan mencoba melakukan "blackmail" padaku jika aku berani mengadukan mereka pada guru.

Dani berjalan kearahku dan diikuti oleh Juni. Mereka berdua membuka paksa bajuku.

"Tidak! Apa yang kalian lakukan!" Kataku menjerit.

Aku berusaha melawan namun usahaku sia-sia dihadapan mereka. Bajuku akhirnya terlepas dan hanya menyisakan bagian dalamku saja.

Aku menangis terisak. Aku tidak mau memperlihatkan tubuhku ini pada orang-orqng seperti mereka terlebih lagi hingga di foto.

"Jangan!!" Kataku sambil menangis.

"Ah, padahal aku tidak ingin menarik perhatian tapi kalau sudah begini mau bagaimana lagi." Aku mendengar suara yang tak asing.

Ya, suara itu berasal dari Nata yang perlahan sedang berdiri. Ia bangun dari posisinya terjatuh sambil melepaskan kacamatanya dan diletakkan di kerah bajunya.

Ia membersihkan debu yang menempel pada pakaiannya dan menyisir poninya keatas. Saat itu aku baru melihat wajah Nata yang sebenarnya.

"Wajahnya ternyata sangat rupawan!" Kataku dalam hati.

"Lepaskan dia kalau kalian tidak ingin mati." Kata Nata dingin.

"Hahaha apa yang kau katakan? Apa kau mengigau?" Kata Rio yang sedang mengarahkan kamera handphonenya padaku.

"Brak!!" Suara keras terdengar lagi.

Nata memukul tembok yang berada disampingnya hingga retak dan beberapa serpihan terjatuh di lantai.

"20? 10? Oh tidak mungkin 1% saja sudah cukup." Gumam Nata.

Tak lama setelah itu, Nata seperti melesat dengan cepat. Dia sekarang berdiri tepat di depan Rio.

"Bang!!!" Nata memukul Rio.

Aku seperti tidak percaya melihat kejadian itu, Rio terpental jauh kebelakang. Itu tidak seperti pukulan manusia, lebih seperti tertabrak truk.

"Sudah ku bilang kalau kalian tidak melepaskannya kalian akan mati bukan?" Kata Nata pada ketiga anak laki-laki yang masih berdiri sambil menyeringai.

*****************

Hai buat yang baca, gimana chapter "STRINGS OF FATE" yang ini menurut kamu?

Kira-kira bakal terjadi hal apalagi ya antara Ren sama Nata? 🤔

Kalau kalian ada pertanyaan atau ingin kenal authornya lebih dekat silahkan follow akun social media ini:

Instagram/Twitter: bushhlightyear

Dm ajaa pasti saya balas

avataravatar
Next chapter